Chapter 16

81 20 6
                                    

BoBoiBoy © Animonsta

This FanFiction collaboration between Mei_Rin_18 with SinairuNayu

.

Warning : AU!Mafia, Dunia paralel, Semi-Formal, Typo, OOC, No EYD, Pembunuhan, Kekerasan (mungkin), PoV berganti tanpa peringatan, etc.

.

DON'T LIKE?

DON'T READ THIS FANFICTION!

.

Siapa yang tak tertarik dengan lelaki tampan?

Pertanyaan retoris yang sering diucapkan para perempuan yang kurang asupan cowok ganteng atau bahasa gaulnya cogan. Setiap para wanita itu punya standar masing-masing pastinya. Tapi, mayoritas perempuan menyukai lelaki tampan.

Beberapa tempat sering dijadikan tongkrongan muda-mudi yang ingin bersantai juga mencuci mata. Seperti mall, taman bermain, taman kota, bahkan kafe dan kedai juga termasuk. Salah satunya adalah kedai Kokotiam.

Kedai yang menjajakan coklat racikan keluarga turun-temurun itu selalu dipenuhi pengunjung. Mayoritas muda-mudi meski ada juga orang dewasa. Untuk dibilang sebuah kedai, tempat itu tak jauh berbeda dari kafe biasa. Hanya saja, adanya gazebo di luar menjadi khas tersendiri untuk kedai tersebut.

Lantas, apa hubungannya pembicaraan mengenai lelaki tampan dan kedai Kokotiam ini?

Lihatlah pada salah satu gazebo yang tak jauh dari bangunan kedai Kokotiam. Di sana ada seorang pria muda tampan dengan jaket hitam-merah. Rambut pria muda itu tampak berantakan, akan tetapi menjadi pesona tersendiri yang didapatkan para gadis-gadis yang ada di gazebo tak jauh dari tempat pria muda itu.

Halilintar Eka Wijaya.

Ya, dialah alasan kedai Kokotiam semakin ramai di siang hari yang terik itu. Selain para pelanggan ingin menghilangkan dahaga, tentunya ingin mencuci mata dengan wajah tampannya itu.

'Tch! Lama sekali dia. Mau berapa lama membuatku menunggu?'

Ah, sayangnya pria muda itu terlihat kesal. Namun, apa akan ada yang protes? Tentu tidak.

Orang tampan mah bebas.

Begitulah slogan tak tertulis yang tertanam dalam benak banyak orang yang memuja lelaki tampan.

"Hah, hah... Maaf, kak Hali. Tadi, ada yang harus kuurus."

Netra ruby itu mendelik tajam pada orang yang telah membuatnya menunggu lama. Airlangga Syahputra.

"Sepenting apa sama waktuku yang terbuang?"

"Eng, cukup... penting? Ah, apa aku boleh memesan dulu? Setelah itu kita bicarakan masalah kak Taufan."

Melihat tampang yang seakan mengatakan, 'Nanti aku jelaskan semuanya' itu membuat Halilintar mendengus.

"Cepat!"

"E-eh-- iya!"

Baru saja Air meninggalkan tempat sebanyak tiga langkah, pemuda itu kembali lagi.

"Eng... tapi, kak Hali gak pesan sesuatu?"

"Sudah," ditunjuknya botol air mineral yang isinya hampir habis.

Air menggaruk pipinya canggung kemudian berkata, "Kak Hali gak mau pesan yang lain?"

Switch ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang