Note: Iqra
..
.
.
.
Naruto terbangun dengan sedikit rasa pusing yang mendera kepalanya, ahh lukanya masih cukup basah rupanya. Untung saja tak berbekas di kasur Gaara. Mata birunya kembali melihat tubuh kurus itu yang masih terdiam dengan seruan nafas yang teratur.
"Kapan kau bangun, panda? Aku merindukanmu...aku juga ingin mencoba mencintaimu dengan adil. Maaf kalau aku memang egois waktu awal pernikahan kita, tapi aku akan mencobanya. Ughhh....aku harus ke kamar Sasuke, sepertinya dia merindukanku. Mimpi yang indah, pandaku." Ia mencium kecil kening pucat itu, sedikit dingin karena selalu dihembuskan udara dingin dari pendingin ruangan. Meninggalkan pria rambut merah itu dan menutup pintunya pelan.
Tanpa Naruto tahu, di balik diamnya Gaara...air mata mengalir lembut di sudut kanan mata yang terpejam itu.
..
.
.
.
Pintu kamar itu terbuka pelan, ingin memberikan kejutan dengan kehadiran akan dirinya. Alisnya sedikit bertaut, tak ada siapapun di kamar itu. Biasanya orang itu sudah terbangun dan manja ingin dipeluk atau minta disuapi makanan."Permisi, suster. Apa kau melihat pasien di kamar ini?"
"Maaf tuan, saya tidak melihatnya. Saya baru saja masuk ke kamar ini dari ruang rapat sebelumnya. Sepertinya dia berjalan-jalan ke taman rumah sakit. Permisi, saya mau meletakkan sarapan di mejanya. Tuan, kalau pasien itu kembali...tolong ingatkan dia untuk makan." Perawat itu meletakkan seporsi sarapan (nasi lunak dengan potongan daging ayam dan jagung) di meja kecil dekat ranjangnya dan pergi dari kamar itu.
"Ahh iya, terimakasih...Sasuke, kau dimana sayang?" Ia mengacak-acak pucuk rambutnya, semarah ini Sasuke padanya. Kakinya melangkah meninggalkan ruangan itu dan memutuskan untuk pulang.
Tanpa ia tahu lagi setelah 5 menit kepergiannya, Sasuke kembali ke kamarnya dan menghirup aroma parfum Naruto yang ia hafal dengan baik.
"Naru tadi ke kamarku...Naru...aku merindukanmu...Jangan pergi, maaf..."
..
.
.
Rumah itu begitu sepi, tak ada sedikitpun suara yang mampir ke telinganya. Naruto ingat dengan jelas suara cempreng Sasuke yang menggema saat dirinya lupa memakai sandal rumah saat pulang dari kantor.
"Naru! Aku sudah memperingatkan mu, kalau pulang dari manapun harus pakai sandal ini. Lantainya kotor lagi kau buat, humphh!"
"Iya maafkan aku, honey. Tapi debunya tak terlihat, lagipula aku memakai kaus kakiku."
"Harus pakai sandal! Aku tak mau suamiku sakit tulang sejak dini. Naruto harus kuat, tak boleh sakit!" Sasuke memeluk tubuh tinggi sang suami dengan posesif. Naruto-nya harus sehat dan kuat agar bisa melindunginya dari marabahaya.
"I know, my love. Thank you for caring and loving me.
"It's my pleasure, my husband"
Sekarang tak ada lagi yang cerewet untuk selalu mengingatkannya pakai sandal rumah berwarna putih dengan gambar kelinci ini.
"Sasuke, sekarang aku rajin pakai sandal favoritmu ini. Ternyata enak dipakai." Ia menatap kakinya yang sudah beralaskan sandal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta [SELESAI]
FanficAndaikan ku bisa lebih adil Pada cinta kau dan dia Aku bukan nabi yang bisa sempurna Ku tak luput dari dosa -Naruto-