Appreciate my work with you vote and comment on this story
------
Hope you like it🙌
-----Happy reading
⏳
"Aeson!!"
"Aku di sini, Kek." dengan senyuman manis ia keluar dari toilet. Kakek Felix yang sedari tadi terus meneriakki namanya langsung berkacak pinggang di hadapan Aeson. "Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Aeson dengan bingung.
"Kau ini, ya. Apa yang sudah kau lakukan di pesta, Jeremy? Kenapa kau pergi sebelum acara itu selesai!" Kakek Felix menjewer telinga Aeson bak seperti menghukum anak kecil, pria itu kesakitan dan terus mencoba untuk melepaskan tangan Kakek Felix dari telinganya.
"Aww!! Kakek, apa yang kau lakukan!! lepaskan telingaku!!"
"Kau ya! Sesekali menurut padaku apa salahnya! Tidak bisakah kau membuat citra baikku bertahan di depan temanku! Kau pergi dari pesta itu begitu saja padahal acaranya belum selesai!" Kakek Felix semakin menjewer telinga Aeson.
"Aww!! Kakek sakit!!"
"Jawab pertanyaanku!!"
"Bagaimana aku akan menjawab pertanyaanmu kalau kau seperti ini!"
Kakek Felix melepaskan tangannya dari telinga cucunya itu. Dengan kesal pria tua itu melangkah menuju sofa dan duduk di sana. Aeson yang di tempatnya mengusap-usap telinganya yang terasa sakit.
Kakeknya itu benar-benar, ya. Tidak bisakah ia memperlakukan dirinya ini baik-baik? Kenapa telinganya harus di jewer seperti anak kecil! Memangnya ia bocah apa!
"Lebih baik ceritakan, sekarang."
"Iya, iya. Ini aku mau cerita." dengan nada suara yang kesal, Aeson melangkah ke arah Kakek Felix dengan melirik sebentar pintu toilet yang tertutup.
Semoga gadis itu tidak mendengar apa yang terjadi di sini
"Aeson!!"
"Iya, Kek. Ah... Kakek memang pria yang tidak sabaran-"
"Sekali lagi kau bicara, ku tendang kau dari sini."
Aeson tertawa mendengar ancaman Kakek Felix. Ia duduk di hadapan pria itu, "Kakek yakin akan menendangku dari sini? Kakek tidak ingin aku meneruskan perusahaan ini? Kalau iya.. lebih baik-"
"Aeson!"
"Iya iya. Hanya bercanda."
"Sekarang ceritakan,"
"Apa Kakek Jeremy mengadu padamu, Kek? Padahal waktu aku pergi dari sana aku tidak melihat siapa-siapa-"
"Kenapa kau pergi begitu saja? Kau membuat masalah?"
"Tidak, aku tidak membuat masalah. Kau tau aku, kan Kek. Aku ini suka pesta mana mungkin aku-"
"Jika bukan kau yang membuat masalah, lalu siapa? Apa... wanita yang kau bawa kesana?"
Aeson mengerjapkan matanya lalu ia menoleh ke arah toilet. "Bukan, sebenarnya... memang aku yang membuat masalah dan membuat dia marah," ujar Aeson menoleh ke arah Kakek Felix yang menatapnya dengan pandangan curiga. Aeson yang di tatap seperti itu mengernyitkan keningnya, "kenapa menatapku seperti itu?"
Kakek Felix menegapkan tubuhnya dan mencondongkan sedikit kepalanya ke depan, "kau sedang tidak menyembunyikan apa pun dariku, kan?"
Aeson yang mendapati Kakeknya mencurigainya berusaha untuk mengontrol ekspresinya agar tetap tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss and His Dance Buddies (On Going)
RomanceWarning!! 18+ Berawal dari Eirine yang tidak sengaja menumpahkan minuman ke kemeja Aeson yang membuatnya harus menanda tangani surat perjanjian dan menjadikan dirinya sebagai teman dansa pria itu. "Dasar pria tua!! Kau akan menyesal telah melakukan...