16. Wind Wall

471 60 7
                                    

Akhirnyaa akuu updatee 🌚

Udah banyak yang nungguin ngga nih??

Maaf ya aku lamaaaaaa ga update. Jadi sekarang aku akan coba update kapan pun aku sempet bahkan kayak sekarang. Pagi-pagi beginii 😂

Kayaknyaa ini pertama kalinya aku update pagi-pagi dehh yaa.

Enjoy it yorobuunn ❤❤

Ditunggu vote dan komennyaaa.hihii

hihii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Tidak biasanya Jimin meninggalkan kamar lebih dulu dari Hana. Pagi ini saat Hana masih bersiap di walking closetnya, Jimin sudah rapih dalam balutan jas trendy warna gelap keluar kamar. Lelaki dengan kemeja putih yang dua kancingnya terbuka itu lebih dulu belok ke kamar putrinya. 

"Anak Appa mana ya?" godanya sambil perlahan menyubuk dari balik pintu. 

Aera tertawa geli menyambut ayahnya yang merentangkan pelukan. Segera saja Aera berlari dan melompat ke dalam pelukan Jimin. Gadis kecil yang dibalut dress warna ungu muda itu merangkul Jimin, menatap dengan mata berbinar. 

"Aera mau sarapan apa?" tanya Jimin sambil berjalan keluar kamar Aera. Dia menggendong putrinya itu menuruni tangga satu per satu sambil berbincang ringan. 

"Roti buatan eomma."

Jimin memberengut, "hari ini Appa yang buat sarapan, bukan eomma."

"Andweyo Appa!" seru Aera menentang tegas dengan wajah lucunya. 

"Wae andwe?" Jimin membelalak kaget dengan reaksi penolakan langsung putrinya itu. 

Aera diam sejenak seperti berpikir keras alasannya atau mungkin sedang menimbang-nimbang kalimat yang baik? 

"Aera-ya..." Jimin malah merengek melebihi reaksi putrinya itu. 

"Aera mau sereal aja!" serunya cepat. 

"Nggak mau roti buatan appa?"

Segera saja dia menggeleng penuh keyakinan. "Ingin sereal cokelat."

"Yakin?" Jimin mendudukkan Aera di kursi, lalu berjongkok masih berharap Aera mau sarapan buatannya. 

"Susu dan sereal," senyum Aera terkembang manis. 

Baiklah, Jimin luluh dengan senyuman itu dan akhirnya mengalah. Dia mengambilkan mangkok, sereal dan susu untuk Aera. Setelah menyiapkan itu, Jimin pun kembali ke balik kitchen untuk meracik kopi. Dia juga meletakkan dua roti tawar ke dalam toaster. 

Seorang Lee Jimin berkutat di dapur adalah pemandangan langka. Dari kejauhan Hana membidik kamera ke arah suaminya itu. Jimin yang fokus meracik kopi sampai tidak sadar kalau dirinya sedang dipotret berkali-kali. 

EveryWhenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang