Uncontrol and Question

606 34 10
                                    

Note: Iqra
.

.

.

.

.
"Apa yang kau pikirkan, sayang?" Naruto membelai wajah cantik Sasuke yang berbaring di ranjangnya, tubuh sang istri mulai berisi kembali semenjak Sakura selalu menasehati Naruto untuk memberikan makanan yang bergizi untuk Sasuke. Apalagi nafsu makannya sedang meningkat, Naruto bersyukur akan hal itu.

"Tidak, aku hanya memikirkan Gaara-chan. Bagaimana keadaannya?" Sasuke memegang tangan besar yang sempat membelai wajahnya, merasakan tangan kasar yang begitu hangat di wajah lembut itu.

"Sasu...kenapa kau masih memikirkan dia? Gaara sudah berbuat jahat pada kita, dia juga berencana membunuh bayi ini. Kau akan semakin tersiksa nanti..."

"Tapi aku mengkhawatirkan nya. Walaupun dia jahat, dia tetap sahabatku. Dia hanya tertekan, Naru. Dia hanya ingin kau membagi waktu untuknya juga bukan denganku seutuhnya."

"Tidak, sayang. Sekalipun dia istri keduaku, aku tak pernah mencintainya. Aku hanya bisa mencintaimu, Sasu-ku."

"Naru..."

"Cinta itu bukan warna atau nada yang bisa kau lihat dan dengar. Cinta itu rasa, tumbuh dari hati dengan sendirinya dan tak bisa dipaksakan. Aku tak bisa paksakan hatiku untuk mencintai dia."

"Kau dengar pepatah alah bisa karena biasa, bukan? Kau mungkin harus mencobanya..."

"Sasuke, apa kau tak paham? Tolong mengertilah, sayang. Dan bolehkah aku meminta sesuatu padamu untuk saat ini? Aku ingin izinmu untuk ceraikan Gaara." Mata hitam itu membola, kata-kata tabu itu keluar dari mulut Naruto walau tak ditujukan untuknya. Tapi, tetap saja melukai hatinya.

"N-Naru...kenapa kau mau menceraikannya? G-Gaara-chan sahabatku, dia berhak bahagia..."

"Apa kebahagiaannya harus menghancurkan rumah tangga kita? Tidak, Sasuke. Tidak..."

"Kalau aku jadi Gaara, aku akan terpukul. Di saat aku butuh dukungan dari orang yang ku cintai, ternyata dia mau berpisah denganku. Entah apa yang terjadi dengan hidupku, mungkin aku bisa bunuh diri...ku mohon jangan ceraikan Gaara-chan. Hiksss...ku mohon."

"Sasuke..."

Sasuke bangkit dari ranjangnya, turun perlahan dengan meraba tepi kasur beserta lengan sang suami. Dirasa ia tepat di hadapan Naruto, tubuhnya duduk bersimpuh di lantai keramik. Permohonan yang begitu dalam dari seorang Uzumaki-Uchiha Sasuke.

"Aku mohon padamu, Naru. Aku istri pertamamu, aku punya hak untuk menolaknya..hikss...aku mohon jangan ceraikan Gaara-chan...Dia sahabatku satu-satunya...dia juga yang mau berteman dengan orang lemah dan menyusahkan sepertiku selain dirimu, suamiku. Aku mohon..." Kepalanya tertunduk, ponny yang menutup kening lebarnya begitu rapat menyembunyikan mata yang menangis itu.

Tangisan itu nampak mendalam dengan tangan kanan yang memegang perut besarnya dan tangan kiri yang mengepal di atas lututnya. Naruto benar-benar tak habis pikir seberapa polos dan sucinya hati seorang Sasuke, benar-benar turunan ibu mertuanya yang lemah lembut (Uchiha Mikoto).

"Sayangku, kau jangan berlutut seperti ini. Ayo berdiri...aku tak sanggup lihat kau seperti ini..."

"Tidak mau! Aku tak mau berdiri sampai Naru setuju untuk tak berpisah dengan Gaara-chan...hikss..."

"Sasuke, ayolah jangan keras kepala seperti ini. Kakimu nanti pegal, padahal baru sembuh..."

"Tidak mau! Naru belum berjanji!"

"Sasuke, ayolah...jangan sampai aku ikut kesal padamu juga, ayo berdiri ya sayang."

"Tidak mau! Aku tidak mau berdiri, hiksss..."

Takdir Cinta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang