BTS Meal.

981 227 26
                                    

Renaka berjalan menuruni tangga rumahnya dengan cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renaka berjalan menuruni tangga rumahnya dengan cepat. Sampai dibawah ia melihat sang ayah yang tengah duduk santai disofa ruang tengah sambil menonton tv. Jelas Renaka langsung terburu menghampiri ayahnya, ia tidak sadar jika ayahnya sudah pulang dari pekerjaannya.

Renaka rindu sekali dengan ayahnya, karena biasanya ayahnya ini akan pulang saat Renaka sudah terlelap dan pergi saat Renaka belum bangun. Namanya, Papa Cakra. Kalau kata Renaka Papa Cakra itu bank nya dia.

"Papa!" Serunya riang dan langsung berhambur memeluk ayahnya.

Cakra tak menjawab hanya memberi senyuman hangat dan membalas pelukan dari anaknya.

"Kok aku gak lihat Papa pulang?" Tanyanya.

"Kamu dikamar terus, sih." Jawab sang ayah.

"Iya juga, ya." Gumamnya pelan.

"Wih, gelangnya bagus, dek." Puji sang ayah sambil memegangi pergelangan tangan anaknya.

Renaka tersenyum senang. "Iya dong. Tau gak, Pa, dari siapa?" Tanyanya sombong.

Cakra tak menjawab, ia hanya menampakkan tatapan penasaran yang membuat anaknya kembali menjawab.

"Ini dari Jauzan." Jawabnya riang. Bibirnya terangkat mengulas senyum lebar sambil memandangi gelang ditangannya.

"Bagus." Tanggapnya sambil mengangguk-angguk. "Besok 'kan hari minggu, Jauzan Papa ajakin nyuci mobil mau gak, ya, kira-kira?"

"Papa! Jangan aneh-aneh."

"Loh, kalo dia sayang sama kamu harus mau dong." Ungkap Cakra.

Renaka mencebikkan bibirnya, "ya, iya, sih. Tapi 'kan. Ah, Papa suka aneh-aneh aja." Lalu mendengus sebal.

"Lagian besok aku mau jalan sama Jauzan. Jadi Papa gak bisa ajakin dia nyuci mobil." Lanjutnya.

Sang ayah menyunggingkan senyum jahilnya. "Besok ada Papa, loh. Emang bakal Papa izinin?" Katanya tidak mau kalah.

"PAPAAAAA!" Renaka semakin jengkel dengan ayahnya ini. Ingin ia buang saja tapi sadar ia masih mau duit ayahnya.

Karena kesal Renaka pergi meninggalkan sang ayah dan berjalan ke dapur menghampiri ibunya. Mau ngadu.

"Mama." Panggilnya saat sudah sampai didapur.

"Hm?" Sahut Windy tanpa mengalihkan pandangannya.

"Papa tuh." Adunya sambil merengek. Ia dudukkan dirinya dikursi meja makan yang ada disana. Bibirnya masih mencebik lucu.

"Apa, Papa kenapa?" Sahut Windy, tangannya sibuk menuangkan masakannya kedalam wadah.

"Masa Papa bilang mau ajakin Jauzan nyuci mobil besok, aku 'kan mau jalan sama Jauzan." Adunya tidak suka.

Windy terkekeh lalu menatap anaknya, "ya udah, biarin." Jawabnya membuat Renaka mengerutkan keningnya jengkel.

Ternyata sama saja.

biasalah, jaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang