TLS 9

146 27 6
                                    

Rose duduk dengan wajah murung, sudah dua hari Chaeyoung kembali menghilang dan juga tidak ada kabar sama sekali dari Jisoo. Walau dia ingin Chaeyoung segera pergi tapi dia juga tidak suka kalau Chaeyoung tiba-tiba menghilang tanpa memberi tahu apapun padanya. Rose berjalan turun menuju dapur melihat ibunya yang sedang menyiapkan makan malam untuk mereka. Rose dengan hati-hati menyerahkan handphonenya ke tangan ibunya yang menoleh dan memandang dengan heran.


"Ada apa Rose?" Tangan Rose kembali menyodorkan handphonenya ke hadapan ibunya yang akhirnya melihat ke layar handphone Rose. Rose memperhatikan wajah ibunya yang perlahan mulai berubah dan terduduk dengan lemas.

"Dia putri ibu yang lain? Dia saudara kembarku?" Rose bertanya dengan rasa sesak di dadanya, tidak ada jawaban apapun dari ibunya.

Rose menoleh saat terdengar pintu depan terbuka memperlihatkan ayahnya yang baru datang dan menatap keduanya dengan wajah heran. Tuan Park berjalan mendekat ke arah istrinya yang masih terdiam dengan wajah pucat, meraih handphone Rose. Sekali lagi Rose melihat wajah ayahnya yang langsung berubah, handphone ditangan ayahnya terjatuh. Keduanya terdiam tanpa ada sepatah katapun keluar dari keduanya. Rose masih terdiam memberi waktu untuk keduanya, jelas terlihat dari wajah keduanya sangat terkejut.

"Kenapa mereka tega tidak memberi tahu kita?" Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut ayahnya.

"Siapa dia ayah? Apa yang terjadi?" Tuan Park menoleh ke arah Rose, teringat masih ada putrinya disana yang menunggu penjelasan dari mereka, orang tuanya.

"Darimana kamu tahu tentang dia?" Rose menatap ibunya yang bertanya dengan suara bergetar.

"Dia, Park Chaeyoung datang menemuiku. Atau lebih tepatnya, arwahnya." Jawab Rose menunjuk handphonenya yang masih tergeletak di lantai.

"Aku ketakutan melihatnya, seperti aku melihat arwahku sendiri. Jadi, siapa dia bu? Aku ingin jawaban yang jujur, dari semua orang di dunia ini kenapa justru hanya aku yang bisa melihatnya. Selama hidupku aku belum pernah bertemu dengannya, jadi kenapa?" Tanya Rose lagi.


Tuan Park menggeser kursi di samping istrinya dan menyuruh Rose duduk di hadapan mereka. Tuan Park meraih handphone Rose dan mengulurkannya kembali ke hadapan Rose yang sudah duduk dan menunggu penjelasan dari orang tuanya.

"Maafkan kami Rose, ayah dan ibu sudah berjanji tidak akan pernah membahas soal ini dengan siapapun. Dan orang tuanya juga berjanji hal yang sama, bahkan mereka juga berjanji akan membawa Chaeyoung keluar dari negara ini. Maafkan kami Rose." Rose memegang erat ujung bajunya, emosi mulai menguasainya. Rose terdiam menunggu apalagi yang akan di katakan oleh ke dua orang tuanya. Tapi tidak ada, mereka tetap terdiam tanpa ada penjelasan apapun lagi tentang siapa Chaeyoung.


"Hanya itu?" Tanya Rose memandang orang tuanya bergantian, ke duanya masih tetap diam.

"Baiklah." Rose bangkit dari kursinya dan meraih handphonenya, menghela nafas sebentar dan kembali menatap orang tuanya.

"Kalau kalian masih ada rasa sayang padanya setidaknya bantu aku agar dia bisa beristirahat dengan tenang. Dia hanya ingin pergi dengan tenang, itu saja. Tapi dia tidak tahu apa yang membuat dia masih belum bisa pergi, dia tidak ingat kenangan semasa dia hidup. Dan aku, bahkan tidak tahu dia pernah hidup." Rose meninggalkan ke dua orang tuanya yang masih tetap terdiam.

Rose memilih pergi dari rumah, berjalan menuju taman di ujung jalan. Dia merasa pikirannya sangat penuh tapi juga kosong secara bersamaan. Dia masih tidak tahu dimana Chaeyoung sekarang dan apa yang harus dia lakukan sekarang. Rose duduk di salah ayunan dan menatap langit malam yang tanpa bintang sama sekali, hanya terlihat sangat gelap.


The Lost SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang