6. Get Lost

410 78 16
                                    

Semaput gue akhir-akhir ini liat dia ah 😭😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semaput gue akhir-akhir ini liat dia ah 😭😭😭

Rindu iniiii udah seluas jagad raya Jiiiiiimmmmm 😭😭😭

Oke maaf.

Efeknya jadi gue update Everwhen mulu.wkwk

Yuk happy reading 🌚🌚🌚

.

.

Beberapa hari ini Hana tidak terlihat bersemangat. Meski dia berusaha terlihat baik-baik saja ketika bersama Aera, Jimin tetap merasa ada kekosongan di mata Hana.

Perubahan sikap Hana itu mengganggu Jimin. Dia sangat ingin bertanya siapa lelaki yang menyapa Hana di toko es krim sebab sejak itu Hana berubah pendiam. Tetapi Jimin mencoba menahan dirinya karena terlalu rancu untuk bertanya.

Namun Jimin terbiasa menuntaskan segala hal yang mengganggu pikirannya karena dia malas pusing. Tapi rasanya begitu sulit menyelesaikan yang satu ini. Jimin tidak mau bertanya pada Hana, tapi dia terus-terusan ingin tau. Lantas dia memutuskan menemui Jia.

"Sekarang katakan dengan jujur," ujar Jia menatap.

"Apa?" ucap Jimin acuh tak acuh.

"Seorang Lee Jimin mustahil menelponku dan mengajakku makan siang berdua jika tidak ada kepentingan."

Jimin tersenyum singkat. "Kau memang nuna-ku."

"Hmm apalagi kalau kau sudah menyebut 'nuna-ku'. Ah! Menyebalkan," keluh Jia. "Jadi, ada apa?"

Lelaki itu masih diam, agak gugup. Kenapa juga dia harus gugup, bukankah ini hal biasa. Ah tapi Jimin takut Jia salah paham, tapi kenapa juga mesti takut. Harusnya wajar kan suami bertanya soal istrinya? Astaga! Jimin bergulat sendiri dengan pikirannya.

"Lee Jimin!" tegur Jia jengah.

"Nuna, sudah berapa lama kenal Hana?" tanya Jimin.

Senyum Jia terbit, dan Jimin kesal harus terlibat dengan wanita di depannya ini. Sudah pasti otak Jia mengolah yang barusan secara berlebihan.

"Hampir lima tahun sepertinya," ujar Jia agak sedikit mencari-cari kepastian di memorinya. "Beberapa tahun setelah dia debut."

"Kapan dia debut?"

"Astaga! Apa kau tidak pernah mencari tau riwayat istrimu?"

"Tidak. Untuk apa. Tidak penting."

Jia mengangguk pelan, "lalu setelah dulu kau merasa tidak penting mencari tau, kenapa sekarang jadi ingin tau?" selidik Jia.

Jimin berdehem, meneguk tehnya dan melarikan pandangan dari kejaran mata Jia yang berubah seperti seorang detektif.

"Kupikir... sekarang perlu tau untuk Aera," jawab Jimin asal.

EveryWhenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang