Gaara's Revenge (18++)

541 31 7
                                    

Note: Udah iqra aja, maaciw
.

.

.

.

.
Di kamar bernuansa putih-jingga itu, pemuda bermata jade yang bulat terus berkutat dengan hati dan otaknya. Tangannya mengepal erat di atas selimut tebal berwarna biru langit itu.

"Gaara, kau tak boleh kalah! Naruto suami-mu, Kau tak boleh hanya duduk diam di sini. Sasuke, lihat saja! Naruto itu pantasnya denganku!"
.

.

.

.
Sasuke nampak sibuk membersihkan lantai rumahnya, vaccum cleaner yang sedikit lebih pendek membuatnya harus menunduk untuk meraih celah-celah kecil rumahnya.

Nampak sesekali ia rehat di sofa karena perutnya sedikit sakit, bayinya menendang begitu keras. Tanpa mengeluh, pria cantik itu mengusap perutnya dengan penuh cinta. Tendangan janinnya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi si calon ibu.

"Baby, mommy sedang bekerja. Nanti setelah mommy selesai, mommy akan membacakan cerita untukmu okay..." Kembali ia rasakan tendangan kecil, sepertinya si bayi setuju dengan ucapan ibunya. Mata hitam bulatnya menunjuk jam dinding, masih jam sepuluh pagi entah kenapa dirinya lapar lagi walaupun tadi pagi ia ikut sarapan nasi bersama Naruto dan Gaara.

"Makan sedikit sepertinya tak masalah, baby mau makan lagi, ne? Mommy akan memberimu makan lagi." Beranjak dirinya menuju pantry, mencari camilan atau makanan yang bisa disajikan dalam waktu cepat.

"Buah-buahan ini sepertinya cukup untuk mengganjal perutku, baby... sebentar lagi kau akan mendapat vitamin yang banyak." Piring kecil berisikan potongan buah ia bawa menuju sofa ruang tengah, berjalan santai dan bersiap menikmati buahnya.

Tak sadar pijakannya tak seimbang, sandal rumahnya menginjak sesuatu yang licin. Ia terpeleset, piringnya pecah bahkan buah-buah itu berhamburan di lantai yang sudah ia bersihkan bahkan kepalanya membentur lantai keramik cukup keras. Tangannya berusaha menahan perut buncitnya agar tak terbentur lantai

"B-baby...b-bertahanlah..."

Mata itu terpejam tak sadarkan diri. Tak sampai dua menit selepas tak sadarnya Sasuke, orang itu datang dan tersenyum penuh kelicikan di sana.

'Rasakan...'
.

.

.

.
"Untuk saat ini saham di perusahaan kita sedang meningkat dengan kenaikan mencapai 50%. Maka...maaf saya harus mengangkat telepon ini sebentar." Naruto yang melakukan rapat dengan beberapa managernya harus terhenti sejenak kala ponselnya berdering. Kontak 'My beloved Sasu' tersaji di sana.

"Halo sayang, aku sedang..."

'Naruto, ini aku Gaara...maaf menghubungimu saat sibuk. Sasuke terjatuh...hiksss...tolong pulang sebentar, aku tak mau sahabatku terluka...hiksss..'

"Ya Tuhan, baiklah Gaara...aku pulang sekarang." Langkahnya sangat terburu-buru, memohon maaf kepada pegawainya karena rapat itu harus terhenti demi seorang yang ia cintai dan pergi secepat yang ia bisa.

"Sasuke... bertahanlah..."
.

.

.

.
Tangan putih berbalut sweater peach itu menutup sambungan teleponnya, mengusap sedikit air mata yang sempat ia keluarkan. Mata jade itu kembali normal, tanpa ada bekas bengkak akibat menangis dan menatap orang yang tak sadarkan diri di lantai itu.

Walau ia harus berusaha berdiri demi bisa duduk dengan nyaman di lantai yang dingin, setidaknya acting nya tak sia-sia. Lantai yang sempat berlumuran sabun cuci piring sudah dibersihkan menggunakan kain pel.

Takdir Cinta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang