[3] Alan

1.3K 66 0
                                    

Alan

***

Vee’s POV

Aku cewek kasar? Emang.

Aku anak pembantu? Iya.

Aku korban bullying? Bener banget.

Kalian boleh pamer apapun yang kalian punya, kalian boleh menyombongkan kehidupan mewah kalian ke aku. Tapi untuk kali ini saja, aku akan lebih dari kalian, aku memiliki sesuatu yang mungkin tidak kalian miliki. Tebak?

Aku punya Alan.

Heran ya, kenapa aku bisa punya pacar yang gantengnya overdosis itu?

Karena di balik sifat jutek dan kasarku ini aku punya wajah cantik, aura keindahan dan sifat asli yang polos, penuh perhatian dan tampang imut-imut marmut yang hanya bisa disadari oleh orang terdekatku, salah satunya Alan.

Enggak ada yang tahu kisah cintaku ya? Mari kuceritakan.

Pertama kali aku pacaran itu saat aku kelas 9. Namanya Garry. Dia satu angkatan denganku. Aku yakin itu adalah pertama kali aku pacaran, bukan pertama kali aku jatuh cinta. Dulu, tiba-tiba saja dia mendekatiku, katanya dia suka sama aku karena aku misterius, susah ditebak. Dan entah kenapa akhirnya aku termakan rayuannya, mungkin memang inilah sifat asliku yang masih polos dan imut-imut marmut.

Sampai pada suatu hari aku membawanya ke rumahku. Rumah yang terletak di belakang kompleks perumahan Leo, rumah sederhana namun rapi dan bersih itu membuatnya terkejut. Mungkin ia bingung dengan kondisi ekonomiku yang menyedihkan ini, aku bisa bersekolah di tempat elite. Kebetulan waktu itu ada Ibu yang tidak sedang bekerja, aku mengenalkan Garry pada Ibu. Dan Ibu tidak suka aku berhubugan dengannya.

Garry memang anak nakal, lalu kenapa kalau nakal? Bukankah Leo juga anak nakal, dan Ibu menyayanginya? Bahkan Leo sudah Ibu anggap seperti anak sendiri. Ibu bilang, dia punya perasaan tidak enak, insting Ibu memang selalu benar. Demi menguatkan dugaannya, Ibu menyuruh Leo untuk menyelidiki Garry tanpa aku mengetahuinya.

Dan entah bagaimana, aku menemukan Leo yang sedang menghajar Garry habis-habisan di belakang sekolahku. Kondisi Garry sangat mengkhawatirkan dengan memar di sekujur tubuhnya, dan darah yang menetes dimana-mana. Setelah melihat kemunculanku, Leo menghentikan pukulannya dan menatapku penuh arti, lalu dengan susah payah, Garry bangkit dan menghampiriku lalu mengucapkan permintaan maaf dan memutuskan hubungan kami. Kita putus.

Aku memegang dadaku yang sedikit nyeri, kenapa hanya sedikit? Mungkin aku memang tidak jatuh cinta dengannya, putusnya hubungan kami hanya membuatku merasa kehilangan sosoknya yang 3 Bulan belakangan ini selalu setia menemaniku. Tanpa diduga, saat itu, aku sudah dalam pelukan Leo dan dia mengatakan sesuatu yang membuat aku menangis sejadi-jadinya di dada yang kokoh itu.

Dia menjadikanku pacar. Karena. Taruhan.

Kenyataan bahwa sebenarnya aku tetap dipandang sama oleh orang-orang sebagai cewek kasar dan jutek lebih menyakitkan ketimbang menyadari bahwa Garry tidak pernah tulus mencintaiku.

Garry telah menang taruhan. Ia menjadikan gadis paling jutek di sekolah sebagai pacarnya.

Benarkah kepedulian dan ucapan-ucapan manis yang aku dengar dan rasakan selama 3 Bulan ini hanya kebohongan belaka?

Dalam masa pemulihan batin itulah Alan datang sebagai murid baru di tempat bimbelku. Ia sekelas dengan Leo, dan aku sadar bahwa aku telah terpesona padanya pada pandangan pertama. Aku mengaku secara terang-terangan pada Leo bahwa aku naksir Alan, murid baru di kelas bimbelnya, dan menurut penuturan Leo, sainganku ada di seantero jagat raya ini, Leo berkali-kali meyakinkan apakah rasa yang aku miliki beneran cinta atau hanya sebatas kekaguman seperti yang dimiliki oleh teman-teman bimbelnya. Berkali-kali juga aku menyatakan bahwa aku benar-benar sudah jatuh cinta padanya.

You Are The Reason [END 34/34]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang