TLS 4

475 81 6
                                    

Jisoo melihat dari ujung matanya, terlihat sosok Jennie yang terus menguntitnya masuk kedalam area kantornya. Apa yang adiknya itu inginkan sebenarnya, mengurungnya? Atau bahkan jika bisa apakah adiknya ini akan mengikat kaki dan tangannya agar tidak meninggalkan rumahnya? Dia sudah kehilangan separuh hidupnya, apakah dia juga harus kehilangan setengahnya lagi ? Lalu apa gunanya dia hidup saat ini. Jisoo membuka laptopnya, terlalu banyak email yang masuk membuatnya malas menghela nafas. Dibukanya satu persatu email, sebelum sebuah ketukan dipintu mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya.

Jennie sudah berdiri didepannya dengan menekuk kedua belah tangan diatas dadanya. Jisoo melirik kearah jam diatas meja kerjanya, sudah waktunya makan siang pantas saja adiknya ini memasang wajah tidak suka. Jisoo menutup laptop dan meraih ponsel serta kunci mobilnya.

"Kamu engga ada kerjaan lain Jen?"

"Sini biar aku aja yang bawa mobilnya."

"Nope, yang ada kamu bawa aku ketemu temen kamu. Tambah pusing aku."

"Mereka itu cukup menghibur, aku ingin makan makanan Jepang kak."

"Kamu kan bisa beli sendiri Jen, engga bosen apa ikutin aku kesana kesini."

"Sayangnya aku justru menikmatinya."

Jisoo menjalankan mobilnya menuju sebuah restaurants Jepang langganan Jennie, akan bertambah runyam jika dia tidak mewujudkan apa yang Jennie inginkan. Jisoo mengikuti langkah kaki Jennie menuju sebuah meja yang terletak di ujung ruangan yang cukup terpisah jauh dari para pelanggan yang lain. Jisoo membuka layar ponselnya kembali larut dalam pekerjaannya yang tertunda di kantor sambil mendengarkan Jennie yang masih belum selesai dengan menu makan siang mereka.

Jisoo mengedipkan matanya beberapa kali melihat meja mereka yang penuh dengan makanan. Apakah Jennie belum makan selama seminggu ? Ini gila, bagaimana mereka akan menghabiskan makanan ini. Jennie tersenyum puas melihat wajah Jisoo yang jelas tampak terkejut. Jennie meletakkan beberapa makanan ke atas piring Jisoo yang masih belum kembali dari terkejutnya.

"Sudah makan saja kak, kalau cuma dilihatin gitu makanannya engga bakal berkurang."

"Kamu hamil? Atau perut kamu sudah di upgrade menjadi karung?"

"Enak aja tu mulut kalau ngomong, mana ada aku hamil. Pacar aja belum punya, gimana cara hamilnya. Aku ingin mengicipi semua jenis makanan ini kak, nanti kalau engga habis, kakak bawa pulang saja buat makan malam lagi."

"Kenapa harus aku? Yang doyan makanan Jepang siapa? Aku lebih enak makan ramen saja di rumah."

"Berisik sih kakak, makan tinggal makan juga."

Jisoo mengusap kasar wajahnya, jika bukan adiknya sudah dia remas-remas wajah Jennie karena kesal. Tangannya mulai mengambil satu persatu makanan yang Jennie letakkan dipiringnya. Mencoba menikmati makanan yang sebenarnya dia sendiri tidak terlalu suka tapi karena lapar, tangannya terus bergerak mencomot satu persatu hingga tak tersisa satupun lagi diatas piringnya.

Lisa meletakkan kotak makan diatas meja kerja Rosè yang masih berkutat dengan layar pc dan keyboardnya. Pekerjaannya hari ini sama sekali tidak bisa diajak kerjasama, terlalu banyak dan terus bertambah bukannya berkurang. Sesekali mata Rosé melirik kearah Chaeyoung yang tengah asyik mondar mandir keluar masuk ruangan kerjanya. Cukup mengganggu dirinya tapi tak banyak yang bisa dia lakukan, tidak mungkin dirinya akan menegur agar Chaeyoung duduk tenang, bisa-bisa dirinya sendiri yang dibilang gila oleh teman kerjanya.

Chaeyoung mengamati satu persatu orang yang sedang berkutat dengan pekerjaan mereka, seperti hal ini tidak asing baginya. Chaeyoung menghela nafas, jika dipikir dia ini bukanlah manusia tapi kenapa dia sama sekali tidak ingat apapun tentang kehidupan masa lalunya dan apa yang membuat dia harus kembali ke dunia manusia ini. Chaeyoung menatap kosong jendela kantor Rosé, ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya tapi dia tidak tahu apa. Chaeyoung menunduk melihat tangannya, ada yang hilang disana tapi apa. Chaeyoung melangkah mendekat ke arah Rosé yang hanya melirik sekilas kearahnya, dan bagaimana bisa gadis ini bisa mirip dengannya. Jika mereka adalah saudara kembar tidak mungkin gadis ini tidak mengenalnya dan jelas dari ekspresi Rosé yang sangat terkejut melihatnya sudah cukup menjelaskan mereka tidak pernah bertemu atau saling mengenal. Dan hanya gadis ini yang bisa melihatnya, kenapa harus gadis ini bukan orang yang mungkin pernah dia kenal sebelumnya.

The Lost SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang