BAB 5

47 13 28
                                    

"Orang kalau udah jatuh cinta suka gitu, ya. Lupa sama temen sendiri." — Arzan Ravindra



♡⃝ Ԋαρρყ ɾҽαԃιɳɠ ◡̈ ☽⋆

Jika otak sedang malas berpikir dan kerongkongan terasa kering seperti ini yang Arzan butuhkan sekarang adalah cairan dingin. Melangkah keluar kamar, Arzan menuju dapur untuk mengambil segelas air dingin. Setelah menemukan cairan yang dicarinya ia segera meneguknya hingga tandas. Perasaan Arzan sedang tidak lari marathon, tapi kenapa rasa hausnya seperti orang yang baru saja melakukan lari marathon?

Ah, lupakan saja tentang marathon. Sekarang perhatian Arzan teralihkan pada adiknya yang kini juga tengah meminum air dingin seperti apa yang dilakukannya beberapa detik lalu. Namun, yang menjadi fokus Arzan bukan apa yang sedang Rafa lakukan saat ini, melainkan terhadap goresan-goresan kecil yang terdapat di kaki dan tangan Rafa.

"Rafa," panggil Arzan pelan. Saat ini Pakde Bima dan Bude Tira sudah tidur jadi Arzan tidak mau menganggu tidur nyenyak mereka.

Setelah menegak habis air dingin Rafa menatap Arzan seolah-olah bertanya 'ada apa?'

"Kaki sama tangan kamu kenapa?" tanya Arzan sambil memperhatikan goresan kecil di kaki dan tangan Rafa.

"Kegores ranting," balas Rafa singkat. Ia menaruh gelas ke tempat semula lalu berniat kembali ke kamarnya.

Baru saja Rafa berjalan beberapa langkah, lengannya ditahan oleh sang Kakak.

"Kakak obatin, ya?" tawar Arzan.

Rafa menggeleng. "Nggak usah," tolaknya.

"Tapi—"

"Luka kaya gini nggak bikin aku sakit. Nggak usah lebay," ujar Rafa dingin dan berlalu meninggalkan Arzan di dapur.

Sampai kapan Rafa akan terus seperti ini padanya? Arzan harus apa agar Rafa kembali lagi menjadi Rafa yang dulu? Terkadang ada kalanya Arzan lelah dengan sikap dingin dan tidak peduli Rafa. Mau sekeras apapun usaha Arzan untuk mencairkan es dihati Rafa jika Rafa sendiri tidak ada niat untuk mencairkan es tersebut, maka Arzan tentu tidak akan bisa melakukannya.

Ayah, Bunda apa yang harus Arzan lakukan biar Rafa balik lagi kaya dulu? tanya Arzan dalam hati, berharap mendapat sebuah jawaban dari pertanyaannya.

□■□■□

"Gila, gila, gila. Kemarin gue mimpi apa bisa dipinjemin jaket sama Gandy. Ini Gandy, loh, Ar. Gandy! Salah satu cowok most wanted di SMA Pelita Bangsa yang gantengnya mirip aktor Korea. Oh my God!" heboh Ayra. Baru saja Arzan memasuki kelas, tapi pendengarannya langsung disambut dengan suara heboh Ayra yang sama sekali tidak ada merdu-merdunya.

"Lebay lo," cibir Arzan.

"Biarin yang penting gue bahagia." Ayra tersenyum lebar.

Segitu bahagianya lo, Ay cuma karena dipinjemin jaket si Gandy, batin Arzan seraya menatap wajah cantik Ayra dari samping.

"Lo harus tau satu hal lagi, Ar," kata Ayra semangat.

"Apa?" tanya Arzan.

"Gandy nanyain nama gue!" seru Ayra lebih heboh. Untung di kelas hanya ada mereka berdua kalau tidak, mungkin Ayra sudah menjadi bahan cibiran teman-teman sekelasnya.

Arzan memutar bola mata malas. "Gitu doang?"

"Ada lagi dong!"

Always There For You (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang