TLS 3

611 101 13
                                    

Rosé mengusap matanya berkali-kali, ini dia bermimpi atau matanya yang mengalami gangguan atau ini hanya halusinasinya saja. Rosé menarik lengan Lisa agar lebih mendekat padanya, dan berbisik agar tidak ada orang lain di acara pemakaman temannya itu yang mendengar mereka. Lisa mengikuti arah mata Rosé tapi tidak ada siapapun disana. Lisa kembali mencubit lengan Rosé merasa temannya ini sedang mengerjainya dengan cerita-cerita horrornya. Rosé yang merasa penasaran menarik tangan Lisa agar mengikutinya lebih mendekat kesebuah makam dimana dia tadi melihat jelas ada orang disana tersenyum padanya.

Mata Lisa dan Rosé membulat melihat foto yang mereka lihat di makam itu. Lisa memandang ke arah Rosé dan makam itu bergantian, dia tidak salah lihat, itu benar foto Rosé yang berada disitu. Rosé mengusap matanya lagi dan melotot ke arah foto itu tapi tetap sama, foto dirinya ada disana. Ini tidak mungkin, dia masih sehat saat ini tidak sakit atau yang lain, tapi siapa yang berani memasang foto dirinya di makam orang dengan marga yang gilanya sama dengannya, ini tidak lucu sangat tidak lucu pikirnya yang akan segera melepas fotonya tapi tangannya membeku saat dia melihat ada seseorang yang berdiri tepat disamping nisan. Dengan perlahan Rosé mengangkat kepalanya dengan perasaan yang sangat tidak enak.

Rosé memundurkan kakinya dengan cepat dan terburu-buru membuat dirinya jatuh terduduk menatap orang itu. Nafasnya memburu, ini tidak mungkin, siapa gadis itu yang mirip dengannya, tunggu mirip ini bahkan bukan mirip lagi tapi ini dia seperti bercermin. Lisa yang melihat wajah Rosé pucat mengikuti arah pandangan Rosé, tapi dia tidak melihat siapapun disana. Lisa bergidik membayangkan jika Rosé saat ini sedang melihat hantu. Lisa menggeser tubuhnya dan membantu Rosé agar segera berdiri.

"Je, kamu jangan bikin aku takut deh. Kamu engga lihat yang macam-macamkan?" Bisik Lisa.

Rosé masih terus memandang ke arah gadis itu yang masih tetap diam tak beranjak. Hanya sebuah senyuman yang dia berikan pada Rosé. Lisa yang merasa takut dan khawatir melihat Rosé yang semakin pucat, menariknya dengan cepat agar kembali kekerumunan orang-orang. Rosé melirik ke arah makam tadi, gadis itu masih disana. Mendengar pertanyaan Lisa tadi, jelas gadis ini bukan manusia. Dan dengan wajahnya yang seperti dia, itu berarti foto di makam itu bukanlah dirinya tapi foto gadis itu.

Lisa menarik rapat lengan Rosé saat mereka melewati makam tadi, mata Rosé mencoba membaca nama yang terukir di batu nisan dengan menghindari kontak mata dengan gadis sang pemilik nama yang masih diam disana sejak tadi. Rosé tersentak kaget saat melihat gadis itu sudah berpindah tempat berdiri disamping mobilnya. Apakah ini berarti gadis ini akan menghantuinya? Wajah Rosé semakin pucat memikirkan hal itu, apa salah dosanya sampai ada yang ingin menghantuinya dan parahnya wajah mereka sama, ini semakin seram seperti melihat dirinya sendiri sudah menjadi hantu.

"Ayo Rosé, buruan kita pulang. Serem lama-lama disini."

" Iya Li, sabar. "

Rosé memarkirkan mobil dihalaman rumahnya setelah mengantarkan Lisa. Gadis ini masih terus mengikutinya, walau dia tidak mengganggu tapi hanya dengan kehadirannya saja sudah cukup mengganggu. Rosé membuka pintu rumahnya melangkah menuju dapur menemui ibunya. Ada hal yang sangat mengganjal dipikirannya, jika hanya mirip masih bisa di terima akal sehat tapi ini tidak hanya mirip tapi ini seperti mereka bagai bercermin.

"Bu, ada yang ingin Rosé tanyakan." Suara bergetar Rosé dan wajah pucatnya membuat nyonya Park mendekat kearah putrinya, meletakkan tangannya di kening putrinya.

"Ada apa Rosé, kenapa wajahmu sangat pucat?"

"Rosé benar anak tunggalkan? Tidak ada saudara atau bahkan Rosé bukan anak kembarkan?"

"Apa maksudmu?" Nyonya Park semakin bertambah heran dengan pertanyaan Rosé.

"Jawab saja bu, Rosé cuma satu-satunya anak ibu kan?"

The Lost SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang