Chapter 17

95 22 6
                                    

BoBoiBoy © Animonsta

This FanFiction collaboration between Mei_Rin_18 with SinairuNayu

.

Warning : AU!Mafia, Dunia paralel, Semi-Formal, Typo, OOC, No EYD, Pembunuhan, Kekerasan, PoV berganti tanpa peringatan, etc.

.

Rate : T+

.

DON'T LIKE?

DON'T READ THIS FANFICTION!

.

Dalam kehidupan, kita tidak bisa menentukan apa yang akan terjadi pada diri kita sebelumnya. Semua sudah ada yang mengatur. Manusia di dunia hanyalah sebuah pion yang berjalan dengan mengikuti alur takdir. Terkadang, kisah itu begitu indah. Namun, tak jarang pula kisah itu cukup tragis.

Mungkin hal itu lah yang dirasakan seorang Airlangga Syahputra saat ini. Dirinya terjebak dalam sebuah alur kehidupan yang sulit ia pahami. Sebelum ini,kehidupannya terasa normal, hingga semua berbalik 180⁰.

Krieet.

Suara pintu yang terbuka, memecah keheningan kamar yang ditempati Air. Beberapa saat setelah acara makan malam berdua dengan Gempa selesai, dia diarahkan menuju kamar lain yang begitu mewah dan tampak nyaman. Kamarnya yang ia tempati saat ini.

"Maaf membuatmu menunggu."

Senyum dari seorang pemuda yang berusia dibawah Air pun membuatnya sedikit waspada. Kedua belah bibir itu terkatup rapat. Tak ada kata yang menjawab ucapan sang pemilik mansion.

"Hei, tak perlu tegang begitu. Aku kemari tidak untuk menyakitimu. Aku ingin berbincang-bincang sedikit."

Pemuda itu, Ice menarik kursi dan duduk menghadap Air. Beberapa lembar kertas ia sodorkan.

"Aku ingin membicarakan kontrak denganmu. Tak perlu kau jawab sekarang. Kau bisa memikirkan segalanya dan membaca apa yang tertulis di sana dengan teliti. Aku rasa kau sudah terbiasa dengan kontrak, bukan?"

Lagi-lagi Air bungkam. Dia tampak enggan menjawab, meski tatapannya sudah menyiratkan jawaban yang diinginkan Ice.

"Tenang saja. Selama kau bersikap layaknya anak baik di sini, aku tak akan mengganggu kakakmu. Tapi kalau kau nekat kabur, aku tentu tak bisa menjamin keselamatannya."

Kekehan lirih mengalun bak sebuah melodi dalam film horor. Ice beranjak dari posisi. Senyum yang begitu Air kenali, mengembang di sana.

"Istirahatlah dan pikirkan segalanya dengan baik."

Blam.

Pintu tertutup rapat. Menyisakan kesunyian yang mencekam bagi Air. Ia tau dari tatapan Ice kalau apapun keputusannya, Taufan akan tetap dibunuh olehnya.

"Apa… yang harus ku lakukan sekarang?"

Tubuh Air bergetar hebat. Ketegaran dan keberaniannya menguap begitu saja. Bohong jika Air tidak takut. Dia bisa merasakan adanya aura intimidasi dari Ice. Seolah pemuda itu tidak menerima penolakan. Mungkin ada alasan yang kuat yang mendorong Ice melakukan semua ini. Air jadi berpikir mungkin ini berkaitan dengan keluarganya di dunia itu.

'Dan dari apa yang ku lihat, Ice tidak hanya menginginkanku untuk menjadi anak buahnya. Dia juga menggunakan ku untuk memancing kak Taufan kemari.'

Switch ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang