Note: seperti biasa, i to the qra...iqra, adegan mengandung kekerasan di part ini. Mohon tahan mentalnya, minna-san. Kalo pengen ikutan timpuk, jangan ke aku. Wassalam
..
.
.
.
Naruto terbangun dalam tidurnya, rasa pusing mendera kepalanya. Entah kenapa semalam ia seperti melakukan pekerjaan yang berat. Mata birunya terbelalak kala ada tubuh yang lebih kecil tidur di dada bidangnya.Jangan lupa, tanpa sehelai benang
Ia menyibakkan selimutnya, astaga dirinya benar-benar tak memakai sesuatu dan orang itu juga.
"Uhmm, Naruto...kau sudah bangun." Gaara memindahkan tubuhnya menuju bantalnya, dengan tetap memeluk tubuh besar nan gagah suaminya.
"Apa yang terjadi padaku, Gaara? Akhh, kepalaku pusing..."
"Uhm...kau menyentuhku malam itu, kau begitu agresif semalam, aku hampir pingsan meladeni permainan kasar itu." Pria rambut merah itu tersenyum manis dan mengelus pahatan six pack di perut Naruto.
"H-haa? Bagaimana bisa? A-aku semalam tidur di kamar Sasuke d-dan...itu... astagaaa Tuhan!"
"Kenapa, Naruto? Kita melakukannya di waktu yang tepat, aku sedang masa subur."
"Aku-mau ke kamarku dengan Sasuke. " Sungguh Naruto tak peduli tentang subur atau tidaknya Gaara saat ini yang terpenting hanyalah Sasuke yang begitu sedih karena tak ada dirinya di sisinya.
..
.
.
.
"Uhmm...Naru...Naru..." Tangannya bergerak lemah, meraba sisi sebelahnya yang terasa dingin. Tak ada sang suami di sampingnya."Naru...Naruto...kau dimana?"
Baru saja namanya disebut, sang pemilik nama sudah datang. Tangan putihnya langsung meraih tangan sang suami, tak mau ditinggal seperti tadi.
"Naru darimana saja? Aku takut...aku takut Naru pergi..." Naruto semakin berdosa melihat kedua mata yang tak terasa fokus itu mencoba seakan-akan menatap dirinya.
"Aku dari kamar mandi, maaf membuatmu kesepian."
"Naru di sini, aku sudah cukup senang. Tolong peluk aku, aku dan baby ingin dipeluk." Tanpa pikir panjang, ia segera merengkuh tubuh kecil itu. Mengusap punggung berbalut piyama dan perut buncit itu, Sasuke sangat senang dan merasa hangat.
Mata birunya melihat dengan jelas kebahagiaan yang terpancar dari wajah sang istri. Kebahagiaan Sasuke tentu saja membuat dirinya ikut bahagia, tapi senyum manis itu justru membawa Naruto dalam lubang perasaan bersalah yang besar.
'Maafkan aku, Sasuke. Maaf...'
"Naru...Naru, bolehkah aku menyiapkan bajumu?"
"Tidak usah, biar aku siapkan sendiri."
"Tapi, biasanya aku yang menyiapkan pakaian dan sarapan untuk Naru. Sekarang, aku tidak bisa...aku sudah berbeda...aku tak bisa memasak dan menyiapkan pakaian untuk Naru. Aku tak bisa melihat wajah Naru...ini menyiksa...hikss..." Isakan demi isakan membuat hatinya pilu. Salah hati pria pirang itu, ia mengutuk orang yang berhasil menghancurkan kebahagiaan Sasuke.
"Sayangku, cintaku...aku letakkan kedua tanganmu di wajahku."
"Naru..."
"Yang kau raba ini bagian pipiku, kau tahu betul aku punya tanda lahir tiga garis di pipi kanan-kiri. Warna kulitku kecoklatan, sekarang bagian hidungku dan...bagian mata...di balik kelopak mataku ini ada mata berwarna biru safir kesukaanmu. Kau pasti merekam dengan baik wajahku ini. Dan bagian kepala ku ada rambut pirang, kau ingat waktu kau pertama kali mengidam... kau selalu menjambak rambutku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta [SELESAI]
FanfictionAndaikan ku bisa lebih adil Pada cinta kau dan dia Aku bukan nabi yang bisa sempurna Ku tak luput dari dosa -Naruto-