#22 End

2 0 0
                                    

    Kami sampai di jembatan dan disana sudah terlihat Rehan & Aisa, mereka terlihat baik-baik saja dan hanya beberapa luka tembak yang dialami Roni.

   Tembakan itu tepat mengenai Dada bagian kiri, untungnya Armor itu berhasil mengurangi penetrasi dari peluru tersebut sehingga tidak sampai menembus bagian organ. Roni terlihat lemas dan sepertinya harus segera di obati.

   "Kita akan berpisah sampai disini, Aisa berhasil membawa uangnya kalian akan pergi dengn Kapal temanku yang sebentar lagi lewat, kebetulan dia akan menuju ke Bali disana kalian bisa langsung segera pulang, Kalian pahamkan" ucap Rehan.

   "Apakah kapal itu tidak mampir ke Malaysia ?" ucap Aisa.

   "Roni butuh pengobatan dan aku yakin kau bisa melakukannya, Pikirkanlah hal itu ketika sudah sampai di Indonesia kita harus segera pergi, atau Mafia itu akan membunuh kita" ucap Rehan cepat.

   "Apa kau tidak ikut" tanyaku pada Rehan.

   "Aku masih ada beberapa urusan disini" ucapnya yang sepertinya serius.

  "Oh iya Deny, aku akan mengirimu pesan tentang keluargamu ketika semua sudah selesai aku tidak akan lupa dengan janjiku jadi tenang saja" Ucap Rehan yang membuatku teringat kembali pada perjanjian waktu itu dan kali ini aku percaya padanya.

   Terlihat sebuah kapal kargo yang melintas, dan disini kami bisa masuk dan menumpang untuk pulang ke Indonesia. Setelah berhasil masuk ke Kapal, Aisa bergegas mencari alat untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di Dada Roni. Beberapa awak kapal juga ikut membantu. Aku menahan luka Roni dengan tanganku agar darahnya tertahan. Sambil memotifasinya agar tetap bertahan.

   Aisa mulai membuka pakaian dan armor dari Roni, terlihat 3 lubang peluru yang menembus berdekatan di bagian dada kirinya. Aisa seketika melihatku dan mengangguk untuk memberi aba-aba siap dalam Operasi mengeluarkan peluru tersebut.

   Dengan alat seadanya dan beberapa Opium kami melakukannya. Aku terus mencoba untuk mengalihkan perhatian dan menguatkan Roni.

   "Den, jika terjadi apa-apa denganku aku titip Chika ya, dia adalah satu-satunya keluargaku  yang masih ada di Indonesia" ucap sambil menahan rasa sakit.

   "Chika akan baik-baik saja jika kamu menemuinya, Tenang saja kamu akan bertahan Ron" ucapku mencoba meyakinkan dia.

   "Mungkin kamu bisa mengantikan aku untuk mendidiknya nanti, kamu mungkin bisa menjadi Ayah yang baik buatnya, Aku adalah Ayah terbodoh yang hanya memikirkan egoku sendiri, Aku meninggalkan mereka hanya untuk menghindari masalah dan itu ternyata hanya membuatku semakin hina dan bodoh" ucap Roni dengan rasa penyesalan.

  "Terkadang orang akan melakukan itu, setidaknya kamu adalah salah satu orang yang beruntung yang menyadari & ingin memperbaiki kesalahanmu"ucapku.

   "Aku sudah menghianati guruku, Aku adalah Aib bagi Guru aku selalu mengabaikan apa yang dia bicarakan aku telah menghancurkan reputasi sanggarnya aku sepertinya tidak layak hidup didunia ini" ucapnya yang membuatku bingung karena Guru tidak pernah membahas hal ini padaku.

   Aku Memegang pipi Roni dan menatap wajahnya yang pucat dengan tajam.

    "Roni dengarkan aku, Chika bukan satu-satunya keluargamu, tapi masih ada Cindi, Guru, Anya, Murid Sanggar, dan Aku disana. Semua menunggumu disana, karena mereka yakin kamu akan bertanggung jawab dan memperbaiki semuanya, sudah sekitar 5 tahun kalian berpisah Cindi, Chika & Anya tetap memikirkanmu dan menitipkan surat ini padaku, itu artinya mereka masih percaya denganmu dan mereka yakin kamu bisa berubah. Dan Guru, Guru tidak pernah membencimu bahkan Guru hampir tidak pernah bercerita buruk tentangmu dengan murid-muridnya. Guru bercerita bahwa kau adalah seorang Murid teladan kebanggaannya dulu yang telah berhasil membawa medali emas di kejuaraan Silat di Kota. Kamu pikir siapa yang mengirimku kesini kalau bukan Guru, mungkin aku disini hanya mencari uang tapi sekarang aku sadar bahwa misiku disini, juga membawamu kembali Pulang, kembali dengan keluargamu sesungguhnya, Setiap Kesalahan Manusia tidak ada yang tidak bisa dimaafkan, Bertahanlah Roni semua keluargamu menunggumu disana !!" jelasku dengan nada tegas kepada Roni.

   Semua hening seketika, aku & Aisa terengah-engah menghela nafas. Roni kini mulai pingsan dan tidak sadarkan diri. Kami berhasil mengeluarkan 3 peluru yang bersarang didadanya.  Akhirnya operasi ini berhasil, kini kami bisa beristirahat dengan tenang untuk sementara waktu.   

    Entah mengapa Aisa tiba-tiba menghampiriku dia terlihat kelelahan, karena baru kali ini dia mengoperasi seseorang. Dia bukan sepenuhnya dokter dia hanya pernah berpengalaman magang menjadi seorang dokter. Jadi wajar jika ini menguras semua energinya.

  "Boleh aku istirahat disampingmu" ucap Aisa dengan nada lirih.

  Aku menggeserkan tubuhku seolah memberi dia ruang untuk beristirahat. Dia ikut duduk disampingku dan meletakkan kepalanya dipundakku. Entah mengapa aku merasa bersyukur telah membantunya memberi uang 50 juta saat insiden pertarungan kemarin.

   "Aku berjanji akan menjaga & mengantarmu pulang ke Malaysia nanti" ucapku lirih pada Aisa.

   "Aku senang mendengar itu" balasnya sambil menguap.

   Aku menatap langit dan melihat terbitnya matahari di lautan yang terlihat sangat indah, terlihat mulai menyinari kami, Aku bersyukur karena tuhan telah menyelamatkan kami. Entah syukurku didengar olehNya atau tidak. Tapi ini adalah kisah hebat yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.

   "Hai Pak Tua, Aku akan pulang jadi bersantailah saja dulu" gumamku dalam hati.


Pendekar : Fight or Die (Aksi, Laga & Drama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang