[17] Perpisahan?

1K 49 0
                                    

Perpisahan?

***

Vee's POV

Besok udah masuk sekolah. Huffttt... kurang nih bolosnyaaa..

Eh kalau nambah bolos, Agnes sama Lana ngomelnya makin panjang ntar.

Agnes sama Lana. Iya. Mereka udah baikan. Entah apa yang terjadi saat aku enggak masuk, yang bikin mereka berdua sekarang jadi nempel rapet kayak perangko.

Malah katanya mereka bakalan jenguk Ibu nanti bareng-bareng sambil bantuin beres beres untuk pulang.

Ah, itusih pasti permintaan Lana. Iyalah, dia kan kebelet ketemu Leo.

Ehmmmm

Soal aku sama Leo kemarin malam di atap Rumah Sakit...

Males ah ceritanya...

Yang jelas, setelah aku nutup mata, dia malah ketawa keras-keras. Ngetawain ekspresiku yang katanya udah kayak orang mau di eksekusi mati. Habis itu, dia ngajak turun. Katanya gak baik malem-malem kelamaan kena angin.

Tuh, kan malesin. Leo nya PHP. Masa aku  gajadi dicium.

EH?

Nah, sekarang aku lagi di rumah Leo. Beresin barang-barang aku sama Ibu yang masih disini, sambil nungguin Leo pulang sekolah. Sementara Mama lagi ngobrol berdua sama Ibu di rumah sakit. Ngomongin kerjaan baruku nantinya.

Aku memandang ruangan di sekitarku. Kamar tamu.

Enggak terasa, udah 10 tahun Ibu kerja disini. Enggak terasa, udah 10 tahun aku jadi tempat berbagi Leo. Entah kenapa, setelah 10 tahun lewat justru aku baru menyadari perasaanku sebenarnya pada Leo.

"Vee?" Panggil seseorang dari arah pintu yang entah sejak kapan sudah terbuka lebar. "lagi beres-beres apa?"

"Engg... ini... barang-barang gue, lo kapan dateng, deh? Kok gue enggak tau?"

"Ngelamun mulu, sih" Jawabnya sambil mengambil tempat duduk disebelahku. "Barang-barang lo? Emang mau kemana? Sekolah ngadain nginep-nginep lagi?" Lanjutnya.

"Enggak kok," Yah, mungkin ini memang saat yang tepat untuk bilang. "Gue mau pulang," Jawabku akhirnya "dan enggak kesini lagi,"

Leo terlihat terkejut. "Hah? Apa? Kenapa? Gimana? Lo... aduhhhh... ada apa, sih Vee?" Tanyanya bingung sendiri.

Aku hanya menanggapinya dengan senyuman kecil. "Ibu udah tua, Yo. Udah seharusnya duduk manis istirahat di rumah, kata dokter juga kesehatannya kurang bagus kalau dipaksa kerja keras terus. Makanya, Ibu berhenti kerja," Jelasku panjang lebar. Berharap Leo mengerti situasi saat ini.

"Beneran... lo enggak kesini-kesini lagi?"

"Hmmm... sekali dua kali mungkin bakal iya," Jawabku berusaha menghapus nada sedih diucapanku. Gak boleh keliatan cengeng, bukannya harusnya aku seneng ya bisa jauh-jauh dari Leo jadi bisa menghindari perasaan yang tak menentu saat dekat dengannya?

"Enggak nemenin gue dirumah lagi?" Tanyanya lagi yang kubalas dengan gelengan kepala.

"Enggak masakin sarapan sama makan siang lagi?" Tanyanya kembali, juga kubalas dengan gelengan.

"Enggak bisa main sama-sama lagi? Enggak bisa malem mingguan main congklak lagi?"

Aku tertawa kecil. Sebegitu banyaknya ya, hal yang udah aku lakukan dikehidupan Leo?

Untuk menahan air mata yang sudah menggenang, aku beranjak pergi ke dapur. Mengambil minum dan pergi ke halaman belakang.

"Terus lo bakal kemana?" Tanya Leo sambil kembali duduk disampingku. Siang ini harusnya matahari sedang bersinar cerah, tapi seakan tahu kondisi hatiku, semesta pun menggelap, dirundung petir.

You Are The Reason [END 34/34]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang