What Should We Do

319 19 2
                                    

Note: Iqra aja ya, makasih

"Naru, kau masih ingat 'kan tentang mama yang mau mengunjungi kita? Sebulan lagi mama dan kaa-chan mau ke sini." Ucap Sasuke yang sedang duduk di ranjang kamar tidurnya. Ia sudah diperbolehkan pulang ke rumahnya sejak seminggu yang lalu, kecuali Gaara yang harus rawat inap karena penyakit yang diidapnya.

"Ahh iya kau benar, sayang. Aku hampir lupa tentang itu."

"A-aku bingung, apa yang harus kita lakukan. Bagaimana jika mereka tahu kalau aku buta. Aku takut, Naru." Naruto yang sedang membaca novel itu segera menutup bukunya dan mengarahkan badan kecil itu di dada bidang berbalut piyama satin miliknya.

"Aku akan segera mencarikan donor mata untukmu, Sasu...jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja."

"Sebulan? Apa itu waktu yang cukup? Apa ada orang yang sukarela memberikan matanya untukku dalam waktu sebulan? Tidak mungkin, Naru."

"Kita tidak ada yang tahu rencana Tuhan seperti apa, setidaknya kita berusaha bukan? Ya sudah, kau jangan terlalu memikirkan itu. Istirahatlah, kau baru saja keluar dari rumah sakit. Dokter menganjurkanmu untuk tidak terlalu stress 'kan?"

Sasuke hanya menganggukkan kepalanya dan menguap kecil, ternyata ia sudah mulai mengantuk. Naruto membaringkan badan sang istri dan menyelimutinya dengan selimut tebal yang hangat, sebentar lagi mau masuk musim dingin.

'Jangan khawatir, sayang. Aku akan lakukan apapun agar tak ada masalah lagi dalam hidup kita.'
.

.

.

.
Pagi ini tak ada yang istimewa di rumah keluarga Uzumaki muda itu. Semua berjalan seperti biasa, Naruto yang mengambil tanggung jawab Sasuke dalam urusan rumah tangga dan sang istri hanya membaca buku beraksara braille. Buku motivasi mungkin, entahlah.

"Naru...Naruto..." Si pirang itu mendengar panggilan dari Sasuke. Ia hampiri orang itu dan duduk di sampingnya.

"Kenapa sayang? Apa perlu sesuatu?"

"Tidak, aku hanya bosan. Bisakah kita jalan-jalan?"

"Ide bagus...kau mau kemana, sayang?"

"Pantai. Sudah lama kita tidak ke sana. Aku mau dengar suara deburan ombak, kicauan burung dan angin sore yang menyejukkan. Aku juga mau minum air kelapa dan makan seafood."

"Aku suka sekali idemu, ayo kita ke sana. Aku akan bawa beberapa baju dan keperluan lain."

"Tunggu...uhm, bisakah kita ajak Gaara?"
.

.

.

.
Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang. Naruto sengaja tak menghidupkan AC di mobilnya dan membuka tiga jendela agar angin segar masuk dan melakukan sirkulasi udara dengan baik.

"Whoaaa...sudah lama aku tak ke pantai! Terimakasih kuning, Sasu-chan sudah mengajakku!" Senyuman manis tertera di wajah pucat Gaara yang melihat keberadaan pantai yang ada di bawah jalan itu. Rambut merahnya berkibar dengan lembut.

"Iya, aku juga senang melihat kau bahagia. Bagaimana Naru? Apa kau suka?"

"Tentu saja. Ternyata menyenangkan juga....hahahahaha...lihat! Cuacanya sangat cerah. Pantai sepertinya sedang jarang dikunjungi orang...sebentar lagi kita akan sampai!"

Mobil itu berhenti di lahan kosong dan satu-persatu mereka keluar dari mobil. Sasuke-Naruto-Gaara (di kursi roda) melihat keadaan pantai yang bersih dan begitu tenang. Tangan kekar itu menuntun Sasuke dan membantu Gaara mendorong kursinya.

"Bisakah kau jelaskan keadaannya sekarang? Apakah bagus?"

"Tentu saja, di sini sangat indah. Burung-burung camar sedang terbang mencari ikan. Di sini juga tak ada orang sepertinya!"

Takdir Cinta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang