Chapter 20

86 22 5
                                    

PERHATIAN!!!

Untuk chapter ini ada adegan yang mungkin saja akan membuat kalian mual dan sebagainya. Yah, saya harap sih kalian terbiasa dengan hal seperti ini. Tapi, untuk pencegahan saya tetap menginformasikannya.

Terima kasih.

.

.

.

BoBoiBoy © Animonsta

This FanFiction collaboration between Mei_Rin_18 with SinairuNayu

.

Warning : AU!Mafia, Dunia paralel, Semi-Formal, Typo, OOC, No EYD, pastinya ada Death Chara, Pembunuhan, Kekerasan, PoV berganti tanpa peringatan, etc.

.

Rate : T+ menjurus M untuk pembunuhan dan kekerasan yang mungkin bisa saja membuat trauma.

.

DON'T LIKE?

DON'T READ THIS FANFICTION!

.

GLUDUK GLUDUK

Sejak satu jam yang lalu suara guntur datang silih berganti. Namun, hujan sepertinya enggan turun membasahi. Orang-orang yang hendak pulang ke rumah masing-masing sampai berlari. Baik yang baru pulang kerja, mampir ke toko, ataupun sekedar berjalan-jalan menenangkan hati.

Bagi mereka yang mengendarai kendaraan roda dua, tentunya bergegas pulang. Lain halnya mereka yang mengendarai kendaraan roda 4 ke atas. Tak perlu terburu-buru sebenarnya, tapi tetap saja ada yang melaju membelah jalanan layaknya jalanan sendiri.

Ah, memang seperti jalanan milik sendiri saja jika melihat betapa sepinya jalanan itu.

Mobil hitam dengan lis petir merah pada badan mobil cukup mencolok kegelapan malam. Melesat sangat cepat sehingga lis merah terlihat bagai petir kemerahan di jalanan. Saat rintik air mulai turun, mobil tersebut tak mengurangi kecepatan sedikitpun.

Sang pengemudi tak mempedulikan rintik-rintik itu. Lain halnya dengan sang penumpang yang merasa de javu. Tubuhnya sampai menegang dengan dada berdegup cepat serta kepala yang terasa disirami air sedingin es.

'Ini... seperti hari itu.... Hujan dan melalui banyak pepohonan.'

Menggelengkan kepala, si penumpang berusaha menenangkan diri tanpa menyadari kalau sesekali dilirik oleh sang pengemudi.

Halilintar dan Air. Itulah si pengemudi dan penumpang pada mobil itu. Tak ada pembicaraan apapun setelah Fang diantar ke kantor.

Oh, kecuali saat Halilintar mampir ke rumah sebentar guna mengambil barangnya yang penting, dan menukar motor yang semula dikendarai dengan mobil kesayangan. Mobil kantor pun sudah ia pastikan terparkir dengan baik di basement kantor. Air sendiri tak masalah saat harus menggunakan mobil yang desainnya sangat dia kenal.

Setelah itu, keduanya kembali melanjutkan perjalanan menuju tempat yang dipinta oleh Air. Keduanya masih setia pada kesunyian hingga akhirnya mobil itu berhenti di pekarangan sebuah rumah.

Switch ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang