17. Amarindah.

215 61 102
                                    

"Lo menyebut sebuah karya dengan kata 'hanya', berarti sama aja lo merendahkan dan menghancurkan kepercayaan diri pemiliknya."

-Ammar.

***

Indah memasuki salah satu basecamp yang biasa menjadi tempatnya melukis.

Sebelumnya dia mengenalkan Ammar pada Queen dan teman-temannya yang lain. Dia ingin Ammar melihat dan mengomentari lukisannya.

Indah menemukan kanvas miliknya tertelungkup di lantai. Dia berlari, mengambil lukisan itu dan mengusapnya pelan.

"Kok gini ..." gumam Indah sedih. Dia tidak pernah mengira kalau ada yang akan merusak lukisannya.

"Kenapa?" Indah menatap Ammar yang masuk dan memperlihatkan lukisan yang berada ditangannya.

"Sebelumnya gak gini, sebelumnya cantik."

Ammar mengangguk tanpa mengerti apa yang terjadi. Dia mengambil lukisan yang berada ditangan Indah.

"Maaf, Indah. Kaira gak sengaja." Indah menoleh kearah Kaira yang baru saja datang bersama Kaisar.

"Gue rasa ini disengaja," gumam Ammar melirik Kaira sekilas. "Kalau jatuh gak disengaja garisnya akan satu arah."

"Tapi Kaira gak sengaja."

Ammar memundurkan langkahnya mendekat pada Indah. "Tau darimana?" Ammar menaikan satu alisnya bertanya pada Kaisar.

"Kaira gak sengaja Kaisar."

"Lo denger, kan? Dia gak sengaja."

"Kalau maling ngaku, penjara penuh." Ammar tersenyum melihat Indah yang akhirnya mau angkat bicara.

"Ta-tapi Kaira bukan maling, Kaisar."

Indah menundukkan kepalanya, dia rasa dia sudah salah bicara.

"Ada apa sih ini?" tanya Lisa melihat wajah-wajah tegang didepannya.

"Kaira gak sengaja jatuhin lukisan Indah."

Lisa melipat tangannya didepan dada. Dia mengamati wajah lugu Kaira. "Yakin gak sengaja?"

"Enggak, Kaisar. Kaira gak sengaja."

"Yang nanya gue, bukan Kaisar!" Kaira menyembunyikan diri dibalik badan Kaisar. Dia terlihat takut.

"Lo gak usah mojokin dia dong, dia takut Lis."

"Kemarin siapa ya yang mojokin Indah kayak gini juga? Siapa yang gak mau denger penjelasan Indah sama sekali?" tanya Indah sarkas.

"Kemarin beda! Kemarin Kaira luka. Udahlah guys, lukisan gitu doang, kan? Jangan bikin Kaira takut, kalian nih bisa gak berpikir dewasa sekali aja."

Ammar melihat Indah menundukkan kepalanya. Ammar mulai bisa membaca situasi, Indah merasa bersalah pada Kaira. Dia juga merasa sedih karena ucapan Kaisar.

"Mungkin menurut lo, itu cuma sekedar lukisan. Tapi, bagi sebagian orang itu kepercayaan dirinya." Ammar berhenti berbicara sebentar dan menatap Kaisar dingin. "Lo menyebut sebuah karya dengan kata 'hanya' berarti sama aja lo merendahkan dan menghancurkan kepercayaan diri pemiliknya."

Kaisar menatap Indah yang terlihat sedih. Dia tau kalau Indah benar-benar menyukai lukisannya, tapi dia juga sudah berjanji pada Kaira untuk melindunginya.

Kaisar tidak mungkin dan tidak bisa berada di pihak Indah seperti Ammar. Dia tidak ingin Kaira merasa sendiri.

"Gak papa," ucap Ammar mengambil kanvas itu kembali. "Ini bisa diperbaiki dan akan lebih indah."

I Know We're Just Friend, But...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang