Dua Belas

1.6K 181 11
                                    

"Jungkook, saya pulang."

Keadaan rumah Jungkook masih sepi, papanya mungkin masih kerja dan mamanya masih di toko. Sedangkan Yoongi mungkin sedang di studio.

Pintu kamar Jungkook sedikit terbuka, ada cahaya dari dalam menandakan ada orang di dalam ruangan tersebut.

Taehyung perlahan naik ke lantai dua dan mengintip ke arah dalam ruangan tersebut. Jungkook yang menatap kosong dinding kamarnya dan Jimin yang berusaha menenangkan Jungkook.

Jujur saja, Taehyung agak cemburu dengan itu.

"Ada apa ini?"

Keduanya menengok ke arah Taehyung, namun Jungkook kembali menunduk menghindari tatapan mata Taehyung.

Jimin bangkit dari duduknya dan mengambil tas sekolah miliknya. "Ck, tanya saja kepada ibumu, pak tua."

Jimin keluar dari kamar Jungkook seraya berpamitan kepada pemilik rumah untuk pulang. Jungkook tidak merespon, hanya menatap kosong selimut yang ia kenakan.

"Jungkook, bilang pada saya. Apa yang dikatakan ibu saya kepadamu, hm?"

Jungkook menggeleng, tidak mau menjawab pertanyaan Taehyung.

Yang lebih tua mengambil langkah untuk menarik tengkuk yang lebih muda, dan menempelkan kedua bibir mereka untuk berciuman.

Tidak ada nafsu, hanya sebatas menempel meminta jawaban dari yang muda.

Taehyung melepaskan ciumannya karena Jungkook tidak bereaksi apapun. Setelahnya mengelus surai yang lebih muda perlahan.

"Hey? Tidak niat bercerita dengan saya?"

Taehyung sedikit limbung ketika Jungkook tiba-tiba memeluknya dengan erat dan menyembunyikan kepala di balik lehernya. Namun Taehyung balik memeluk Jungkook agar tenang.

"Om sakit?"

Oh, ternyata Jungkook tahu tentang masalah ini. Ia mengangguk, elusan pada punggung Jungkook semakin ia lembutkan.

"Saya tidak mati, Jungkook. Jangan menangis."

Tangisan Jungkook semakin besar. "Huaaa.. Jangan ngomong kayak gitu, om. Hiks.."

Taehyung terkekeh kecil, lucu sekali kekasihnya ini. Ia mengecup rambut kekasihnya menenangkan.

"Iya, janji tidak bicara seperti itu lagi."

"Kok bisa, hiks, sakit?"

Taehyung menaikkan bahunya tanda ia tidak tahu. "Dokter bilang saya keracunan makanan. Mungkin makan siang hari kemarin."

Jungkook melepaskan pelukan keduanya, menatap mata Taehyung dengan mata bulatnya yang terkejut.

"Keracunan?"

Taehyung mengangguk. "Saya pesan makanan delivery yang ada di dekat kantor. Kemungkinan besar dari makanan itu."

Jungkook mengelus rahang tegas prianya perlahan, tersenyum kecil kepada si tampan yang dibalas dengan terpejamnya mata menikmati elusan lembut darinya.

"Koo senang kalo om udah baik-baik aja. Habis ini, om harus makan banyak makanan rumah okey? Biar koo yang masak!"

Taehyung hanya tersenyum geli mendengarnya. Lantas ia mengecup hidung kecil Jungkook yang tertawa karena aksinya. Memeluk kembali yang lebih muda dengan erat.

-∞-

"Koo sudah buatkan sandwich isi sayur dan daging ayam mayonaise. Untuk makan siang, Koo buatkan bento, dan jus apel untuk minumannya. Ingat, harus dihabiskan!"

Taehyung mengangguk dengan senyum kotaknya. Ia mengambil tas makan itu dari tangan kekasihnya. "Baik, sekarang kamu masuk, bel akan berbunyi sepuluh menit lagi."

Jungkook memakai tas ranselnya dan keluar dari mobil hitam Taehyung. Melambaikan tangan hingga mobil itu tidak terlihat lagi.

Ia pun beranjak masuk ke dalam halaman sekolahnya, sudah lumayan sepi karena sebagian murid sudah masuk ke dalam kelas masing-masing.

Oh, kecuali Jimin yang akan selalu menunggunya di bawah pohon apel yang rindang.

"Lama banget, begituan dulu ya kalian?"

Jungkook menepuk dahi sahabatnya itu agak keras. "Begituan apanya?! Ayo masuk ke dalam kelas."

Keduanya jalan berdampingan, seperti biasa mereka akan bercerita satu sama lain. Jujur Jimin agak bosan saat sahabatnya terus-terusan memuji betapa tampannya wajah Taehyung.

Jungkook duduk di kursi kelasnya sambil meregangkan ototnya yang pegal. Setelahnya meletakkan kepalanya di meja dengan kedua lengan sebagai tumpuannya. Pikirannya masih dengan tanda tanya besar, siapakah yang meracuni kekasihnya, apakah ada orang yang benar-benar membenci kekasihnya?

Secara kekasihnya adalah orang yang lumayan terkenal di negri ginseng ini.

"Aargghh" Ia berteriak pelan sembari mengacak rambutnya yang rapi.

"Hey, kenapa?"

Jungkook mendongak menatap Jimin sembari menyengir. "Nggak apa-apa. Cuma pusing karena tugas yang menumpuk."

Jimin mengangguk. "Oh, omong-omong sudah kerjakan tugas matematika?"

"Tugas matematika? Astaga?! AKU BELUM MENGERJAKANNYA! PINJAM BUKU TUGASMU!"

Jimin menghela napas, "Sudah kuduga.."

-∞-

TBC

Kasih tau aku udah berapa lama ga update? Gaada ide sumpah, mana tugas numpuk banget, seminggh lebih kemaren tuh aku bener² sibuk hiks.

Maaf yaw, dan makasih yang sempet bantu like tugas di IG kemaren. Lop yu (๑•ᴗ•๑)♡

Maaf cuma 600 words, yah gimana gaada ide (◞ ‸ ◟ㆀ)

Anyway, aku lagi bikin draf fanfic werewolf, doain semoga cepet kelar ya (๑°꒵°๑)・*♡

See you soon-!

Sound of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang