#BELAJAR BARENG (I)

21 10 3
                                    

Knock Knock

Cleck

"Ningsih."

Ningsih yang sedang rebahan di ranjangnya langsung bangun, mengubah posisi menjadi duduk. "Kenapa, Ma?" tanyanya.

"Ada teman kamu di bawah."

"Hah?" Ningsih jadi menatap Mamanya bingung, "siapa?"

"Kamu turun periksa sendiri lah," kata Mama Ningsih berkacak pinggang, membuat Ningsih jadi meringis.

Ningsih menyengir, segera turun dari atas ranjang dan melangkah keluar dari kamar. Gadis itu menuruni tangga dan begitu tiba di lantai bawah mata Ningsih melebar, menatap tak percaya pemuda yang duduk di ruang tamu rumahnya.

"Jamal?" panggil Ningsih membuat pemuda itu menoleh.

Garis wajah Jamal merekah, ia memasukkan hp nya ke saku celana kemudian berdiri. "Akhirnya turun juga." ucapnya lega.

Ningsih mengangkat sebelah alisnya, "Lo... ngapain ke sini? Gak belajar? Besokkan ujian." tanyanya bingung dengan nada polos.

"Ini gue ke sini mau ngajak lo belajar bareng," jawab Jamal ringan.

Ningsih mengerjap-ngerjap pelan dengan mulut sedikit terbuka.

Jamal kemudian tersenyum, "Sana siap-siap."

"...hah?"

***


"Enak?"

Ningsih mengangkat wajah kemudian mengangguk semangat, "Enak, enak banget!" serunya.

Gadis berambut merah itu kemudian kembali mengambil satu suap es krim dan melahapnya. Di bawah meja, kaki gadis itu bergerak-gerak kecil karena senang.

Jamal tertawa kecil melihat Ningsih yang kini tampak menggemaskan seperti anak kecil. "Mau pesan lagi?" tawarnya.

Ningsih memandang Jamal dengan mata berbinar, tanpa menunggu lama gadis itu langsung mengangguk cepat dengan semangat.

"Yaudah, gue pesenin," kata Jamal berdiri.

Ningsih mengangguk lagi kemudian kembali mengambil sesuap es krim. Menikmati rasa es krim dengan perasaan riang.

Pemuda tampan itu melirik Ningsih sejenak, kemudian jadi menggeleng dan tersenyum kecil. Gadis itu benar-benar menikmati es krimnya. Bahkan ini sudah ketiga kali nya Jamal memesan es krim.

Tidak butuh waktu lama Jamal pun kembali ke meja nya dengan Ningsih lagi. Ia menaruh cup es krim ke depan Ningsih kemudian kembali duduk di kursi nya.

"Yang terakhir ya? Habis ini kita beneran belajar." ucap Jamal menopang dagu.

Ningsih mengangguk saja. Ia menghabiskan sisa es krimnya kemudian mengambil cup es krim yang barusan Jamal bawa. Karena ini cup terakhir, Ningsih akan lebih menikmatinya lagi.

"Kenapa deh tiba-tiba ngajak gue belajar bareng?" tanya Ningsih disela-sela makannya.

Sebenarnya tadi Ningsih sudah menanyakan itu sebelum berangkat, tapi Jamal tidak menjawabnya dengan serius. Jadilah Ningsih bertanya lagi.

"Pengen aja," jawab Jamal ringan, masih bertopang dagu sambil menatap lurus ke arah Ningsih.

Garis wajah Ningsih mengendor, jadi menatap malas pada Jamal. Bukan itu jawabannya yang dia inginkan. Dan Ningsih juga yakin bukan itu jawaban sebenarnya.

Jamal yang mengerti maksud ekspresi Ningsih itu jadi meringis kecil. "Kan kemarin lo ngajak gue belajar bareng, tapi karena gue udah ada janji duluan sama Yaya Jihan jadi gak bisa. Yaudah hari ini gue ngajak lo belajar bareng." jelasnya.

Ningsih jadi manggut-manggut kecil, "Oh gituuu." ucapnya kemudian kembali menyendokkan es krim ke mulut.

Jamal tersenyum kecil, "Iya gitu." balasnya ringan.

"Kita mau belajar di mana? Gue gak bawa buku loh," kata Ningsih baru teringat tadi berangkat dengan tangan kosong. Jamal juga tidak mengingatkannya membawa buku.

"Ke rumah gue, mau?"

Pergerakan Ningsih terhenti. Gadis itu jadi menoleh dan mengerjap pelan. Dua detik kemudian ia segera menguasai air muka, "Boleh aja sih. Lo kan belok jadi gue gak takut." racaunya asal.

"Kok jadi bawa-bawa selera?" sewot Jamal bercanda, yang langsung dibalas Ningsih dengan gerakan bibir mengejek. "Ke perpus aja, mau gak?"

"Perpus?" ulang Ningsih mengernyit.

Jamal mengangguk, "Perpustakaan sekolah." sambunganya.

"Emang hari minggu perpus buka?" tanya Ningsih tak tahu.

Karena jujur saja selama tiga tahun di SMA Permata Ningsih sangat jarang ke perpustakaan, bisa dihitung jari kedatangannya di perpustakaan sekolah.

Jamal langsung tersenyum miring mendengar pertanyaan Ningsih, "Lo kalo ke perpus bakal kaget banget pasti," katanya mengerling pada Ningsih.

Ningsih jadi mengerjap pelan, kemudian sedikit memajukan diri. "Rame ya?" bisiknya entah untuk apa.

Jamal tak menjawab, hanya memasang senyuman miring sok misterius.

Fall Back ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang