10

234 40 20
                                    

Aku turun dari tangga dengan sweatpants abu-abu dan t-shirt putih tipis juga dengan backpack membawa wajah yang sumringah, karena pikiranku sekarang hanya 'aku tak peduli, aku tak peduli', tak ada penyesalan. Last Day of School.

Ya kemarin aku mengecek nilaiku, cukup bagus dan aku bangga dengan itu, bagaimana bisa emo sepertiku memiliki nilai bagus tanpa penampilan nerd. Walau mereka semua tau aku mantan nerd.

Wajah sumringahku bukan seperti yang orang-orang bayangkan, contohnya tersenyum sepanjang jalan. Tapi seperti seorang psycho yang bangga karena pembunuhannya berhasil tanpa sepengetahuan pihak kepolisian atau kau tau meme kodok yang sedang naik daun yang lebih dikenal dengan 'pepe' ? Yup kurang lebih seperti itu.

Kurasa ibu sedang malas untuk menyiapkan makanan ia hanya merebus oatmeal yang ku perkirakan ia beri garam didalamnya, rasanya gurih. Lebih baik daripada ia harus memasak masakan yang aneh-aneh.

"Aku ada meeting sekarang, aku harus berangkat cepat, jika kau ingin keluar lewat pintu belakang, hati-hati!" Dan ia keluar sambil mengunci, oh jadi rupanya itu alasan dia hanya memasak oatmeal pagi ini.

Oh snap!

Kenapa aku tidak sekalian menumpang saja?

^^^^^

"IBU!"

Aku mengejar mobil ibu yang sudah jauh dari pekarangan rumah walaupun masih kelihatan dari sini, sambil membawa mangkuk oatmeal yang belum kuhabisi, aku berlari mengejar mobil ibu yang sudah berhenti, mungkin ia menyadariku.

Ia membuka kaca mobil disaat aku terengah-engah disamping mobilnya. "Kau oke?"

"Boleh aku minta tumpangan?" Ia membuka kunci mobil yang artinya memperbolehkanku masuk.

"Kenapa kau menumpang dimobilku? Biasanya kau tidak mau?" Seraya aku masuk kedalam mobilnya. "Irit ongkos." Jawabku

Ia mengernyitkan dahinya seperti menyiratkan kau-tak-seperti-biasanya

"Hari terakhir sekolah."

"Dengan semangkuk oatmeal?" Ia mengarah ke benda yang ada di tanganku.

Sialan, oatmeal yang tadi kubawa.

"Eh.. T-terburu-buru. Karena kau sudah jalan duluan jadi.. Yeah. Maaf." Ucapku dengan cengengesan canggung.

Ia mengangguk dengan canggung sambil membentukkan bibirnya menjadi 'o'. Dan dengan keterpaksaan senyum sialan karena oatmeal yang belum kumakan ini.

"Tapi aku hanya bisa mengantarmu sampai perempatan kedua. Karena jalur kantorku berbeda." Ia menyetir mobil. Aku hanya mengangguk dan menghabiskan oatmeal yang masih di tanganku.

"Buang saja mangkuk-nya jika sudah selesai. Untungnya aku menggunakan mangkuk plastik murah itu." Ucapnya lagi dan aku hanya mengangguk.

"Omong-omong kenapa kau tidak memakai pakaian yang lumayan bagus seperti kemarin?" Oke, dia mulai berbincang, dan pasti akan lama dan menyebalkan.

"Malas."

"Oh. Dan aku ingin melihat teman laki-laki-mu yang berrambut pirang itu. Siapa namanya... Oh ya si Nil." Mengapa ia membahas itu oh Tuhan.

"Niall, bu astaganaga. Lagian kau bilang hanya mengantarku sampai perempatan kedua."

"Ah ya... Tunjukan saja fotonya, I just wanna look."

"Tidak ada."

"Bohong."

"Hanya ada selfie-nya waktu festifal, saat itu dia membajak iPhone-ku."

Then and Now // n.h short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang