"Gue baru tau anak-anak SMA Permata ternyata pada ambis?"
Suara bisikan tertahan Ningsih membuat Jamal yang sedang memilih buku jadi menoleh. Keadaan perpustakaan yang ramai membuat Ningsih tak berani berisik. Apalagi wajah serius para murid yang sedang menunduk membaca buku, seakan tidak ingin diganggu.
"Kaget kan lo?" ujar Jamal juga memelankan suaranya.
Ningsih mengangguk cepat. Kepalanya masih tidak berhenti bergerak ke-kanan kiri melihat para siswa yang belajar di hari minggu ini. Gadis itu benar-benar tak menyangka.
Jamal sedikit melirik Ningsih kemudian tersenyum miring, "Bengong doang gak mau milih buku juga?" ledeknya.
Gadis berambut merah itu tersentak, langsung menoleh dan tersadar. "E-eh iya." kata Ningsih kini melihat ke rak mencari buku.
Jamal tersenyum kecil kemudian mengambil beberapa buku. Ia menoleh pada Ningsih, "Ayo ke rooftop." ajaknya.
"Hah? Kok rooftop?" tanya Ningsih bingung.
Jamal memiringkan kepala kemudian tersenyum miring, "Kalo di perpus lo ngantuk nanti."
Ningsih jadi mengerjap pelan, lalu meringis.
Benar juga.
***
Ningsih memejamkan mata, menikmati hembuskan angin yang mengenai wajahnya.
"Wah... nanti bakal kangen banget sih sama rooftop sekolah." ucap Ningsih mengingat tidak lama lagi ia akan segera lulus dari sekolah ini.
"Kangen rooftop doang?"
Ningsih jadi menoleh pada Jamal dengan kening berkerut bingung.
"Gak kangen gue?" tanya Jamal dengan nada menggoda.
Ningsih tersentak, tapi dengan segera ia menguasai air mukanya. "Ngapain kangen lo?" balasnya tak mau kalah.
Jamal mencibir dan memberi tatapan tak percaya. "Kalo gue beda, gue bakal kangen sama lo." katanya tenang.
Gadis berambut merah itu jadi menipiskan bibir, secara tiba-tiba jantungnya jadi berdebar lebih cepat dari sebelumnya. Ningsih meneguk ludah sejenak mencoba menguasai diri, "Kenapa?" tanyanya pelan.
"Kenapa lagi? Kan kita teman."
Teman.
"Oh... iya..." balas Ningsih tersenyum kecil dan menunduk.
"Walaupun kita baru akrab lagi di kelas 12 ini, lo tetap bakal jadi teman yang gue kangenin setelah lulus."
Karena teman.
Ningsih mengalihkan wajah dan menipiskan bibir. Gadis itu juga tidak berharap banyak, mereka memang teman dan Ningsih tau betul bagaimana perasaan Jamal. Tapi tetap saja ia merasa sedih.
Sepertinya benar. Gadis itu sudah mulai baper.
Ningsih berdehem pelan, "Ayo mulai belajarnya." ucapnya mulai meraih buku, mengangkatnya sampai menutupi wajahnya.
Berikutnya Ningsih agak menurunkan bukunya mengintip, kemudian mengangkatnya lagi.
Ah, sial.
Bukan hal yang baik ia terjebak dalam perasaan ini lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Back ✔
Fiksi PenggemarTentang pertemuan dengan seseorang yang tau banyak dengan masa lalunya. Pertemuan yang membuat mereka kembali berteman, lama-kelamaan berubah ke arah yang berbeda. 12.5.23 - 1.6.23