17. I'm still..

260 42 14
                                    

Hai pembaca yang budiman. hihii

Banyak yang nungguin kelanjutan Jimin dan Haana gak yaa?

Sebenernya aku masih lumayan rutin nulis EveryWhen, cuma ga rutin diPublish >,< maap ..

Sebenernya aku masih lumayan rutin nulis EveryWhen, cuma ga rutin diPublish >,< maap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuk kita lanjutinnn perbucinan inii =D

happy readiiing ^^

.

.

Perkumpulan rutin para orang tua murid untuk melakukan beberapa kegiatan bersama anak mereka rutin dilakukan sekolah setiap akhir musim. Aera sudah sangat menantikan hari ini. Hari spesial di sekolah yang akhirnya tidak lagi dia hadiri hanya berdua ayahnya, melainkan sudah ada eomma yang melengkapinya.

Aera bersemangat sejak semalam. Dia nyaris tidak bisa tidur memikirkan hari sempurnanya. Setelah cukup lama ditemani Haana di kamar, gadis kecil itu pun terlelap. Pagi ini Aera bangun dan mandi dengan penuh semangat riang gembira.

"Apa selama ini dia melalui kegiatan ini sendiri?" tanya Haana pada Jimin yang sedang sarapan seraya membaca berkas-berkas di tab.

"Aku rutin datang, tapi dia hampir tidak tersenyum sama sekali." Jimin meletakkan tab nya. "Pernah satu kali dihadiri ibuku dan ayahku, hasilnya Aera menangis dan berakhir demam."

Haana terdiam sejenak, lalu menoleh ke arah putrinya yang berjalan menghampiri dengan baju seragam sudah lengkap terpasang.

"Aera sarapan dulu ya," ujar Haana mendudukkannya di kursi lalu mendekatkan mangkok berisi sereal.

Selepas sarapan mereka pun pergi ke seolah Aera dan menjalani kegiatan yang diadakan sekolah. Senyum Aera terkembang sempurna dan hampir tidak mengeluh sama sekali.

"Kau memberi kehidupan bagi gadis itu, Haana," ujar kepala sekolah ketika Haana berdiri di luar jendela menatap ke rah Aera yang sedang berpamitan dengan gurunya.

"Kau sering mengamatinya?"

"Tentu, aku mengamati setiap murid ku. Dan sudah pasti Aera sebab sikapnya dulu cukup mencolok. Tidak mau bicara, tidak mau berinteraksi, dan jika sesuatu tidak sesuai dengan inginnya maka dia akan menangis. Tetapi dia selalu diam setiap ayahnya datang."

"Selalu begitu?"

"Ya, selalu begitu. Dokter bilang secara psikologis Aera ketakutan. Dia takut Jimin akan pergi kalau dia jadi anak cengeng, dia juga takut ditinggalkan."

Hana tersentak. Ini fakta baru yang Hana ketahui tentang Aera. Sejak menikah dengan Jimin dan menjalani kehidupan rumah tangganya, Hana nyaris lupa bahwa semua itu berawal dari Aera. Hana lupa bahwa kehadirannya untuk menyembuhkan. Dia ada untuk kesembuhan Aera. Dia lupa fakta bahwa Aera tidak baik-baik saja.

EveryWhenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang