[21] Akan Merindukanmu

1K 45 1
                                    

Author's POV

Suatu pagi, beribu-ribu kilometer jauhnya dari Leo, Vee, Key, Lana, Alan, dan kawan-kawan mereka,

Sepasang suami istri sedang menatap sendu ke arah jendela kamar Rumah Sakit.

"Izinin Lana, Pa." Ucap sang istri pada akhirnya. "Restuin dia. Supaya jalan hidupnya penuh berkah,"

Sang suami memandang istrinya yang terbaring lemah di kasur Rumah Sakit dengan tatapan sedih.

"Seenggaknya, kalau semua pengobatan ini enggak berhasil, kalau segala operasi ini sia-sia, tak ada sesal yang bakal Mama bawa,"

"Pssstttt..." Suami tersebut memegang tangan istrinya yang mulai dingin. "Optimis kalau ini semua bakal berhasil. Dan kita akan segera pulang, setelah itu, sesuai janji Papa, akan kita wujudkan cita-cita permata satu-satunya yang kita punya,"

Sang istri tersenyum sayu. "Kenapa harus nunggu pengobatan ini selesai? Kenapa enggak Papa telepon Lana, terus bilang, bahwa apapun yang terjadi, kita berdua, tetap orangtua yang akan selalu mendukung segala mimpj mimpi anaknya."

"Enggak semudah itu, Ma."

Sang istri tersenyum manis "Mama ngerti," Balasnya singkat sambil meraih Tab yang tergeletak diatas meja. "Papa belum siap ngobrol sama Lana kan? Kalau begitu, nih, ketik pake e-mail aja. Ceritakan apa yang mau Papa sampaikan."

Sang suami menerima Tab tersebut, kemudian menatap kosong ke arah layarnya.

"Excusme sir. Breakfast time! "

Keduanya menengok ke arah Suster yang masuk ke kamar.

"Sure," Jawab sang istri. "Selama Mama morning check, Papa nulis e-mail aja,"

"Ngusir?"

Sang istri mengangguk. "Iyalah. Lebih cepat lebih baik,"

Kemudian pria dewas itu melangkah dengan gontai ke ruang tunggu, kemudian membuka aplikasi e-mail, dan mulai menulis.

***

Vee menghela napas berat. Rasanya, kakinya jadi kaku saat mau melangkah ke bangunan di depannya.

Terasa sudah puluhan tahun ia tidak menginjakkan kaki kesini. Kalau bukan karena penyelamatan Leo akan kejadian ketemu mantan kemarin, tak akan ia sanggupi pergi ke rumah penuh kenangan ini.

Mobil sang pemilik rumah terlihat sudah mengisi halaman, menandakan, Leo sudah menjeput Key dari rumahnya dan membawanya kesini.

Rok abu-abu yang dipakai Vee bergoyang tertiup angin, sementara cewek itu, masih diam tak bergeming.

"Vee? Ngapain disitu? Masuk aja, enggak dikunci!"

Vee mendongak ke atas, ke arah balkon. Dan dia disana

Ya Tuhan.

Debaran jantungnya bahkan sudah membuat masalah ditatapan pertama.

"Eh, iya," Jawab Vee kikuk sambil membuka pagar yang memang tidak dikunci.

Namun langkahnyankembali berhenti saat tangannya sudah terjulur memgang knop pintu. Demi apapun, kunjungan ini adalah sebuah kesalahan.

"Masuk woi jangan ngelamun di pintu!" Teriak seseorang dari jendela. Ya ampun. Vee sampai tidak menyadari kalau Leo sudah turun ke bawah

Dengan canggung, Vee memasuki rumah Leo. Dan di depannya, terpampang pemandangan yang sama sekali belum berubah dari kali terakhirnya ia kesini.

Ruang tamu. Mengungkap kembali segala kenangan akan malam minggu yang selalu dilewatinya bersama Leo.

You Are The Reason [END 34/34]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang