Seungwoo yang bertemu Seungyoun tanpa sengaja, ketika keduanya tengah sama-sama dirundung rasa pedih.
"Jangan takut pada apapun. Hyung di sini."
"Aku percaya padamu, Hyung."
Sejauh apa pun kau menghindar, ketika semesta berkata 'harus', bukankah tidak ada pilihan selain terus?
🍫🍫🍫
Binaran mentari sore itu terlihat cantik. Berpadu indah dengan langit yang terukir abstrak, lengkap dengan gradasi oranye yang menarik perhatian setiap insan yang berada di naungannya.
Namun, Jinhyuk merasa langit sore ini bersebrangan dengan perasaan ketar-ketir di hatinya.
Hatinya gelap, abu-abu, penuh getar petir, dan gelegar kilat.
Jinhyuk akan bertemu dengan seseorang yang dahulu --bahkan sampai sekarang-- sangat ia sayangi. Jantungnya seperti berdegup dua kali lebih cepat. Astaga, jika jantung ini adalah diskotek, pasti orang-orang di dalamnya akan begitu semangat menari.
Ia membuka ponsel pintarnya. Menatap ulang chat whatsapp yang dikirimkannya pada seseorang kemarin malam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sungguh Jinhyuk si pria malang. Sudah putus, tetapi nama kontak Wooseok di ponselnya masih disimpan sama seperti waktu dulu. Begitu pun perasaannya. Masih rapi terkunci di dalam kalbunya. Masih rapat tersimpan di dalam hatinya. Memastikan tak ada celah untuk dimasuki oleh insan yang lain.
"Jinhyuk?"
Deg.
Suara tipis dan sedikit melengking. Jinhyuk hafal tepat sasaran siapa si empunya suara.
Jinhyuk mengangkat kepala yang sedari tadi ditundukkannya perlahan, menangkap satu sosok, mungil dan ramping. Persis. Sama. Ia tidak berubah.
"W-wo... Wooseok...," cicit Jinhyuk, "H-hai...," Jinhyuk melambaikan tangannya pelan, tidak, lebih tepatnya kaku. Entah bagaimana tangan Jinhyuk yang sedari tadi hanya dipakainya memegang cangkir americano tiba-tiba kini terasa sangat kebas.