Perlahan cahaya matahari masuk dari celah-celah jendela, dan menyinari wajah wanita cantik yang sedang tertidur lelap.
Merasa terusik dengan itu, wanita itu perlahan membuka matanya. Berulang kali ia berkedip untuk bisa bangun dari kantuknya, hingga bulu matanya yang lentik terlihat seperti sedang menyapu cahaya yang masuk.
"Hoaamm..." Ia meregangkan tubuhnya sambil menutup mulutnya yang menguap. Dilihatnya jam weker berwarna hitam di atas meja sebelah kasur.
Jam tersebut menunjukkan pukul 07.05. Padahal sekolah di mulai pukul 06.45. Ya, dia sangat telat sekarang!
Wanita itu melotot. "Ahk! Telat!. Gimana ini..., padahal mandi juga belum?!" Agatha panik. Rambutnya yang masih acak-acakkan setelah tidur. Bukannya dirapikan, malah semakin di acak.
"Nona Agatha. Maaf, apakah anda sudah bangun?" Tanya seseorang dari balik pintu kamar.
"Bi Suti!" Saru-satunya pelayan di rumah Agatha yang sangat ia percaya.
"Iya bi. Agatha udah bangun, masuk aja."
Cklek
"Bi..., gimana nih?!. Agatha telat masuk sekolah." Agatha berusaha tenang tapi lagi-lagi kepanikannya datang. Pernah suatu hari ia tak ke sekolah dikarenakan sakit, tapi ia tak memberitahu siapapun. Sehingga malamnya Agatha di marahi habis-habisnya oleh ibu tirinya. Alasannya karena Brissila jadi di gosipkan sebagai "ibu tiri yang tak sayang anak suaminya." oleh para ibu lainnya, sehingga membuat Brissila marah dan melampiaskannya pada si kecil Agatha.
"Sebenernya dari tadi bibi sudah membangunkan nona, tapi karena nona tak kunjung bangun. Bibi sudah bilang ke papa nona, kalau nona akan ke sekolah agak siang, karena terlalu lelah."
"Apa... papa setuju?"
"Ya, beliau setuju."
"Hhah... Untunglah. Makasih banyak bi." Akhirnya Agatha lega.
"Ya, itu sudah menjadi tanggung jawab saya." Dalam 17 tahun bi Suti ditugaskan untuk menjaga dan mengasuh Agatha, ia tak pernah sekalipun bicara nonformal pada anak yang dijaganya itu. Sehingga membuat Agatha merasa ada batas yang sengaja di pasang oleh bi Suti kepada dirinya. Agatha pun tak mau memaksa mengubah apa yang bi Suti lakukan, ia takut itu akan membuat hubungannya dengan salah satu perempuan andalannya akan tidak baik.
"Sekarang nona harus cepat-cepat bersiap ke sekolah, karena sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai." Ucap bi Suti menyadarkan lamunan Agatha.
"Oh? Iya-iya!" Saking terharunya dengan ketekunan bi Suti dalam menjaganya, Agatha sesaat melupakan kewajibannya.
Agatha pun bergegas masuk ke kamar mandi. Ia tak mau menghambat bi Suti yang sudah repot-repot membantunya.
15 menit kemudian, Agatha sudah siap dengan seragam yang dibalut jaket berwana putih bermotif kotak-kotak, kaus kaki hitam panjang hingga menutupi betisnya, kakinya memakai sepatu sneakers putih, dan rambut yang diikat supaya tak mengganggu kegiatan belajar nantinya.
Tapi ia bingung untuk satu hal lagi, tas!. Terlalu banyak tas bagus di lemarinya, hingga ia sangat sulit untuk memilih.
"Ini aja non." Dengan wajahnya yang terkesan cool, bi Suti menunjuk salah satu tas gendong berukuran sedang, berwarna pink bermotif bunga-bunga kecil.
"Waahh." Agatha terkesan dengan kemampuan membaca pikiran bi Suti. Ia selalu benar dalam menentukan keinginan nona mudanya itu.
"Bibi benar-benar hebat." Puji Agatha.
"Terimakasih." Senyum bi Suti mengembang, dan pipi nya merona.
Baru kali ini Agatha melihat bi Suti tersipu malu saat ia puji. Rasanya Agatha selangkah lebih dekat dengan bi Suti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha
RomanceKalian pasti berpikir bahwa memiliki kekayaan, kekuasaan, kecantikan, adalah hal yang sempurna bukan? Ya, sempurna kata yang tepat untuk menggambarkan sosok perempuan bernama Agatha. Agatha memiliki semua itu, apapun yang dia mau selalu bisa dia d...