#END

47 11 3
                                    

Ningsih melangkah ringan. Ia bernafas lega, akhirnya ujian sudah selesai dan jika nilai nya tidak ada yang bermasalah, maka hari ini adalah hari terakhirnya ke sekolah.

Gadis itu berbelok, berniat menuju ke kantin. Tapi langkahnya terhenti melihat seorang pemuda yang duduk melamun di tepi lapangan.

Gadis berambut merah itu mengerjap pelan. Tanpa sadar kakinya melangkah sendiri ke arah pemuda itu.

Ningsih menipiskan bibir, kemudian segera memasang senyum lebar dengan wajah ceria.

"Jamal!!" panggil Ningsih ceria, melompat ke sisi pemuda itu dan menepuk bahunya.

Pemuda tampan itu tersentak, langsung menoleh kaget.

Ningsih jadi terkikik kemudian duduk di sebelah Jamal. "Bengong bae, nilai lu jelek?" tebaknya asal.

"...nggak, gue cuman lagi mikir." balas Jamal ringan.

"Hadeh, ujian udah selesai masih mau mikirin apa lagi?" tanya Ningsih bercanda.

Jamal hanya tertawa ringan menanggapi. Setelah itu hening.

Ningsih jadi menipiskan bibir, "udah move on?" tanyanya menyiku pelan lengan Jamal.

Pemuda tampan itu menoleh sekilas kemudian mengangkat bahu, tak banyak merespon. Jamal mengangkat wajah, menatap ke atas langit yang tidak ada matahari nya.

Pemuda itu kemudian menghela nafas panjang.

Gadis berambut merah itu membasahi bibir bawah. Jamal kenapa? Pemuda itu tampak berbeda hari ini.

"Belum move on juga ya?" tanya Ningsih lagi.

"Gue... lagi bingung."

"Ah plin-plan lo, tadi katanya lagi mikir sekarang lagi bingung." protes Ningsih refleks membuat Jamal tertawa.

"Ya, gue mikir karena gue bingung." sahut Jamal.

"Lo bingung sama perasaan lo?" tebak Ningsih.

Jamal jadi menatap lurus ke arah Ningsih dengan mulut sedikit terbuka tak percaya. "Beneran deh, kok lo selalu benar sih tiap nebak gue?" tanyanya tak habis pikir.

Ningsih melebarkan mata, "lah bener? Padahal gue cuman asal..." ucapnya jadi mengerjap polos, juga tak percaya tebakannya lagi-lagi benar.

Jamal tersenyum kecil, "hebat deh lo bisa selalu ngerti gue." katanya tenang kemudian kembali memandang ke depan.

Tanpa tau perkataannya itu memberi reaksi tidak biasa kepada gadis di sebelahnya. Ningsih menipiskan bibir, jadi bergerak kecil tidak tenang. Gadis itu meneguk ludah mencoba menguasai diri.

"Eum, kalo lo lagi bingung... mau gue bantu gak?" tanya Ningsih memberanikan diri.

"Hm? Bantu gimana?"

Ningsih tidak langsung menjawab. Gadis itu memainkan kuku dan sedikit menggigit bibir bawahnya. Ia kemudian meneguk ludah lagi. Perlahan ia mengepalkan tangannya, memberanikan diri.

Gakpapa, Ningsih. Lo gak akan tau kalo gak coba.

Setelah membantin seperti itu, Ningsih menghembuskan nafas pelan.

"Keknya gue suka sama lo."

Jamal tersentak, langsung menoleh terkejut mendengar kalimat Ningsih tadi. Hampir saja ia menggigit lidah saking terkejutnya.

"....ya?"

Mulut Jamal sedikit terbuka, menatap tak percaya Ningsih.

Gadis itu... menyukainya?

Fall Back ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang