08

207 40 0
                                    

Suara alarm disamping tempat tidurku dengan hebohnya memekakan telingaku dengan bunyinya yang nyaring melebihi bunyi ambulance. Dan artinya aku harus bangun dari monster tidurku yang membuat kepalaku tak mau bangkit dari bantal, dan merelakan mimpi indahku.

Tiba-tiba teringat suatu hal yang janggal dari otakku, sepertinya aku lupa sesuatu.

HOLY SHIT! pulang sekolah Niall mengajakku ke festival, mengapa tadi malam aku langsung tidur? Dan sekarang aku harus meluangkan waktu untuk menyiapkan bajuku dulu agar Niall tidak sedang terlihat berjalan dengan seorang anak jalanan.

Dan bodohnya kubuka lemariku tak ada satupun ide apa yang harus kupakai, tetapi teringat akan kata-katanya yang menyuruhku natural saja. Baiklah, kalau begitu aku mengambil T-Shirt putih tipis bergambar, dan short yang panjangnya melebihi tanganku sedikit, untuk informasi tadinya itu adalah celana panjang dan aku memotongnya sendiri menjadi short.
Dan kuambil cardigan yang biasanya dari dulu kupakai saat musim gugur untuk menghangatkan badan. tapi tak mungkin kupakai, kulilitkan kepinggangku untuk jaga-jaga jika malam nanti aku kedinginan. Like you know it's festival and i will be late for come home.

Dan setelah siap-siap. aku turun untuk melewati rutinitas seperti biasa. Makan bersama ibu yang cerewet.

"Hi! honey, Ya Tuhan. Kau terlihat bagus." Ia tersenyum sambil membuka waffle di panggangan khusus waffle itu. "Ya, terima kasih."

Ia menaruh waffle di meja makan dan menuangkan sirup karamel di atas waffle milikku, dan kurasa sirup mapple-nya habis dan ia belum membelinya. Aku mengambil cangkir untuk membuat secangkir kopi karena aku tak memiliki make up untuk menutupi bawah mataku yang berwarna hitam ini dan juga aku tak mengetahui cara memakainya. Dan mungkin meminum kopi bisa membuat wajahku lebih segar.

"Membuat kopi? Kau masih ngantuk?" ia meminum sedikit tehnya. "Ya." aku menjawab singkat, sungguh aku tak ingin membuat hari pagi yang cerah ini menjadi gelap karena mood-ku yang buruk karena meladeni sikap ibu ribet yang satu ini.

Aku memasukan air dan kopi ke coffee maker lalu memencet angka 5 untuk waktu lima menit menunggu airnya panas. "Kau akan libur bukan?" ia menengok ke arahku, aku mengangguk. "Apa kau datang ke homecoming tahun ini?"

Ah ya, homecoming atau prom adalah hal yang paling tidak ku pikirkan, karena yang membuatku malas datang yaitu:

1. Aku tak ada pakaian dress atau semacamnya

2. Bersama siapa aku datang

3. Jikapun aku datang kesana tak ada yang perduli. Walaupun itu Katty karena ia juga malas datang.

"Tidak sepertinya." Aku masih setia menunggu kopi sialan ini, melihat coffee maker ini bergetar karena memanaskan air. "Mengapa tidak? Apa Katty tak datang?" Aku menggeleng memberi tanda bahwa aku tak tahu. Karena sekarang yang kutunggu bukanlah homecoming. Tetapi kapan kopi ini panas.

Dengan malas kuputuskan untuk makan waffle buatan ibuku dulu, daripada nanti dingin dan itu tak enak untuk dimakan dan pada akhirnya berakhir di tong sampah. Kisah yang tragis untuk seorang waffle. Sesuap waffle dengan sirup karamelpun masuk kedalam mulutku, rasanya sedikit berbeda dengan waffle yang biasa ibu bikin dengan sirup mapple. Dengan cepat aku menyuruh diriku untuk menghabiskan waffle ini secepatnya, karena rasa waffle ini terlalu aneh dan aku tak ingin membuat ibuku kecewa dengan mengkritiknya, ibuku memang tak pandai memasak tetapi aku juga harus mengatakan bahwa masakan ini enak karena aku tak ingin ia merasa rendah diri.

"Mom."

"Ya?" Ia menengok kearahku sambil bermain ponsel pintar miliknya dengan kacamata baca yang betengger dihidungnya

Then and Now // n.h short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang