-Ketegangan-

58 42 25
                                    

Seorang wanita yang memakai seragam sekolah terlihat sedang membungkukkan badannya untuk menggosok permukaan lantai dengan sikat. Rambut panjangnya diurai, dibiarkan berkeliaran, hingga hampir menyentuh lantai yang sedang ia bersihkan.

"Hhahh..., ternyata membersihkan wc gak semudah itu. Aku capek.." Keluhnya. Kemudian mengaitkan rambut yang mengganggu pada telinga. Padahal baru 5 menit saat ia memulainya, itupun belum semua tugas, masih ada hal berat lain yang menunggu.

"Kenapa dulu aku selalu mengeluh kalau wc kotor?. Ini membuatku terlihat buruk." Dengan muka masam dan keringat yang entah kapan muncul, ia menyadari suatu pelajaran.

***

"Tuh." Dengan pulpen pink bergambar kaki kucing, Agatha menunjuk pada selembar kertas yang menyebabkannya mengabaikan omongan guru tadi pagi.

"Apa itu?" Meski tak terlihat dari posisinya saat ini, Keila malas untuk pergi ke depan kelas, apalagi yang menyuruhnya adalah anak kaya raya, seperti wanita menyebalkan dihadapannya.

"Liat aja!" Agatha menegaskan hingga membuat Keila kesal.

"Emang lo siapa nyuruh-nyuruh gue?" Geramnya.

"Yaudah nih." Wanita itu dengan sabar memberikan sebuah ponsel. Sebuah gambar persis seperti di tembok depan kelas, muncul di layar ponsel itu. "Kalau males bilang aja, gak usah di pendem gak baik."

"Tata tertib?"

Agatha mengangguk. "Di situ ada tulisan jika terlambat hukuman nya teguran dan membersihkan wc. Aku terlambat kurang lebih selama 2 jam? Jadi hukumannya membersihkan wc setelah pulang sekolah. Aku bakal lakuin itu tenang aja."

"Lo bener juga, emang di situ tertulis kayak gitu. Tapi..., bukankah 2 jam terlalu lama?." Keila tersenyum licik.

Wanita di hadapan Keila tau bahwa dirinya terlalu lama untuk ukuran telat sekolah. "I-iya sih, tapi kan.."

""Hukumannya tambah dong!" Potong Keila dengan wajah liciknya sekaligus serius.

"Hah?!" Agatha terkejut. Bagaimana tidak, dirinya tak pernah sekalipun melakukan bersih-bersih di rumah maupun sekolah. Menyapu lantai rumahnya saja dia tidak bisa, apalagi membersihkan wc.

"Bersihin wc sama..., nyapu halaman belakang sekolah aja!. Gimana setuju?"

"T-tapi kan itu tugas pembersih sekolah."

"Trus? Lo mau nolak dan ngehindar dari hukuman?"

"GAK. Gue bisa." (Tiba-tiba pake gue-lo) dengan matanya yang melotot, terlihat semangat membara di baliknya. Hingga membuat Keila tertawa karena pertama kali melihat seseorang begitu bersemangat untuk dihukum.

"Hahahaha yaudah sana!" Suruh Keila dengan tawanya.

Mereka tidak tahu bahwa dari tadi ada sepasang mata yang memerhatikan mereka.

***

Bel sekolah telah berbunyi. Dengan sigap Agatha langsung pergi ke arah tempat hukumannya.

Entah kenapa sekarang suasana kamar mandi sangat buruk. Tidak seperti saat Agatha ke toilet tadi pagi. Lantainya kotor berbekas pijakan sepatu. Ada beberapa genangan air kotor di sudut-sudut ruangan. Dan yang lebih buruk, banyak sampah dedaunan di seluruh lantai, sampai menutupi kloset. Membuat kengerian saat melihatnya.

"Hah? Ini beneran toilet sekolah ini? Tapi tadi kan gak kayak gini." Agatha merasa ada keanehan dengan toilet itu sekarang. Walaupun begitu ia sama sekali tidak merasa takut, padahal jelas-jelas hawa di dalam tidak mengenakan.

"Apa.. Keila yang lakuin ini?" Curiga dengan hal ini, Agatha mencoba untuk menerka-nerka siapa pelaku yang membuat toilet menjadi seperti sekarang.

AgathaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang