Dear Diary #1

39 7 10
                                    

2021年3月15日

Konbanwa!
Haruki-kun, apa kabar? Aku baik-baik saja di sini. Jadi, kau tak perlu khawatir. Maaf, aku masih sering menangis, padahal aku sudah berjanji tak akan lagi menangis. Apa kau mau memaafkanku karena sudah melanggar janji?

Tidak terasa sudah bulan Maret lagi, ya. Pohon-pohon sakura sudah mulai berbunga. Musim semi di Jepang terjadi lebih awal tahun ini. Biasanya sakura mekar sempurna pada 2 April, tetapi katanya diperkirakan tahun ini sakura di Tokyo mekar pada 22 Maret. Aku masih sangat menyukai sakura walau tidak bisa melihat warnanya. Kau benar soal warna dunia ini, Haruki-kun. Dunia tetap indah meskipun aku tak melihat warnanya. Ya ... selama ada kau. Sayangnya, warna duniaku sudah pergi. Kau sudah tidak ada lagi di sisiku saat ini.

Tidak, tidak. Aku tidak menangis saat menulis ini. Aku tak ingin kau khawatir padaku, Haruki-kun. Aku menulis ini bukan karena masih bersedih sebab kepergianmu. Aku hanya sedikit rindu. Ah, tidak, aku sangat merindukanmu. Jika saja aku masih memiliki kesempatan untuk melihatmu lagi, aku pasti akan mengatakan bahwa aku sangat-sangat menyayangimu.

Kau tahu? Natsuo Senpai memintaku untuk menjadi perwakilan sekolah di Tokyo Music Festival tahun ini. Itu mimpi terbesarmu, bukan? Namun, bagaimana mungkin aku menginjakkan kakiku di sana, sedangkan kau tidak lagi bisa melihat penampilanku? Haruki-kun, aku sungguh bingung. Apa aku harus menerimanya? Kalau aku menerima tawaran itu, apakah aku bisa melakukannya dengan baik? Sejak kau pergi, aku bahkan tak lagi berani dekat-dekat dengan piano. Aku memilih kembali berkutat dengan partitur seperti yang aku lakukan saat menemanimu latihan dulu.

Haruki-kun, apakah kau percaya aku bisa menampilkan permainan pianoku yang terbaik di Tokyo Music Festival tahun ini? Aku tak berniat menjadi The Best Musician of the Year. Aku hanya ingin mewujudkan mimpimu yang belum sempat kau wujudkan, tetapi entah mengapa hatiku ragu. Aku harus bagaimana, Haruki-kun?

Haruki-kun, jika kau ada di sini, kau pasti akan menjadi orang yang paling bersemangat saat tahu aku terpilih mewakili sekolah untuk tampil di Tokyo Music Festival, kan? Aku yakin, kau akan menggendongku berkeliling taman atau membelikanku kertas paranada baru agar aku bisa menggambar partiturku sendiri untuk kompetisi ini. Seperti yang kau lakukan dahulu saat konser pertamaku di kedai kopi tempat kita biasa bertemu. Aku masih ingat, kau sangat antusias menunggu penampilanku, mengabaikan fakta bahwa aku masih saja gugup dan gemetar bahkan setelah konser selesai.

Haruki-kun, sudah hampir dua tahun sejak kau pergi, tetapi ingatan tentangmu masih segar seolah baru kemarin aku lewati bersamamu. Apa kau masih ingat hari latihan terakhir kita? Entah mengapa, "Spring Time" menjadi lagu yang paling sulit untuk kumainkan hingga saat ini. Sebenarnya, aku takut tak bisa memainkannya sebagus dirimu. Jemarimu begitu lentik menari di atas tuts saat memainkan "Spring Time". Sejak pertama kali mendengarnya, aku langsung meletakkan lagu itu sebagai lagu favoritku, di urutan nomor satu. Bahkan, lagu itu bisa menggeser posisi "River Flows In You" yang sudah lama sekali menjadi lagu favoritku. Aku sungguh jatuh cinta pada "Spring Time", terlebih karena kau selalu memainkannya ketika musim semi tiba.

Sekarang, lagu itu lebih banyak membawa kesedihan untukku. Aku sudah tidak pernah lagi mendengarkannya sejak kepergianmu. Aku ... tidak pernah bisa menyelesaikan lagu itu sejak terakhir kali kita latihan. Aku ... sungguh tidak bisa, Haruki-kun. Rasanya terlalu menyakitkan.

Aku berjanji akan mempertimbangkan untuk mengikuti Tokyo Music Festival karena itu mimpi terbesarmu. Semoga saja hatiku cukup kuat untuk membuka kembali memori saat mempersiapkan diri tampil di sana bersamamu dulu, ya. Aku harap aku cukup kuat.

Ah ya, apa kau masih ingat dengan Naoki-kun? Teman lama yang pernah kita selamatkan di gudang sekolah saat SD dulu. Aku dan dia kini satu sekolah. Aku sedikit lega karena dia kembali. Kesedihanku karena kepergianmu mungkin bisa sedikit terobati. Tidak, aku bukan ingin menggantikan posisimu. Aku tidak akan pernah melakukan itu dan tidak ada satu orang pun yang bisa menggantikan posisimu di hatiku. Namun, aku berharap Naoki-kun bisa menjadi kekuatanku yang baru. Aku sungguh butuh kekuatan untuk mengikuti Tokyo Music Festival. Kau paham keinginanku ini, kan, Haruki-kun?

Aku berjanji akan baik-baik saja di sini, Haruki-kun. Kau tak perlu lagi mengkhawatirkanku. Meski aku sering rindu senyumanmu, lembut tutur katamu, dan hangat pelukan yang kau beri saat aku tengah terjatuh, aku tetap akan selalu berusaha kuat. Aku berjanji akan selalu menjadi kekuatanmu, jadi aku tak akan menunjukkan sisi lemahku. Tidak akan lagi. Jaga dirimu baik-baik di sana, ya. Aku akan selalu merindukanmu. Semoga suatu hari kita bisa bertemu lagi.

Sahabatmu,
Mitsuko Fujiwara

***

続く。。。
Bersambung ...

Spring TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang