First Love
-
Shanks
﹥━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Disclaimer : Eiichiro Oda.
Jatuh cinta. Mungkin semua makhluk di bumi sudah pernah merasakannya.
Begitu juga dengan [Fullname], gadis itu kini merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta.
Jantung yang bekerja dua kali lipat, perut yang serasa diterbangi ribuan kupu-kupu, bahkan pipi merah merona sudah ia rasakan. Hal itu terjadi berulang kali, hingga orang-orang disekitarnya mengetahuinya.
[Name] akan bersyukur jika orang yang dicintainya itu yang mengetahui, tapi entah karena tidak terlalu peka, pria yang ia cintai itu malah tidak menyadarinya. Padahal, [Name] sudah melakukan kode-kode kecil, pria itu tetap tidak pernah menggubrisnya.
Hingga [Name] sadar, ia terkena friendzone.
Menyakitkan, namun dukungan dari teman-temannya membuatnya bangkit kembali.
Berbagai rencana mereka buat, mulai dari pulang bareng, minum berdua, makan berdua, semuanya itu gagal. Iya, gagal sebab [Name] yang selalu kehilangan kata-kata jika ingin mengungkapkan isi hati.
Bahkan Benn— si dalang pembuat rencana sudah kesal, sampai pria itu bersumpah tidak akan membantu [Name] lagi. Situasi semakin panas saat Yasopp malah ikut-ikutan tidak akan membantu juga, disusul teman-temannya yang lain.
[Name] kalang kabut, dibantu saja ia tak sanggup. Apalagi sendirian?
Itu sebabnya dengan segenap jiwa dan raga, akhirnya [Name] memberanikan diri.
Hari ini, ia akan mengungkapkan perasaannya pada Shanks—bos sekaligus sahabatnya sedari kecil.
Jantung [Name] berpacu cepat, saat Shanks berjalan santai keluar dari ruangannya. Ia menatap Benn yang sudah siaga satu, beralih pada Yasopp yang siaga dua. Mereka kompak mengangkat jempol pertanda semua akan berjalan lancar.
Rencana yang mereka buat adalah membawa Shanks ke taman belakang kantor.
Tenang, taman itu tidak dihiasi sesuatu yang berbau romantis. [Name] murni mengajak Shanks untuk mengobrol singkat, lalu berakhir dengan pernyataan cinta darinya. Jika Shanks menerima, maka Benn dan Yasopp serta teman-teman yang lain akan keluar dari persembunyian mereka. Mereka bahkan sudah menyiapkan confetti sebagai pemeriah suasana. [Name] tadi sudah melarang keras, sebab kemungkinan perasaan gadis itu terbalas abu-abu, dalam artian ia tidak tahu sama sekali isi hati seorang Shanks.
Percakapan [Name] dengan Shanks berlangsung lancar.
Bersyukurlah [Name] dengan sifat Shanks yang supel, suka bercanda walaupun garing. Jika tidak, sudah dipastikan suasana akan menjadi canggung sebab [Name] yang tidak pandai memulai percakapan.
Obrolan seru mereka terhenti, saat Shanks merogoh sakunya.
Mata [Name] terbelalak kaget, kotak cincin yang dikeluarkan Shanks berhasil membuat harapan [Name] melambung tinggi.
Bahkan, Benn dan yang lain ikut terkejut. Tak menyangka bos sekaligus teman sepermainan mereka gerak cepat seperti itu. Mereka sudah menangis terharu, sampai kalimat yang diucapkan Shanks selanjutnya memukul dada mereka kuat.
"Aku akan melamar seseorang nanti. Menurutmu ini bagus tidak, kemarin aku tak sempat menanyakan karena terlalu sibuk."
[Name] tergagap, ia menggigit bibir bawahnya kuat.
"Aku...mengenalnya?" tanya [Name] hati-hati.
"Tidak. Tapi yang lainnya kenal, aku akan mengenalkannya padamu nanti."
Deg!
Jantung atau apapun itu, yang jelas organ dalam [Name] seolah diremas kuat. Nyeri ia rasakan, susah payah [Name] menampilkan senyumnya. Matanya menatap sendu cincin pasangan yang masih setia Shanks tunjukkan padanya.
"Cantik. Dia pasti suka."
Shanks tertawa, "Benarkan? Aku sudah menduganya kau pasti akan mengatakan ini cantik juga."
[Name] hanya mengangguk. Ia mengalihkan pandangannya ke samping, melihat wajah bahagia Shanks terasa menyakitkan untuknya sekarang. [Name] meremas rok yang ia kenakan, berusaha melampiaskan rasa sakit di dada.
"Kita harus merayakannya. Sebelum masa lajangmu berakhir."
Setelah mengatakan itu,air mata [Name] jatuh. Ia menunduk dalam, agar Shanks tak melihat betapa menyedihkannya gadis itu sekarang.
Benn yang menyadari [Name] menangis berlari menghampiri, pria itu bergabung seolah-olah tak menguping pembicaraan mereka. Benn menggeser tubuh Shanks, ia duduk diantara Shanks dan [Name]. Berniat menutupi [Name] yang masih menangis dalam diam, sial, kalau tahu jadinya akan seperti ini. Benn tak akan pernah menyarankan [Name] melakukan segala hal rencananya.
"Benn, mari buat pesta. Pesan wine terbaik, karena aku akan melepaskan masa lajangku."
"Kau akan menikah?"
Bukan Benn yang bertanya, melainkan Yasopp yang kini berdiri tepat di hadapan [Name]. Pria itu bahkan menyampirkan jasnya pada tubuh gadis itu.
"Ya, dengan Makino."
"Kau baik-baik saja?"
[Name] tersenyum kecil, matanya masih menatap dua insan dengan balutan jas dan gaun putih serasi. Ia meminum wine dalam sekali teguk. Lalu beralih menatap lawan bicaranya satu persatu.
"Tidak. Aku hampir mati karena menangis."
Mendengar jawaban [Name], semua temannya hanya terdiam.
[Name] akhirnya tertawa untuk memecahkan suasana.
"Jangan begitu, kalian semakin membuatku terlihat menyedihkan..." ucap [Name] dengan nada jenaka,"... mereka cocok." lanjutnya yang membuat suasana semakin hening.
[Name] menuang lagi wine pada gelasnya, mengangkat ke atas bermaksud agar teman-temannya yang lain ikut minum bersamanya. [Name] mengatakan cheers disusul bunyi gelas yang beradu.
"Lagipula, cinta pertama tidak pernah berhasilkan?"
━━━━━━━━━━━━━━━
⌨ sksk, buruk banget.
block writer itu ada.(╥_╥)
Walaupun saya tak sehebat penulis yg lain,tapi beneran buntu banget.●︿●Semoga suka✨
Vote & komen yaa~
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE PIECE X READER | ONE SHOT
Hayran Kurgu"Kemarilah, mari berhalu ria bersama~" Karakter bukan milik saya! One Piece milik Eiichiro Oda seorang! Mari berterima kasih pada Eiichiro Oda terlebih dahulu.