Setelah gagal lulus masuk TNI aku mencoba untuk mengunjungi Ayahnya Dimas yang seorang TNI juga bahkan dia adalah seorang Kopassus AD yang sudah tidak diragukan lagi pengalamannya.
Sesaat sampai di Asrama TNI aku akhirnya dipertemukan oleh Ayahnya Dimas yaitu bernama Jendral Yudi, ternyata diluar dugaanku Om Yudi adalah orang yang Humoris & Baik Hati berbeda dengan Dimas yang Keras & Suka berbuat onar sama sepertiku.
"Kamu Temannya Dimas ya, haha.. Sini duduk dulu, bentar ya aku ambilkan Kopi dan Biskuit TNI" Ungkap Om Yudi.
"Iya Om Makasih banyak, jadi ga enak saya.. hehehe.." Jawabku.
"Nah, jadi gimana tadi hasil tesnya? " Pertanyaan itu berhasil membuatku kaget.
Karena pada dasarnya aku ingin menanyakan perihal bagaimana Dimas yang sama-sama ranking rendah sepertiku bisa lulus TNI.
"Jadi aku ga lulus pak, hehe.. Tapi untungnya Dimas Lulus sih " Jawabku sambil menahan Malu.
Sambil membawa kopi & biskuit ke meja, Pak Yudi pun mulai memasang wajah serius dan menatap mataku.
"Kamu adalah orang hebat, aku tau itu dari wajahmu tapi sayangnya kamu agak sial.. hahaha.. " Candanya, yang membuatku ingin memukul wajahnya.
"Haha.. Bapak bisa aja, Maaf pak kalau boleh tau Bapak tau nggak supaya saya bisa lulus tes gimana? " Ucapku tanpa basa-basi lagi.
Kali ini Om Yudi memasang wajah serius lagi, dan aku merasa sepertinya kata-kataku menyinggung dia dan Dimas.
"Terkadang hidup itu memang sulit, tapi inilah kenyataanya seperti istilah Jer Basuki Mawa beya hampir semua yang kita lakukan harus mengeluarkan Harta salah satunya adalah Wanita.. Hahaha" Lagi-lagi dia berbicara dengan gaya tersebut.
"Jadi mungkin Om bisa bantu saya mungkin agar saya bisa masuk TNI" Kataku agar pembicaraan cepat selesai.
"Om tidak bisa bantu kamu, tapi Om punya Kenalan yang bisa membuat kamu bisa lulus ujian, namun Syaratnya kamu harus membayar 100 juta untuk biayanya, hanya itu yang Om bisa bantu buat kamu selain Kopi dan Biskuit.. Hahaha" Kata Om Yudi.
"Hehe.. Terima Kasih banyak Om saya pamit dulu ya." Ucapku
"Okelah kalo begitu, tapi ini biskuitnya kamu bawa aja buat makan di rumah atau dijalan. Hati-hati ya jangan lupa dimakan atau Om nanti yang makan kamu, hahaha.. " Kata Om Yudi.
Aku beranjak keluar sambil membawa Biskuit berkemasan warna hijau gelap.
Kembali menikmati suasana Kota di daerahku, sambil melihat indahnya gedung-gedung yang menjulang dan orang-orang yang sedang sibuk berjualan.
Hari-hari mulai berjalan seperti biasa kali ini aku mencoba untuk melamar pekerjaan namun hampir tidak ada perusahaan dan toko yang mau menerimaku karena rapotku yang buruk dan itulah konsekuensi yang harusku terima saat masih remaja dulu.
Saat mulai merasa putus asa, dijalan aku berhenti sejenak di sebuah Proliman, disana aku melihat icon kota yaitu Patung Pendekar Silat. Sontak, hal itu membuatku rindu kepada kenakalan zaman remajaku.
Aku ingin sekali kembali menjalani hidupku yang dulu saat menikmati Jurus-jurus baru & saling adu ketangkasan dengan teman-temanku.
Setelah lama aku merenungkan masa lalu. Terbersit difikiranku
"Bagaimana kalau aku mencari uang dengan silat ? "
Wah, menurutku hal itu akan sangat menyenangkan ketika kita bekerja sesuai dengan apa Passion kita. Aku mencoba untuk mengunjungi Guru Perguruan silatku dulu dan menanyakan perihal ini.
Akupun mulai melangkah dengan tenang, setidaknya kini aku tau apa yang harus aku lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar : Fight or Die (Aksi, Laga & Drama)
AksiDeny Agus adalah anak yang suka berbuat onar, dia sangat terobsesi dengan Pencak Silat. Karena kata-kata motivasi dari Bapaknya dia pun akhinya terpanggil untuk meraih cita-citanya sejak kecil yaitu menjadi TNI Angkatan Darat, Tentu dia berusaha unt...