12. I Miss You..MORE

444 63 7
                                    

Semoga sukaa yaa 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semoga sukaa yaa 

Aku nulis ini pas mood lagi kacau banget dan gatau mestiapa buat balikin mood akhirnya aku nulis chapter ini. Kayak judulnya, mungkin mood aku lagi buruk karena kangen Jimin. awokawokawokawokaa

Maapkan atas cuap-cuapku yang kumat ga pentingnya ini. Yuk baca yang penting ini aja.

Eh tapi rate dewasa yaa ini

Mianhe..Saranghae

.

.

Hari-hari tersibuk Jimin dan Hana seperti kompak datang di saat bersamaan. Ketika Jimin selama seminggu  berada di Jepang, Hana yang tidak bisa menunda jadwal di Jeju pun akhirnya ikut meninggalkan Seoul. Rasanya hati Hana berkecamuk karena harus menitipkan Aera pada Ibu dan Jia lagi. Padahal mereka baru saja menempati rumah baru selama kurang dari seminggu tapi kesibukan segera menculik keduanya. 

"Maafin Eomma, ya sayang," begitulah Hana mengucapkannya sampai berulang kali sebelum berangkat ke Jeju. 

Hana yang biasanya leluasa pergi ke mana pun dan selama yang dia inginkan, kini tidak seperti itu lagi. Entahlah, secara naluri hatinya terikat dengan Aera begitu saja tanpa bisa dijelaskan. Hana biasanya menambah waktu di luar kota untuk jalan-jalan, tapi kini justru ingin menyelesaikan urusannya sesegera mungkin. 

"Tidak usah terburu-buru, sayang. Selesaikan pekerjaanmu sampai tuntas dan fokus. Aera baik-baik saja di rumahku."

"Tapi, Jim, aku..."

Jimin tersenyum menatap wajah lesu istrinya di sambungan video call. "Kalau kau cemas, Aera juga akan merasakan yang sama. Kau tidak ingin dia rewel kan?"

"Iya nggak mau..." Hana menghela napas panjang. "Aku akan fokus supaya cepat selesai dan cepat pulang!" serunya bersemangat. 

Tawa ringan Jimin tersaji mendamaikan hati Hana yang gelisah karena merindukan gadis kecilnya. Sebuah perasaan yang amat sangat magis bagi Hana. Jika Haeun mengkhawatirkan perasaan Aera yang kian lama kian dalam pada Hana, justru harusnya Haeun lebih mengkhawatirkan Hana sebab perasaan Hana jauh lebih dalam dari yang bisa dijelaskan. 

"Tapi jujur aku sedih," ujar Jimin gantian terlihat lesu. 

"Kenapa? Pekerjaanmu tidak berjalan lancar? Atau ada kesepakatan yang batal?" tanya Hana lurus.

Jimin memberengut menatap wajah lugu istrinya. "Aku sedih karena ternyata kau tidak memikirkanku sama sekali."

"Apa?" kedua bola mata Hana membulat.

"Hanya Aera..Aera ...Aera terus yang kau bahas, kau bahkan mau cepat-cepat pulang utnuk bertemu Aera. Kau tidak merindukanku sama sekali?"

Senyum Hana terurai, menatap gemas wajah Jimin yang memenui layar ponsel.

EveryWhenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang