PART 6

19 0 0
                                    

Beruntung cara berpikir Dayana terbilang cukup dewasa. saat ia bisa dengan jelas menangkas kesalahan. dan terus saja bertahan pada tindakan yang benar.

Entah bagaimana Dayana akan memulai hidupnya hari ini. waktu sudah menunjukan pukul delapan pagi. dimana seharusnya Dayana sekarang harus berada di dalam kelas mengikuti pelajaran. Bayang-bayang semalam seolah tak bisa lepas dari ingatannya. saat Dayana sedang mencuci pakaian kotor yang Revan berikan padanya.

"Haruskah aku berhenti kuliah?" air mata Dayana kembali lolos dari pelupuknya, "apa yang akan mereka pikirkan? Bagaimana jika Exel mengatakan kejadian semalam pada semua orang?" lirih Dayana terluka.

Dayana merasa hampir setengah gila. nafsu makannya terganggu. suasana hatinya yang memburuk tak kunjung membaik. akankah Dayana menyerah pada keadaan yang terus memaksanya menopang beban.

Di umur yang sekarang, para gadis seusinya seharusnya di sibukkan dengan kegiatan belajar, berkencan, dan hal-hal menyenangkan lainnya yang belum pernah Dayana lakukan.

Sayangnya Dayana tak memiliki waktu untuk semua itu. Benar yang Katrina katakan, kehidupan Dayana memanglah sangat membosankan. Padahal Katrina sendiri sudah sering kali menekan Dayana, agar gadis cantik tersebut dapat merubah pola kehidupannya.

"Apa aku pertimbangkan saja, apa yang Katrina katakan?" Dayana merenungkan ucapan Katrina semalam, saat sepupunya tersebut memberi sebuah saran yang sulit untuk Dayana lakukan. "Haruskah aku menerima ajakan kencan dari seorang pria?" Dayana mengacak rambutnya frustasi, "Ahhh..." gadis itu melenguh sambil mengeluarkan pakaian Revan dari dalam mesin pengering.

"Huh..." Dayana menghela nafas panjangnya, berusaha mengontrol perasaan yang sulit ia deskripsikan. "Tenangkan dirimu, Dayana. Kau hanya perlu merespon beberapa pria tampan dan kaya untuk mendapatkan uang mereka, dan setelah itu. Kau bisa mencampakan nya." gumam Dayana mengatur rencana.

Di tempat lain, Revan terus memandangi foto cantik gadis incarannya dalam galery akun media sosial milik Dayana. Kali pertama, Revan ingin menjerat seorang gadis yang tak sekali tertarik saat melihat pesonanya.

Revan memang selalu memiliki trik dalam menaklukan hati seorang wanita. Sebelum itu ia lakukan, Revan akan mengamati target sasaran guna memperlancar tujuannya.

Bagi Revan sendiri, Dayana cukup polos. Bahkan, ia tak bisamembedakan antara kepolosan dan kebodohan yang di miliki oleh Dayana. semuanya terlihat sama, apalagi saat Revan memperdayanya hingga membuat, Dayana tanpa sadar sudah membagi nomor ponsel yang sebelumnya enggan untuk Dayana berikan.

Di waktu bersamaan, Revan dan Dayana ternyata sedang saling memikirkan. Meskipun mereka sendiri memiliki tujuan dan niat yang berbeda. Sadar atau tidak, keduanya mulai mengukir kisah dengan cara yang menarik.

"Aku harus menghubunginya," Revan mengalihkan layar ponselnya ke menu tampilan. jarinya mulai bergerak, mengarah pada daftar kontak. mencari nomor ponsel, yang semalam sudah Dayana berikan.

Suara khas panggilan yang tersambung pun terdengar. cukup lama Revan menunggu, akhirnya Dayana menjawab panggilan tersebut hingga membuat seringai licik Revan tercipta.

"Hallo?"

Suara Dayana terdengar ketus, mungkin ini terjadi karena Dayana tak mengenali siapa nomor pemanggilnya.

"Hallo, apa kau, Dayana?" ujar Revan menjawab, lalu melempar pertanyaan untuk memastikan.

"Iya ini aku, siapa ini?"

"Aku Revan, korban Latte yang kau tumpahkan semalam." seloroh Revan sambil merubah posisi tidurnya.

Binar kebahagiaan Revan terlihat dengan begitu jelas. Ia juga merasa jika suara Luna terdengar merdu dan mampu mendebarkan hatinya.

"A... Apa? Jadi... Jadi kau..." Dayana terperangah, dengan mulut yang sedikit terbuka setelah mengetahui siapa pemilik nomor asing yang sedang menghubunginya.

"Bagaimana pakaianku? sudah mau bersihkan?" tanya Revan memulai pembicaraan.

"I... Iya, aku sudah mencucinya. Baru selesai ku keringkan." sahut Dayana secepat kilat.

Sejenak Revan berpikir, mencoba mencari pembahasan untuk memperlama durasi panggilan.

"Kalau begitu, apa nanti malam kita bisa bertemu?"

Seluruh tubuh Luna bergetar hebat, tangannya sampai berkeringat. saat ia harus mendesak dirinya sendiri, untuk merespon pria yang sedang mendekatinya.

"Hah?" Dayana langsung menjatuhkan bokongnya di bibir ranjang, "I... Iya, bisa. Aku akan membawa pakaianmu, nanti malam." sahut Dayana menyetujuinya.

Padahal Revan sama sekali tak mempermasalahkan perihal pakaiannya yang kotor, akibat Latte yang Dayana tumpahkan. anggap saja ini adalah trik Revan untuk mendekati Dayana. karena jika Revan mau, ia bisa membeli seluruh pakaian dengan model serupa di berbagai penjuru dunia.

"Baik, kita bertemu di cafe butter? atau..."

"Tidak," Dayana langsung menyela ucapan Revan meninggikan suaranya. "Jangan di cafe butter, terserah di manapun. Asal jangan di cafe butter."

Entah apa alasannya Dayana menolak untuk bertemu Revan di sana. Namun, sepertinya ia masih ingin menyembunyikan niat ini dari Katrina.

"Baiklah, aku akan mengirimkan alamat lokasinya melalui pesan. Kita bertemu jam delapan."

"Iya, aku akan datang." Dayana menganggukkan kepalanya dengan cepat, lalu memutuskan panggilan. sungguh, Dayana sangat tidak tahan saat ia harus berada di posisi yang tidak mengenakan.

Kegugupan dan rasa canggung Dayana sukses membuat ia tak berdaya. Dayana tak bisa mengontrol diri yang mulai bertingkah aneh, saat wanita cantik itu terus di cecar oleh lawan bicaranya. meskipun hanya melalui panggilan telepon.



Jerat AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang