#PACAR

39 12 0
                                    

"Jadi sekarang mau ke SMK nyari Jihan?"

Tanpa menoleh pada Jamal yang barusan bertanya, Satria menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Jamal mengangguk-angguk kecil mengerti, "Bukan nyari Alena?" godanya mengingat pacar Satria itu satu kelas dengan Jihan.

"Sekalian," jawab Satria ringan.

Jamal berseru kecil menggoda pemuda di sampingnya itu, walau berikutnya ia jadi menipiskan bibir.

Pemuda tampan itu berdehem pelan menguasai dirinya, "Kali ini masalah apalagi? Gue pulang duluan jadi ketinggalan info keknya semalem," tanyanya menanyakan alasan keduanya mencari Jihan.

Satria mengangkat bahu, juga tidak tau masalah yang pasti. "Heran, suka banget tengkar. Coba kek bang Dani sama Ayu, akur."

"Bau-bau paling cepet putus sih itu," ucap Jamal tanpa saring membuat Satria menyikutnya.

"Canda," ucap Jamal meringis.

Satria mendengus, kembali melangkah sambil memandang ke depan. Seorang gadis muncul dari arah kantin, membuat Satria mengangkat sebelah alisnya mengenalinya.

Gadis itu yang juga melihat Satria jadi tersentak, garis wajah gadis itu perlahan berubah. "Kak Satria!" panggilnya ceria kemudian berlari kecil ke arah Satria.

Satria yang awalnya sedari tadi memasang wajah datar akhirnya mengulas senyum kecil.

Jamal melirik itu kemudian tersenyum tipis. Bahkan dengannya yang sudah berteman sejak SMP saja Satria sangat jarang tersenyum, kadang pemuda itu juga dingin. Tapi begitu dengan Alena, tidak butuh waktu lama es pemuda itu mencair.

Satria dan Alena mulai mengobrol sebagaimana pasangan pada umumnya. Jamal perlahan melangkah mundur. Ia sangat yakin akan terkacangi, jadi dia memilih untuk pergi saja.

Jamal memutar tubuh, berniat kembali ke kelasnya saja. Pemuda itu menunduk kecil kemudian menghela nafas pelan.

Ayolah, ini bukan pertama kali tapi sudah hampir satu tahun. Seharusnya Jamal sudah terbiasa.

Jamal membasahi bibir bawahnya, kemudian mengangkat wajah. Pemuda itu tersentak, jadi terperanjat kaget dan menghentikan langkahnya.

Beberapa langkah di depan Jamal, ada Ningsih yang berdiri dengan telapak tangan kanan terangkat menutupi mulut gadis itu.

Ningsih kemudian menurunkan tangannya, memasang ekspresi sedih yang dibuat-buat. "Yang tabah ya, Mal?" ucapnya entah sungguh-sungguh atau mengejek.

Garis wajah Jamal mengendor, jadi berubah kesal. "Apa?" tanyanya berubah galak.

Ningsih terkikik kecil. Gadis itu kemudian melangkah mendekat ke arah Jamal. "Nanti jadi kan kerja kelompok? Jangan tunda terus euy, gue sibuk nih."

"Iya nanti, mau kerjain di mana?"

"Perpus aja, gue sorean ada fotografi lagi."

Jamal mengangkat sebelah alisnya, kemudian mengangguk.

Ningsih ikut mengangguk kemudian kembali melanjutkan langkahnya. Tapi saat melewati Jamal, ia berhenti sejenak.

"Move on dong kak Jamal." kata Ningsih dengan nada mengejek membuat Jamal melotot.

Ningsih tertawa pelan, bergegas kabur.

***

Sret.

Ningsih menarik kursi di depan Jamal, kemudian duduk di sana. Gadis itu baru kembali dari toilet.

"Tadi ada yang nelfon lo." ucap Jamal menghentikan kegiatan menulisnya, berganti jadi mengangkat wajah menoleh pada Ningsih. "Udah tau lagi di perpus, bukannya atur hp lo jadi mode diam."

Ningsih melebarkan mata, segera meraih hp nya. "Ohya? Astaga gue forget." ucapnya segera mengatur hpnya menjadi mode diam.

Gadis itu kemudian memeriksa siapa yang menelfonnya tadi.

"Lo punya pacar ya?" tanya Jamal.

"Iya." sahut Ningsih tanpa menoleh. Ternyata pacarnya yang menelfon tadi.

Ningsih menggerakkan jari di atas layar, mengirimkan chat pada pacarnya sebagai ganti tidak bisa menerima panggilan dari pemuda itu.

"Dia yang ngajak lo ke club?"

Pergerakan Ningsih langsung terhenti. Ia membelalakkan mata, mengangkat wajah memandang Jamal.

"Eh, nggak, bukan dia. Yang ngajak gue itu temen gue, bukan pacar gue. Dia malah gak tau soal ini." kata Ningsih segera meluruskan.

Jamal mengangkat sebelah alisnya, "yaudah santai aja gue cuman nanya karena kepo." ledeknya melihat wajah panik Ningsih.

Ningsih mendesah pelan, "daripada lo salah paham."

"Kalo lo punya pacar, kenapa malah minta tolong ke gue terus dah?"

"Gak enak aja kalo ganggu dia, soalnya dia udah mahasiswa." sahut Ningsih tenang, kembali mengerikan chat.

Jamal jadi mencibir, "ngerepotin gue gakapap gitu?"

"Iya." sahut Ningsih tanpa dosa membuat Jamal makin mencibir.

"Udahan main hpnya, katanya nanti ada fotografi?"

"Eh, iya." ucap Ningsih baru teringat. Buru-buru gadis itu menaruh kembali hp nya ke atas meja kemudian meraih pulpen.

Jamal agak melirik Ningsih, menggeleng kecil kemudian kembali melanjutkan kegiatannya tadi.

Fall Back ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang