Epilog

1.6K 71 3
                                    

Ballroom sebuah hotel bintang lima malam itu dipenuhi oleh tamu-tamu undangan yang akan menyaksikan pertunjukkan spektakuler. Pertunjukan termanis yang hanya bisa disaksikan oleh mereka yang mendapat undangan VIP dari sang pemilik acara.

Media massa dihebohkan oleh acara ini. Dan hanya segelintir wartawan lokal yang diizinkan masuk serta menyaksikan pertunjukkan megah ini. Banyak juga wartawan asing yang ikut meliput pentas dari sang penari kelas dunia.

Panggung di tengah-tengah aula tersebut kini berubah gelap. Menandakan acara inti akan segera dimulai. Sebuah lampu sorot menyorotkan cahayanya pada seseorang dengan rok tutu putih bersih yang mulai memasuki panggung dari sisi kiri.

Selangkah demi selangkah, setiap pijakan kakinya bagai sepasang kapas putih yang menyatu dengan awan. Begitu tenang, begitu ringan, dan membuat siapa saja yang menyaksikannya terpaku di tempat.

Iringan biola yang dimainkan oleh murid terbaik The Rythm juga menyentak para hadirin. Gadis yang bahkan belum menginjak bangku SMA itu begitu menghayati permainannya. Instrument swan lake yang dibawakan terasa menyatu dengan sang penari.

Lana Amira Herawan.

Wanita paling anggun yang negeri ini pernah miliki. Lulusan Pink Shoes itu tak pernah diragukan lagi dalam masalah tari kontemporer.

Setiap pijakan langkahnya, setiap gerakannya, bahkan setiap hembusan napasnya terasa begitu tenang dan menyejukkan. Garis tegas wajah yang diturunkan dari kedua orangtuanya tak membuat ekspresinya kelihatan keras, namun malah melembut dari setiap sisi kita melihat.

Semua yang dimilikinya, membuat seorang lelaki dengan tepuk tangan paling kencang di kursi terdepan merasa sangat bangga begitu pertunjukkan itu selesai.

Lana mengatur nafasnya, dan meraih microphone yang diberikan kepadanya.

"Selamat malam semua. Terima kasih sudah hadir di acara ini. Saya sangat mengapresiasikannya, apalagi pada kalian yang menyukai tarian saya," Ucapnya memulai pidato.

"Terutama, untuk Kayyisa Rajatha Pratama. The most talented girl I've ever meet. Terima kasih banyak."

Key menunduk penuh hormat.

"Dan untuk sahabat-sahabat saya yang telah mendukung kesuksesan acara ini. Untuk Velice Annata Maharani, sang Senior Chef Le Raison yang bersedia menyumbangkan kudapan-kudapan terenak untuk kita semua. Kamu paling berjasa loh, Vee." Lana tertawa kecil pada seorang wanita dengan gaun malam berwarna putih, senada dengan baju ballet Lana.

"Untuk sang penulis yang sekarang namanya lagi nge hits dimana-mana, Aldera Agnes Athiana. Nes, dari SMA aku yakin kamu punya bakat mengarang dan kemampuan riset yang luar biasa. Inget waktu kamu jadi mata-mata buat nguntit aku kemana-mana? Dan, oh, Nes. Cuma demi sepatah kata maaf,"

Kini Lana melempar senyumnya pada wanita berkacamata bingkai hitam yang melambaikan tangannya penuh hormat.

"Kemudian, terima kasih banyak juga untuk Rafaelo Pratama yang merebut hak kepemilikan Le Raison dari istri sendiri. Hihi. Leo, percaya deh, tanpa kamu, kehidupan SMA ku akan suram dan hambar. Kamu, yang udah memberikan begitu banyak rasa, yang buat aku sadar akan siapa jati diriku sebenarnya." Lana tersenyum lembut pada lelaki dengan tuxedo silver yang duduk di sebelah Vee.

"Untuk Mama, Papa, Ayah, Bunda, Mama Leo, Ibu Ririn, Tante Melly, Om Tama, Bapak dan Ibu Athiana, terima kasih banyak sudah mengajarkan saya begitu banyak pelajaran hidup. Terima kasih banyak telah melahirkan anak-anak terhebat yang sekarang tetap berdiri di belakang saya dalam keadaan apapun,"

Lana menunduk penuh hormat pada deretan kedua dari depan, yang dipenuhi oleh wajah-wajah lawas, namun juga diisi oleh seulas senyum bangga pada setiap ekspresinya.

You Are The Reason [END 34/34]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang