Bad Days.

700 187 44
                                    

Suasana sore hari dengan iringan lagu Fiersa Besari dan quotes yang keluar dari mulut Havis membuat suasana tampak jadi estetik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana sore hari dengan iringan lagu Fiersa Besari dan quotes yang keluar dari mulut Havis membuat suasana tampak jadi estetik. Kalo kata Jeno, anak senja nih bos.

Sok ngindie banget emang.

"Udahan kenapa, Vis." Potong Jauzan yang sudah bosan mendengar berbagai quotes yang Havis keluarkan. "Gue gak butuh quotes butuhnya duit." Lanjutnya seraya menyesap kopinya.

"Dia lagi menghibur diri, biarin aja." Jeno menyahuti.

Havis mendengus sebal mendengar respon teman-temannya lalu ikut menyeruput kopinya yang masih penuh. Ia tengah patah hati karena tidak bisa mengambil kembali hati mantannya eh malah ditinggal tunangan.

"Kalo gak bisa ambil hatinya, ambil aja hikmahnya." Ucap Jauzan memberi tahu.

"Masalahnya ini kagak ada hikmahnya." Jawab Havis putus asa.

Ia menghela nafas panjang, "takdir emang suka becanda ya, tapi becanda nya gak lucu anjiiiinggg."

"Dikira lucu apa becandaan nya kek gini."

Kasar dia mah harus dirukiyah :(

"Istighfar lo Havis." Balas Adnan.

"Mending nih ye, lo mintain nomor wa cewek yang disana dah." Saran Jauzan seraya menunjuk perempuan cantik yang tengah duduk anteng memandangi laptopnya.

"Yang itu?" Havis menunjuk jajaran perempuan cantik yang tengah mengobrol.

Jauzan menggeleng, "bukan, yang itu tuh." Jawabnya menunjuk kembali perempuan yang tadi tengah duduk sendirian dengan laptopnya.

"Oh yang itu, takut dijudesin anjing."

"Belum juga belum, cobain dulu. Basa-basi dulu, gak bakal digalakin."

"Muka lu gak bakal digalakin. Kalo digalakin gimana?"

"Ada gue tenang." Ucap Jauzan memastikan.

Akhirnya Havis bangkit dari duduknya, menghampiri perempuan yang tadi Jauzan tunjuk. Mengajaknya mengobrol perlahan.

"Zan anjing, si Havis lo suruh ngapain?"

Jauzan tertawa mendengar pertanyaan Jeno yang sedikit kaget, "gue suruh mintain nomor wa cewek itu." Jawabnya dengan gelak tawa.

"Bajing, kalo digalakin begimana?" Cerocosnya.

"Ya udeh kena mental." Jawabnya lagi masih dengan gelak tawa.

"Eh jam berapa, Jen?" Tanya Jauzan setelahnya. Mengingat ia akan menjemput Renaka.

"Jam lima." Jawab Jeno.

"Gue cabut duluan, ya." Pamit Jauzan pada Jeno dan Adnan.

"Lah, mau kemana?" Tanya Adnan heran.

biasalah, jaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang