Chapter 3 : Survive

1.7K 168 1
                                    

"YA! Bangun kau gelandang! Jangan tidur di depan tokoku!" Suara itu menggelagar dan membangunkan Wonwoo dari tidurnya. Ia mengerjapkan kedua mata sembabnya, semalam ia tidak tahu harus tidur di mana dan ia memutuskan tidur di sebuah depan toko, hari sudah pagi.

Wonwoo terbangun. "Maafkan saya." Ucapnya sembari berdiri.

"Pergi dari sini!" Bentak pemilik toko itu sembari mendorong tubuh Wonwoo. Wonwoo berjalan, tapi ia tak punya tujuan. Ke mana ia harus pergi? Ia tak punya uang sepser pun, ia tak punya satu pun orang yang ia kenal di Seoul.

Wonwoo terhenti di sebuah taman bermain, ia terduduk di salah satu ayunan itu dengan tubuhnya yang lemas. Ia menghela napasnya panjang, hari sudah mulai siang dan ia tidak tahu harus bagaimana. Pikirannya juga masih kalut dengan ayahnya. Dan ia kembali meneteskan air matanya. "Kenapa ini semua harus terjadi padaku?" Lirihnya.

Wonwoo terduduk di sana hingga matahari sudah sangat terik, sekitar jam satu siang Wonwoo bangkit dari duduknya. Paling tidak ia harus mencari uang agar bisa makan dan membeli tiket untuk kembali ke Changwon.

Wonwoo berjalan ke area Itaewon, ia mulai melangkahkan kakinya mengunjungi satu persatu toko atau restoran yang buka. Menanyakan apakah butuh pekerja atau tidak. Selama tiga jam Wonwoo berkeliling dan ia tidak menemukan. Perutnya sakit, maagnya mulai kambuh, sudah seharian ini ia tidak makan atau minum. Tubuhnya benar-benar lemas.

Tapi Wonwoo tak menyerah, ia kini berdiri di depan sebuah restoran yang sangat banyak pengunjungnya. Ia menelan ludahnya ketika melihat orang-orang itu menikmati makannya. Hingga akhirnya ia tersentak ketika seorang wanita paruh baya mendatanginya. "Ada apa nak?" Tanya wanita tersebut.

"Oh, ini.. Itu apakah di restoran ini mencari pekerja.? Maksudku semisal untuk mencuci piring." Tanya Wonwoo.

Wanita itu menatap Wonwoo, melihat bagaimana keadaan Wonwoo, wajahnya putihnya benar-benar tambah pucat. "Ada, kebetulan yang biasa mencuci piring sedang tidak masuk. Kau bisa bekerja di sini." Ucapnya kemudian.

Wonwoo tersenyum begitu lebarnya. "Sungguh? Terima kasih banyak Bibi.." Ucapnya, berkali-kali membungkuk.

Wanita paruh baya itu mengajaknya masuk dan langsung membawanya ke tempat cucian piring. "Jangan dulu mulai mencuci, aku akan mengambilkan makan untukmu. Kau begitu pucat." Ucap wanita tersebut dan Wonwoo mengangguk.

Wanita tersebut pergi dan tak berapa lama kembali dengan membawa sepiring makanan dan segelas air putih. "Makanlah, setelah itu kau cuci piringnya." Ucapnya.

Wonwoo menerima piring dan gelas tersebut. "Terima kasih bibi." Ucapnya. Ia beranjak duduk di sudut ruangan tersebut dan mulai memakan makanan tersebut. Dengan begitu cepat karena memang ia sangat lapar.

Selesai makan, Wonwoo langsung mulai mencuci piring dan gelas yang begitu banyak dan terus berdatangan. Kedua tangannya tak berhenti bergerak mencuci alat makan tersebut. Beruntung ia sudah biasa bekerja, jadi ia tidak mengeluh ketika melakukannya. Dan, di sela-sela Wonwoo melakukannya, ia menangis lagi, dalam diam.

Hingga akhirnya ia selesai, restoran tersebut di tutup. Wonwoo meregangkan tubuhnya yang terlalu lama berdiri. Ia melihat jam dinding di dapur itu, menunjukkan pukul sepuluh malam. Wonwoo menghela napasnya, kini ia tidak tahu haru tidur di mana.

Setelah merapikan semuanya, wanita paruh baya tadi mendatangi Wonwoo dan mengajak Wonwoo untuk duduk di salah satu kursi pelanggan yang ada di restoran tersebut. Dengan sepiring makanan di atas mejanya. "Makanlah." Ucap wanita itu. "Kita belum berkenalan kan? Siapa namamu?"

"Jeon Wonwoo." Jawab Wonwoo. Ia merasa sangat berterima kasih pada wanita itu.

"Wonwoo. Baiklah, perkenalkan nama bibi Shin Hye Kung, sekarang Wonwoo makanlah. Bibi akan membenahi barang-barang."

MèirleachTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang