Enam

2.1K 233 14
                                    

Singkat cerita, Taehyung adalah anak dari bosnya ayah Jungkook di tempat kerjanya. Jabatan ayah Jungkook lumayan tinggi, jadi Taehyung kenal dengan beliau.

Hujan tak kunjung reda. Sudah pukul setengah sepuluh malam, yang artinya, sudah satu jam lebih Taehyung meneduh di rumah Jungkook. Sudah ganti baju pula karena kebasahan. Camilan sudah tandas semua. Tentu saja pelakunya, Jeon Jungkook.

"Bunda diam-diam sembunyiin cemilan, ya..?" Tuduh Jungkook.

Bunda Jungkook tak terima. "Kalo bunda kasih tau kamu, nggak ada satu jam udah abis itu cemilan. Perut karet emang."

"Ck, gini-gini sifatnya nurunin bunda loh."

Ya, begitulah. Bunda dan anak satu ini memang tidak pernah mengalah. Sifat mereka tidak jauh beda, bukan?

"Nak Taehyung, gimana kalau nginep disini saja? Hujannya deras sekali, nak." Tanya ayah Jungkook. Taehyung memaksa agar ayahnya Jungkook tidak memanggilnya dengan sebutan 'Tuan'.

"Tapi saya akan sangat merepotkan, ahjussi."

Ayahnya Jungkook menggeleng. Dia tidak kerepotan sama sekali, ia malah senang kedatangan tamu, rumahnya jadi ramai, katanya. Yoongi dan Jungkook lebih sering di kamar, mereka sudah punya kegiatan masing-masing.

"Kami tidak keberatan kok, bermalam saja disini. Di kamarnya Jungkook."

Jungkook yang sedang minum teh dingin itu agak tersedak. Loh, maksudnya mereka tidur berdua dalam satu kamar?

Plak

"Lo di kamar gue!" Yoongi tepuk kepalanya Jungkook agar sadar dari pikiran mesumnya.

Bunda Jungkook ngangguk. "Kalo di kamarnya Yoongi pasti nggak betah. Kamarnya aja kayak kapal pecah."

Hujan semakin deras dan kilat semakin banyak. Akan sangat berbahaya jika mengendarai motor di jalanan yang licin. Besoknya pasti akan sakit, yang lebih parah, bisa kecelakaan.

"Baik kalau tidak merepotkan.."

Bunda dan ayah Jungkook ngangguk barengan. Mempersilahkan Taehyung untuk menginap disini.

"Kalau gitu, antar ke kamarmu, Jungkook. Nak Taehyung pasti kelelahan."

-∞-

"Sorry ya om, berantakan.. Hehe. Koo males beresinnya."

Berantakan pala kamu gundul. Rapih banget sampai kayaknya kecoak pun minder masuk kamarmu - Taehyung.

Taehyung ngangguk. "Iya tidak apa-apa."

Jungkook beranjak ambil selimut yang ada di lemarinya. Malam ini dia akan tidur bareng kak Yoongi. Harus ada persiapan, yaitu selimut. Kak Yoongi tidak akan mau berbagi selimut sama Jungkook.

"Kalo gitu, selamat malam om. Semoga nyenyak tidurnya."

Jungkook menutup pintu kamarnya, lalu pergi ke kamar sebelah, kamar Yoongi.

Taehyung masih duduk di kasur empuk dengan sprei berwarna biru muda. Menatap kamar penuh dengan barang-barang yang lucu, mulai dari pajangan sampai boneka.

Oh, ternyata Jungkook suka dengan Iron Man. Buktinya, banyak sekali action figure Iron Man yang dipajang di sebuah lemari.

Jungkook juga suka kelinci ternyata. Banyak sekali boneka berbentuk kelinci diatas kasurnya. Tentu saja suka, wajahnya saja sudah mirip kelinci berbulu putih.

Ah? Taehyung pikir apa?

"Sudah malam, lebih baik tidur."

Taehyung menghempas kepalanya ke bantal empuk milik Jungkook. Wangi rambut Jungkook seketika tercium olehnya. Wangi vanila yang pekat.

Do'akan saja Taehyung bisa tidur malam ini.

Sedangkan di kamar sebelah, Jungkook sudah tiduran di kasur tambahan, pisah kasur dengan Yoongi, karena kasur di kamar itu adalah single bed.

"Kak?"

Yoongi hanya berdehem, terlalu malas untuk sekedar mengobrol di malam hari, apalagi besok ia ada jadwal kerja. Jadi ia harus tidur lebih awal.

"Jawab kek, mulut lo dijait ya sama bunda?"

Pukkk

Bantal dengan bentuk hati berwarna pink itu mendarat di wajah Jungkook. Sebentar, sejak kapan kakaknya punya bantal feminin kayak gini?

"Anjir pink."

Yoongi pun jawab, "hadiah gratisan, lumayan."

"Dari siapa?"

"Sebelum kaos kaki gue nyumpalin mulut lo, mending lo tidur sekarang."

"Tapi kak—hmmpp"

Benar saja, kaus kaki abu-abu pun menyumpal mulut Jungkook. Untung saja kaus kaki itu masih baru, jadi tidak ada bau semerbak.

"Makanya kalo punya otak jangan di turn off sebelah. Cepetan tidur."

Jungkook pun diam, mencoba kembali untuk tidur. Tapi tetap saja tidak bisa.

"Kak?"

"Apa lagi sih markonah?"

"Gajadi.. Hehe.."

Yoongi naik pitam, wajahnya sudah merah menahan marah. Kalau saja bukan adiknya, sudah dia buang ke rawa-rawa dekat sekolah nya Jungkook.

-∞-

Hari berjalan seperti biasanya. Ujian dadakan pelajaran fisika, dan quiz cepat pelajaran matematika. Ditambah dengan pelajaran pemrograman yang bahasanya sulit dimengerti. Apakah tidak bosan?

Jungkook mengeluh sambil meregangkan tubuhnya yang kaku.

"Astaga mau libur setahun!"

Festival sekolah diadakan besok lusa, jadi ia harus segera menuju parkiran, karena Taehyung pasti sudah menunggu di sana.

"Pulang bareng hari ini?" Tanya Jimin.

Jungkook menggeleng. "Lusa kan festivalnya, jadi berlatih piano lebih penting Jiminku sayang.."

Begitulah mereka, sangat dekat seperti dua kutu yang berjalan bersama. Bahkan tak jarang mendengar rumor beredar tentang kedekatan mereka.

Puk

"Om gantengmu lagi kan? Ku do'akan om gantengmu itu sudah nikah diam-diam!"

Jungkook meringis, kepalanya sakit setelah ditepuk oleh Jimin. Bibirnya mengerucut lucu siap untuk mengomeli sahabatnya itu.

"Harusnya aku yang mukul! Enak saja do'a yang nggak-nggak. Ku do'akan balik tidak tumbuh lagi."

Ya, tolong tinggalkan adegan mesra alias pukul-pukulan by Jungkook and Jimin.

-∞-
TBC

Ada yang masih nggak paham sama alurnya? Coba sini tanya ke Arell apa yang belum paham.

Nanti Arell jawab langsung okay?

Tapi kalo gaada, silahkan tunggu chapter selanjutnya-!

Thank you and See you 💜

Sound of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang