Chapter 6

115 24 0
                                    

BoBoiBoy © Animonsta

This FanFiction collaboration between Mei_Rin_18 with SinairuNayu

.

Warning : AU!Mafia, Dunia paralel, Semi-Formal, Typo, OOC, Pembunuhan (mungkin), Kekerasan (mungkin), PoV berganti tanpa peringatan, etc.

.

DON'T LIKE?

DON'T READ THIS FANFICTION!

.

Mata itu terbuka, menampilkan netra aquamarine yang teduh.

"Di... mana ini?"

Empunya mata menatap sekeliling yang dipenuhi pusara, pemakaman. Dirinya berjalan menelusuri jalan setapak.

"Ba--bagaimana aku bisa... di si... ni...?"

Perkataan yang lirih di akhir itu bertepatan dengan dirinya yang melihat dua sosok pemuda di depan sebuah pusara yang tak asing baginya.

"Kak... Taufan dan... aku?"

Kebingungan melandanya saat ini. Dia yang ternyata Air, mendekati pusara tersebut. Kenyataan menghempasnya. Pusara itu milik ibunya.

Ibu yang telah tiada untuk selamanya.

"IBUUU!!!"

Air terbangun dengan nafas terengah. Wajahnya dibanjiri keringat. Netranya menatap liar sekeliling.

"Di... di ka--mar..."

Glup.

"A--ah... iya... ya... Ibu kan... sudah tiada..."

Matanya memanas. Aliran air mata mengalir begitu saja tanpa isakan.

Tok. Tok. Tok.

"Air? Bangun, nak."

Deg deg. Deg deg.

"Sudah pa--"

Perkataan wanita yang sudah berumur 50 tahun lebih itu terhenti saat pintu terbuka dan dirinya dipeluk oleh empunya kamar.

"Air? ada apa, nak?"

Kecemasan muncul begitu Ibu dua anak itu merasakan bahunya basah. Meski begitu, dia tetap membalas pelukan Air sembari mengusap punggung lebar putra bungsunya.

Untuk sejenak, Ibu membiarkan Air memeluknya. Wanita itu yakin kalau ada sesuatu yang terjadi.

'Mungkin... Air mimpi buruk,' pikirnya meski tak seyakin itu.

Tap. Tap. Tap.

"Bu, kok lama-- loh? Ini ada apa?"

Ibu menggelengkan kepala saat putra sulungnya mendekat. Air masih enggan melepaskan pelukannya dari sang Ibu.

"Air, kau kenapa? Hei, lepasin Ibu! Sana mandi!"

"...."

Alih-alih menjawab, pelukan Air semakin mengerat yang membuat sang Ibu mencubit pinggang putra sulungnya. Kebetulan pria muda itu berada di dekatnya sekarang, jadi tak susah.

"Aw! Ibu, sakit!!"

"Taufan, Air hari ini bisa libur kan? Biarkan dia istirahat."

Suara lembut nan penuh penegasan itu dibalas anggukan cepat oleh Taufan.

Switch ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang