He Needs You

417 33 5
                                    

Note: Udah ya dibaca saja
.

.

.

.

.

.
Rapat dengan pemimpin perusahaan teknologi Uchiha (Uchiha Itachi) tak menjadi masalah untuk pria pirang ini. Profesionalitas ditambah lagi hubungan kakak-adik ipar membuat rapat itu berjalan santai.

"Hey, Naruto. Mau minum kopi dan makan siang bersama? Aku sedang kosong." Itachi merangkul pundak itu dengan akrab, pria yang diajaknya bicara sontak tersenyum hangat dan balas merangkul kakak iparnya.

"Hummm...ahh dia sudah datang!" Pintu kayu yang baru saja tertutup itu kembali terbuka, menampilkan pemuda dengan dress biru lebih selutut berlengan panjang dibalut coat panjang berwarna pastel.

"Apa aku telat? Halo Itachi-nii!" Kaki jenjang berbalut stocking hitam dan flatshoes hitamnya berjalan cepat menghampiri kakaknya dan memeluk hangat.

"Hey, adik kecilku...jangan erat-erat, aku sesak...baby-mu ikut sesak juga..."

"Ahh maafkan mommy, maaf nii-chan! Oh iya, aku membawakan makan siang untuk para pekerja keras!"

"Whoaaa beef yakiniku dan ehmmm salad?"

"Iya ini bagus untuk kalian, jangan lupa hidup sehat!"

"Iya iyaaaa...tunggu sebentar, aku harus angkat teleponku sebentar." Naruto mengambil ponselnya dan menjawabnya

"Halo bibi Karura, lama tidak menelpon! Ada apa? Astaga! Baik aku ke sana sekarang!"

"Naru, ada apa? Kau begitu cemas."

"Gaara....Gaara masuk rumah sakit! Ayo kita ke sana!" Kunci mobilnya ia raih dan berlari meninggalkan dua Uchiha di ruang kerjanya.

"Naru...Naru! Kau belum makan! Hahhh...aku akan menyusulnya." Ia ikut berlari dengan memegang perutnya agak tak keram. Meninggalkan Itachi sendiri yang nampaknya harus makan siang sendiri lagi

Di parkiran pun Naruto yang akan masuk ke mobilnya nampak kaget melihat Sasuke yang mengejarnya. Ia khawatir kalau kandungan sang istri bermasalah karena mengejarnya tadi.

"Naru, aku ikut denganmu..."

"Tapi, kakakmu tadi...dan berlari..."

"Gaara sahabatku juga, aku mau menjenguknya! Ayo jalankan mobilnya!"
.

.

.

.
Wanita cantik rambut seleher itu terus menatap si bungsu yang terbaring tak berdaya di brankar rawat inap itu. Beberapa selang dan kabel terpasang di tubuh mungil itu.

Karura terus mengusap wajah sang putra yang putih pucat sedikit kurus itu. Ia sungguh berharap pada Tuhan agar menukar penyakit yang diderita putra kecilnya ke tubuhnya. Seorang ibu pasti merasa sedih dan terpukul melihat anak yang begitu ia sayangi menanggung penyakit berbahaya di dalamnya.

"Gaara-ku yang imut, ibu mohon cepatlah sembuh...apa kau tak mau melihat ibu lagi sampai terpejam selama itu, hum? Ibu menyayangimu..."

Mata coklat gelapnya memandang arah pintu yang terbuka sedikit kasar itu, pria pirang berjas kantor dengan istrinya yang mengekorinya.

"Bibi...ada apa dengan Gaara, bi?"

"Syukurlah kalian sudah datang! Bisa kita bicara di kantin saja, Naruto, Sasuke?"
.

.

.

.

.
"Gaara mengidap kanker otak sejak setahun terakhir ini. Stadiumnya sudah tahap ketiga..." Baik Naruto maupun Sasuke terdiam mendengar tuturan wanita paruh baya yang lemah lembut itu.

Takdir Cinta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang