PART 4

371 42 8
                                    

Saat putra mahkota menunggangi kudanya menuju kuil timur, suasana di sekitarnya dipenuhi ketegangan yang menyelimuti setiap langkah. Hembusan angin membawa aroma tanah basah, sementara sinar matahari terbenam memancarkan cahaya merah keemasan. 
Beberapa kali anak rambutnya berterbangan kesana kemari ketika wajahnya menerpa angin. Tujuan Sasuke memulai perjalanannya saat ini adalah untuk memprotes argumen ayahnya mengenai hukuman mati seorang Haruno Sakura.

Sebuah ketidak adilan yang sama sekali tidak ia mengerti-bahkan sebagai putra mahkota kerajaan. Seharusnya ia adalah poin tertinggi dalam penegakan hukum istana.
Tapi nyatanya, untuk Sasuke sendiri hukuman mati karena tidak bersedia melakukan pernikahan politik adalah sesuatu yang konyol.

Terlebih lagi, ketika ia mendengar fakta itu dari ayahnya sendiri. Seorang raja yang terkenal terhormat dan bijaksana.
Bagaimana bisa ayahnya menyetujui hukuman mati semudah itu?

Sasuke merasa tubuhnya menegang. Ia mempererat deru laju kudanya untuk menyingkirkan pemikiran terburuknya.

Hukuman mati itu tidak mungkin keputusan mutlak. Jika kerajaan tidak memiliki kekuatan untuk membatalkannya, maka para saintess pasti memiliki caranya sendiri.

Ia menyipitkan matanya. Kali ini debu halus yang menyerangnya. Beberapa prajurit bahkan kehilangan kendalinya atas laju kuda mereka. Tapi Sasuke tetap duduk dengan bahu tegap sambil memegang pedalnya dengan kuat. 

Di kejauhan, siluet kuil menjulang samar-samar, tertutupi rindang daun dan pohon yang seolah mengejek keberaniannya. Sasuke merasakan jantungnya yang berdegup kencang. Dalam keheningan yang menyesakkan, hanya suara napas kuda dan gelegar jantungnya yang terdengar, menandakan bahwa perjalanan ini lebih dari sekadar sebuah kunjungan—ini adalah langkah menuju takdir yang tak terelakkan.

**** 

Suasana kuil timur riuh rendah setelah mereka mendapatkan kabar jika putra mahkota sedang dalam perjalanan kemari untuk memeriksa isi pesan suci yang sebenarnya.

Hiashi sudah bersiap di kursi dewan bersama beberapa saintess yang tinggal di kuil timur.

"Apa yang ingin putra mahkota lakukan di sini?" Kepala kuil bertanya dengan was-was.

Sementara Hiashi mengangkat kedua tangannya. "Jelas itu bukan sesuatu yang menyenangkan." Katanya sambil tersenyum. "Anak itu lebih sulit dikendalikan dibanding itachi-putra mahkota terdahulu. Dia pasti akan protes dan merengek tentang pesan suci itu."

"Astaga.." Yashamaru menggeleng pelan "Apakah Sakura melakukan sesuatu yang menyinggungnya sampai ia bersikeras membatalkan pernikahan ini?"

Hiashi tertawa. "Justru sebaliknya. Putra mahkota sudah menggilainya sejak pertemuan pertama mereka. Aku rasa haruno memiliki aura pemikat yang dapat membuat keturunan raja bertekuk lutut padanya."

"Lalu apa masalahnya?"

"Dia tahu gadis itu akan dimanfaatkan sebagai tamengnya." Ia berdecak kesal. "Hah, sungguh anak yang naif."

Yashamaru merasa tidak percaya dengan ucapan Hiashi padanya. Kenapa putra mahkota bisa tahu rencana mereka? Apakah ada pihak lain yang membocorkan rencana itu?

Hiashi menepuk pundak Yashamaru untuk menenangkan kegusarannya. "Kau tidak perlu khawatir. Dia tidak tahu sejauh itu. Putra mahkota hanya berasumsi kita akan menggunakan haruno sebagai pelindungnya atau barisan utama dari tameng istana."

Tiba-tiba suasana tegang melengkupi keduanya. Yashamaru terlalu takut untuk bersuara-sebenarnya itu bukan mengetahui sebuah rahasia yang sangat besar, sampai tidak ada yang boleh mengetahuinya. Tetapi tetap saja. ia merasa harus lebih berhati-hati membicarakannya. Apalagi jika sampai terdengar oleh putra mahkota-rencananya, rencana mereka .. bisa dipastikan gagal. 

Royal Queen of Sakura [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang