#15 Fight ! (Elden)

2 0 0
                                    

    "Baiklah Pemirsa kita sekarang sedang menuju ke penghujung acara hari ini yaitu pertandingan penutup yang akan dilakukan oleh Petarung Baru Deny Teratai melawan mantan petarung Tingkat A Elden Muangthai" ucap MC membuat seluruh isi gedung bersorak.

    Ini adalah pertandingan penentu, jika menang aku akan berhasil masuk ke Tingkat A yaitu tempat para petarung terkuat se Asia Tenggara. Tapi aku disini harus fokus kepada lawan yang sangat serius didepanku dia adalah Elden. Terdengar kabar bahwa dia pernah membunuh 4 petarung dalam kompetisi ini 2 diantaranya mati karena retak tulang bagian kepala dan 2 orang lainya mati karena kurang cepatnya penanganan medis mengingat ini adalah kompetisi ilegal jadi tidak bisa segera menuju ke rumah sakit.

    Dia juga sempat masuk ke Tingkat A tahun lalu namun hak dia dicabut karena tiba-tiba dia tidak muncul saat FOD Eropa. Pada intinya ini adalah pertarungan maut yang bisa membunuhku kapan saja. Semoga pertarungan ini bisa aku Menangkan.

"Ready?" ucap wasit.

    Kami pun bersalaman sebentar terlihat dia tersenyum sinis yang bisa menurunkan mental seorang petarung dan itulah modal petarung yang paling harus dijaga yaitu Mental. Aku mencoba melupakan senyumannya yang tajam itu tapi cukup sulit mengingat dia adlah petarung yang sudah Profesional dan bisa saja terjadi hal-hal yang mengerikan.

"Tong ! Tong ! Tong ! Fight !"

    Aku memasang kembangan seperti biasa namun dia langsung menyerang dengan Dengkul menukik tajam tepat mengenai Dadaku, aku mundur 2 langkah kebelakang, aku tidak menyangka dia akan menyerang secepat itu. Belum sempat aku memasang kuda-kuda dia langsung meluncurkan tendangan memutar kebelakang dan mengarahkan tumitnya tepat dikepalaku. Beruntung aku sempat menghindarinya karena jika itu berhasil bisa saja tulang kepala bisa retak.

    Kali ini dia maju dengan frontal dan menyerang cepat dengan siku, aku menahannya dengan tangan tapi ini malah membuat tanganku sakit karena melawan siku yang penuh dengan tulang tajam. Aku memutar beberapa langkah dan menghindari serangannya aku harus berfikir cepat bagaimana agar aku bisa meluncurkan seranganku mengingat tangan dan dengkul selalu menutup tubuhnya.

    Ini adalah pertama kalinya aku melawan Petarung dengan aliran Muangthai sebuah aliran yang mengandalkan kekuatan tulang untuk menyerang lawan. Aku baru tau kalau Muangthai semengerikan ini.

   Dia meluncurkan serangan lagi kali ini dia mengkombinasi serangan siku dan dengkul. Aku menahan seranganya namun semua itu percuma pada akhirnya aku terkena Dengkul telak di bagian wajah dan itu membuatku terjatuh.

   " One, Two, Three ..... " Hitung mundur wasit mulai berbunyi.

   Tidak ada cara lain, Muang Thai adalah Petarung jarak menengah dan dia cukup Protektif dibagian depan tapi lemah dibagian samping tapi resiko untuk meluncurkan serangan kesamping mengingat jap tulang jarinya bisa kapan saja memukul kita. Aku hampir putus asa dengan pertarungan ini mungkin aku harus bertahan sedikit lagi untuk mencari celah.

   Aku bangun kembali tapi kali ini wasit meniupkan peluit yang artinya akan ada istirahat sekitar 5 menit. Aku harus memanfaatkan moment ini 5 menit adalah waktu yang sangat berharga untuk menganalisa kelemahannya.

   "Berfikir, Berfikir, Ayo Deny kamu harus kuat" gumamku dalam hati.

3 Menit sudah berlalu tapi masih fikiranku berada di jalan buntu, Darah segar terlihat keluar dari hidung dan mulutku karena serangan Tulang itu. Kepalaku terasa berputar dan menatap bayangan penonton yang kian lama makin memudar. Mungkin ini adalah akhir dari kompetisiku Aku masih harus banyak belajar, aku masih belum bisa bertanding melawan Petarung ini, bahkan menurutku dia lebih pantas dibilang pembunuh mengingat hampir semua serangannya sangat mematikan. Aku Putus asa, aku sudah tidak tau lagi harus berbuat apa.

   Aku menatap langit melihat lampu berkelap kelip menyinari terangnya Ring.

"Hei, Pak Tua Maaf aku akan menunda cita-citaku dulu untuk saat ini, tapi tahun depan aku akan mendaftar lagi" Gumamku lirih dalam hati sambil menatap ke langit.

    Tinggal satu menit lagi pertarungan akan dimulai aku bersiap untuk menyerahkan diri karena bisa saja aku mati dipertarungan berikutnya. Disaat aku mulai mengangkat tangan tiba-tiba Roni & seorang gadis datang mendekatiku dia adalah Aisa Rose yang sebelumnya mematikan syaraf tangan kananku.

  "Bukankah kamu seorang Pendekar, kenapa kamu tak coba kunci dia" Ucap Aisa dengan penuh dukungan.

   "Petarung Muangthai hanya mengandalkan tulang dan tulang hanya bisa dilawan dengan akal, Aku yakin jika kamu berhasil mengunci dan menjatuhkannya dia tidak akan bisa berkutik kamu masih ingat yang Jurus Kuncian yang diajarkan oleh Guru Terataikan" ucap Roni penuh dengan pencerahan & mengingatkanku pada suatu hal.

   "Tong ! Tong ! Fight !"

   Mendengar Dukungan dari mereka kini aku kembali semangat lagi skearnag aku tau apa yang harus aku lakukan, sambil tersenyum aku berbicara lirih :

"Maaf Pak Tua aku menarik kata-kataku tadi kali ini di tahun ini aku akan mencapai cita-citaku"

  

Pendekar : Fight or Die (Aksi, Laga & Drama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang