• Disclaimer •
Cerita ini based on true story. Apabila ada kesamaan judul, nama tokoh, dialog, atau adegan, ketahuilah bahwa itu sebuah ketidaksengajaan yang terjadi antara saya dengan yang bersangkutan. Bisa jadi, kami sehati.
•••••
Bukan kisah klasik antara seorang gus yang menikah dengan santri abdi ndalem. Biarkan osean yang bercerita karena orang-orang tidak pernah mengetahui isinya, tidak dapat menebak besar kecil ombaknya, tapi yang pasti akan sering tenggelam di dalamnya.
“Kamu percaya nggak kalau tiap orang perlu seseorang yang dijadikan rumah untuk melepas asanya?” tanya Aleea dengan sorot mata memusat pada kilauan bintang-bintang di langit sana.
Pria di sebelahnya menggeleng. “Enggak,” jawabnya singkat.
Aleea memberengut. Ia menatap orang yang ada di sampingnya dengan seksama. “Kenapa?”
“Rumah itu statis yang tidak berubah keadaannya, sedangkan manusia itu dinamis dia bebas berubah kapan saja. Someday, kalau kamu pulang ke rumah, dan ternyata orang yang kamu anggap rumah itu berubah, siapa yang sakit?” jelasnya di akhiri pertanyaan.
“Aku.”
“Itu kamu tau. Please, don’t expect too much, manusia itu mudah berubah,” imbuhnya yang membuat Aleea merasa tertampar. “Rumah kamu hanya Tuhan dan diri kamu sendiri. Jangan sampai jasad kamu masih ada di bumi, tapi nama kamu sudah duluan mati.”
Kini, Aleea baru paham apa yang Abidzar maksud hari itu. Sesuatu yang ia genggam, suatu saat pasti akan lepas, hirap, dan terbang dengan bebas. Pergi jauh dan mungkin tidak akan pernah kembali. Everything will gone; people come and go anytime, last but not least, apa yang pergi memang sebaiknya diikhlaskan. Apa yang hilang memang sebaiknya direlakan. Keduanya memang menyakitkan, tapi apa lagi yang harus dilakukan selain melawan rasa sakit itu sendirian?
“Mas Abi ... aku nggak papa, tapi aku pergi duluan, ya?”
Sebuah kalimat singkat yang akan mengantarkan keduanya menuju realita menyakitkan.
•••••
To be continued.
All rights reserved. Tag my wattpad account if you want to share anything about this stories.
Indonesia, 3 April 2022 | Jangan lupa prioritaskan Al-Qur’an.
KAMU SEDANG MEMBACA
Polimagination [END]
Spiritual[Romance 14+ - Spiritual - Spesial Ramadan 2022] Bukan kisah klasik antara seorang gus yang menikah dengan santri abdi ndalem. Biarkan osean yang bercerita karena orang-orang tidak pernah mengetahui isinya, tidak dapat menebak besar kecil ombaknya...