14. Bro!

181 53 76
                                    

"Aku tau perasaanmu tidak sama denganku. Lantas, kenapa kamu seolah tidak ingin melepaskan ku?"

***

Kaisar menghentikan mobilnya didepan rumah Indah. Dia tidak yakin kalau Indah benar-benar akan berangkat bersama si Jason-Jason itu.

Tapi ternyata benar. Ada motor yang terparkir tepat didepan mobilnya. Kaisar memilih untuk keluar dari mobilnya dan menyeberang jalan menuju rumah King.

"Indah dalam bahaya. King harus kasih tau Kaisar, kan? Kaisar berhak tau."

Kaisar memelankan langkahnya karena mendengar namanya dan nama Indah terseret-seret.

"Papi tau, tapi ..."

"Tapi apa, Pi? Papi gak mau kasih tau King, kan? Kalau ada King gak denger pembicaraan kalian waktu itu King juga gak akan tau."

"Karena lebih sedikit orang yang tau tentang ini, lebih kecil juga resiko yang kita dapatkan King."

"Tapi, ini cuman Kaisar, Pi. King gak bisa jagain Queen dan Indah bersamaan."

Kaisar terdiam. Ada masalah apa sebenarnya? Kenapa King terlihat sangat khawatir?

"Kai?" Kaisar tersentak karena dipanggil Mami King. Yudha dan King langsung menoleh padanya.

"Sejak kapan lo berdiri disitu Kai?"

Kaisar meringis, mengusap tengkuknya. Dia berjalan mendekat pada King dan Papinya. "Baru aja. Tadi gue mau jemput Indah. Tapi, sekalian mau kesini juga," katanya.

"Om. Saya harus jagain Indah, kenapa? Apa ada masalah?" tanya Kaisar menatap Papi King.

Yudha menghela napasnya pelan. "Jadi, ada sedikit masalah dari proyek yang saya, Wijaya dan Langga jalankan."

"Ayah saya juga?"

"Iya, Kai. Lawan dari proyek kami ini malah mengincar Queen dan Indah. Mereka tau kalau Queen dan Indah itu kelemahan kita."

Akhir-akhir ini Kaisar melihat gelagat aneh pada Ayahnya. Ayahnya Terus menghindari pertanyaan yang Kaisar tujukan. "Terus? Ayah nyembunyiin sesuatu ya dari saya?"

"Kenapa kamu berpikir begitu?"

"Karena akhir-akhir ini ada banyak orang berpakaian hitam di rumah."

"Bukannya lo sekarang lebih sering di basecamp ya karena ada Kai-" King mengurungkan niatnya untuk menyebut nama itu. Dia langsung mendapat tatapan aneh dari Yudha dan Kaisar.

"Maksudnya, kan lo lagi banyak tugas. Lo lebih sering ngerjain kerjaan lo di basecamp, kan?"

"Ya, iya. Kemarin gue sempet pulang buat ambil beberapa proposal yang udah gue buat. Terus gue ketemu orang-orang itu. Gue sempet telpon Ayah gue, tapi cuman bilang. 'Tenang, Kai. Everything will be okay.'"

"Kamu percaya sama Ayah kamu, kan?"

"Enggak," jawab Kaisar jujur. Dia tidak terlalu mempercayai Ayahnya, karena dia tau Ayahnya bukan orang yang baik, bukan juga yang jahat. "Apa Ayah masih cari dia?"

"Itu pasti, Kai."

Kaisar menghela napas panjang, dia baru tahu itu. Jika saja dia tidak kesini dia tidak akan tau tentang ini semua. "Kenapa? Kita aja gak tau dia masih hidup atau sudah mati, kan?"

"Kai, lo kok ngomong gitu?" King tidak habis pikir dengan Kaisar yang terlihat semosional.

"Dia hampir gila cuma karena nyari seseorang yang ... yang entah dia ada dimana sekarang, entah dia masih ada di dunia ini atau enggak sekarang. Gue udah capek ... gue capek banget tau gak?!"

I Know We're Just Friend, But...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang