koma

40 9 1
                                    

Aku pikir kita hanya akan menorehkan titik yang kemudian menjelma menjadi segaris lurus. Ternyata sempat ada koma yang menghentikan terbentuknya garis tersebut.

Hai Aji

***

Setelah pertemuanku dengan Aji waktu itu. Kami sempat bertukar nomor whatsapp. Sesekali kami bertukar pesan. Membahas hal random atau hanya sekedar mengingatkan diri untuk makan. Sudah hampir satu minggu ini dia tidak memberi kabar. Menunggu? Mungkin. Terakhir dia memberitahu bahwa dirinya ada tugas yang membuatnya sibuk dan sulit dihubungi. Ia berucap akan segera menghubungiku bila sudah selesai.

Jangan kalian kira aku menaruh perasaan lebih ke Aji. Sama seperti Aji yang sedang menjalin hubungan dengan Kinan. Aku sendiri saat ini sudah meresmikan hubunganku dengan Abim. Entah bagaimana tepatnya, Aku dan Abim memutuskan untuk berpacaran.

Abim dan Aku tinggal dikota yang berbeda. Abim saat ini menempuh pendidikan di kota Jogjakarta. Disalah satu universitas swasta elit disana. Setiap seminggu sekali Abim berkunjung ke solo untuk menemuiku. Selebihnya kami hanya berhubungan lewat pesan. Dan sekarang Aku sedang bersamanya. Seperti biasa kami bertemu di Ajar  Kopi, salah satu cafe yang menjadi tempat pertama kali bertemu.

"Jadi gimana minggu ini?"

Satu hal yang membuatku jatuh pada Abim ialah kebiasaanya bercerita tentang dirinya dan menanyakan kabarku.  Tiap bersamanya, Aku merasakan rasanya memiliki rumah. Rumah tempat aku pulang dan menyadarkan beban yang kutahan sendiri.

Aku terbiasa berjalan sendiri. Melewati segala hal berat sendiri. Menyimpan luka dan bertahan sendiri. Dan Abim.mengajarkan bagaimana itu berbagi dan bagaimana bertahan bersama.

" Jadi, Aji gak ada ngehubungin kamu?"

Tadi Aku baru saja bercerita perihal Aji yang tidak ada menghubungiku. Aku tidak pernah menyembunyikan hal apapun yang kualami pada Abim. Termasuk soal Aji. Aku juga menceritakan bagaimana kami bertemu dan berteman. Awalnya dia tidak suka bila Aku berteman dengan cowok lain. Aku saja yang ngeyel dan berusaha meyakinkannya bahwaAku tahu batasannku.

"Iya. Dia bilang ada tugas gitu yang bikin dia sibuk." Usai menjawab pertanyaan Abim. Aku menyesap caramel machiattoku.

"Kamu sedih?"

Abim mengusap rambutku pelan dan matanya bertemu tatap dengan kedua mataku.

"Sedikit."

Enggak bisa dipungkiri juga. Ada rasa sedih yang muncul karena Aji sama sekali hilang tanpa kabar. Biasanya ada yang kurecoki bahas hal random ataupun sekedar mengingatkan makan dengan sedikit candaan.

"Aku gak suka kamu sedih karena cowok lain."

Tidak salah apa yang dikatakan Abim sebenarnya. Aku pun juga akan merespon hal yang sama bila Abim sedih karena cewek lain.

"Maaf. Aku cuma ngerasa sedih aja..kamu tahu kan Aku paling gak bisa kalau ada temenku yang tiba-tiba hilang." Aku mengucapkan kalimat tersebut dengan hati-hati.berharap Abim mengerti maksudku.

"Iya gapapa".

Selanjutnya Abim hanya mengusap puncak kepalaku lagi. Aku menyandarkan kepala kebahunya. Jemarinya menelusup ke jemariku. Seperti ada kekuatan sendiri tiap kali kugenggam jemarinya.

***
  Sore tadi setelah mengunjungi beberapa tempat makan, Abim pulang ke Jogja. Sekarang, Aku tidak sedang melakukan apapun.  Tapi pastinya Aku bernafas dan mengedipkan mata. Abim baru saja memberi kabar dirinya sudah sampai dirumah dengan selamat. Biasanya akan kuajak Ciya dan Laya bereksperimen kalau tidak ada kegiatan seperti ini. Karena keduanya diam, Aku asumsikan mereka sedang berkutat dengan tugas masing-masing.

Lantas hal selanjutnya yang kulakuan adalah diam. Karena gak tahu mau ngapain nih. Aku mau cerita ke kalian soal Kostku ini. Kost Az Zahri letaknya tepat diarea belakang Universitas Surakarta. Bangunan Kost ini diluar kaya rumah biasa. Ada 12 kamar, 6 dibawah dan 6 diatas. Dilantai atas ada balkon tempat biasa buat nongkrong kalau malam minggu.

Aku menghuni kamar no.3 berada dilantai bawah dekat dapur. Kemudian didepanku kamar No.6 merupakan kamar Ciya. Disebelah kamarku tepatnya kamar no.2 dihuni Oleh Laya. Nah, didepan kamar laya. Sebelah ciya, kamar no.5 dihuni oleh Mba Kania, yang paling diantara kami berempat tapi yang paling lemot juga. Berbeda dengan kami yang masih kuliah. Dia ini salah satu Akuntan di perusahaan yang cukup ternama disurakarta. Tapi tenang hobinya sama kok seperti kami, menghalukan cowok korea.

Lanjut lagi, dikamar No.1 ada Mba Mimi,yang paling kalem diantara kita berlima. Dan satu orang lagi menghuni lantai atas, Mba Silvi. Aku jarang berinteraksi dengannya jadi aku gak kenal.

"Buyut"

Nah, kalau sudah ada yang manggil buyut gini sudah bisa dipastikan itu Ciya. Kubuka pintu dan kudapati ia berdiri didepan kamarku sambil membawa panci berisi mie rebus lengkap dengan telur.

"Abis masak mie rebus. Ayo bantu abisin"

Aku tersenyum, rejeki kan ya? Todak baik kalau ditolak. Ciya sudah berada didalam kamarku. Kami berdua duduk dilantai dan mulai menyantap mie yang dibawanya.

"Buyut,gimana tadi? Jadi ketemu sama mas Abim?".

"Jadi Kok. Kaya biasanya di Ajar kopi." Jawabku pasca menelan mie yang sudah kukunyah.

"Jadi kalian udah pacaran nih?."

Kepalaku mengangguk.

"Buyut,yakin?"

"Tenang aja,Ciya. Dia bilang butuh waktu sedikit lagi untuk masalah itu "

Aku tahu kekhawatiran yang Ciya rasakan. Wajar, dia ini bukan hanya sekedar teman. Tapi sudah layaknya adikku. Meski usianya lebih muda dariku,Ia metupakan pendengar yang baik dan kadang sarannya membuatku tenang menghadapi sesuatu. Bahkan kadang lebih bijak dariku.

"Dianya enggak tegas. Harusnya bisa lebih tegas." Ia mendengus kesal diujung ucapnya.

"Dia sedang mengusahakan kok,Ci. Cuma ya begitu. Dia butuh waktu."

Tidak ada tanggapan lagi dari Ciya. Kemudian topik kami beralih membahas soal ikan cupang milik Mas Keano yang sekarang diletakkan diserambi kedai. Jumlahnya ada 12. Ciya bilang dia mau kasih nama untuk  ikan salah satu ikan cupang itu. Jujur nih ya,kadang Aku herab dengan Mas Keano. Dari sekian banyak opsi binatang yang bisa dipelihara kenapa memilih cupang? Kenapa enggak sapi? Kalau sapi kan dia sudah pasti dapat untung juga kalau dijualkan? Orang ganteng emang aneh kadang. Out of the box banget.

"Untung ya mas Keano tuh ganteng. Jadi ketolong gitu loh." Gumamku yang masih terheran perihal ikan cupang.

"Ciya kalau bisa jadi mas Keano bukan lagi melihara cupang. Mending bikin kolam terus melihara ikan lele."

"Bukannya lebih untuk pelihara ikan gurame ya?"

Obrolan malah jadi serandom itu. Kayaknya Aku dan Ciya punya pikiran yang lebih ekstrim dari mas keano. Soalnya baru aja ciya bilang mau pelihara macan.

°°°

Satu bulan, 30 hari. Semuanya berjalan tidak jauh beda dari biasanya. Aku sempat beberapa kali dapat job untuk meliput event di ISI. Berharap bertemu Aji. Hasilnya nihil, sempat kutanyakan pada Retha pula soal Aji. Ternyata dia juga enggak tahu dimana cowok itu sekarang.

"Jadi dia juga enggak ada muncul dikegiatan UKM juga ya,Tha?"

Selain menjadi akrab dengan Aji. Job pertamaku hari itu membuatku mengenal Retha. Oh iya! Hari ini Retha pindah dan resmi menjadi penghuni Kos azzahri. Menempati kamar no.4.

"Iya,Flo. Biasanya dia suka ikut kumpul seminggu sekali. Tapi ini sama sekali gak ada sih."

Padahal Aku berekspektasi bisa mendapat info lebih perihal Aji darinya. Ternyata nihil juga.

"Mungkin dia beneran sibuk kali ya,tha." Ucapku pasrah.

Aku dan Aji kalau dikatakan dekat, tidak juga. Jauh juga enggak.  Hanya ada yang hilang kalau dia tidak ada. Mungkin ini sebuah perasaan yang muncul ketika yang biasa ada tiba-tiba menghilang. Bukan rindu(?) Atau bisa saja rindu?.

°
Tbc

Soulmate : HAI AJI [END] DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang