Hari berikutnya, setelah Dayana berhasil melewati masa yang sulit. gadis itupun lebih memilih untuk meninggalkan rumah Ayahnya. sebab, setelah kedatangannya. Ia cenderung mendengar hal-hal rumit, seperti pertengkaran Ayah dan ibu tirinya.
Bagaimana bisa, Dayana tak menganggap dirinya hanyalah sebuah beban bagi keluarga. keributan selalu tercipta, di lingkungan sekitarnya. Dayana sendiri meyakini. Jika itu semua adalah kesalahannya. Seharusnya, ia tak datang menemui Darwin, dan menciptakan duri dari rumah tangga baru yang sedang pria paruh baya itu jalani.
"Sebaiknya aku menyuruh Katrina untuk mengambil ponsel dan tasku yang tertinggal di rumah Revan," Dayana mendorong sebuah pintu ruangan. gadis cantik itu tertegun seketika, saat pintu terbuka dan di dalamnya ada seseorang yang sedang menatapnya secara berbarengan.
"Gadis bodoh! Kau meninggalkan ponsel dan tasmu di rumah seorang pria!" Katrina mendengus kesal, setelah mengetahui apa yang telah di lakukan oleh Dayana. "Tidakkah kau malu? Semalaman penuh Revan menjagamu! Dia bahkan memanggil dokter khusus untuk memeriksa keadaanmu!"
Glek... Dayana menelan ludah getir, sesaat setelah Katrina langsung menyerangnya dengan sebuah gerutuan di hadapan Revan.
"Aku, sebenarnya aku..."
"Terserah jika kau belum siap untuk memulai hidup barumu, tapi setidaknya tolong hargai kebaikannya. dia hanya pria asing yang baru saja kau temui beberapa hari lalu, tapi kepedulian dan perhatiannya tulus, kau sendiri tidak pernah mendapatkan hal itu dari orang tuamu!"
Deg... Ucapan Katrina terasa sangat menusuk Dayana. ketajaman lidah wanita itu mampu membuat Dayana terluka.
Bukan tanpa alasan, Katrina hanya ingin Dayana sadar. jika ia tak memiliki satu orang pun yang bisa di andalkan dalam hidupnya.
"Berhentilah bersikap manja, Dayana! Kau harus berubah!" titah Katrina penuh penekanan.
Bisa Revan rasakan jika Katrina berhasil memicu kembali kesedihan Dayana. saat wajah Dayana berubah pucat dengan mata yang berkaca-kaca.
"Cukup Katrina, dia baru saja pulih dari sakitnya. Jangan menekannya lagi." ujar Revan mencoba melerai.
"Revan, kau sama sekali tidak mengerti. Aku lebih tahu apa yang Dayana rasakan. aku bahkan sudah berulang kali memberinya sebuah saran. Apa kau pikir aku tidak kewalahan, aku hanya menjalankan bisnis kecil, penghasilanku pun tak banyak." sejenak Katrina menghela nafas panjang, berusaha menata emosinya agar tak semakin meluap. "Maafkan, Aku. Dayana, aku tidak bisa lagi memperkerjakan mu, omset penjualanku sedang turun, aku bahkan sudah memecat beberapa kariyawan."
Mulut Dayana sedikit terbuka, setetes air matanya berhasil lolos. Tentu pernyataan Katrina berhasil membuat dirinya cemas, karena bagaimanapun juga. Sumber penghasilan Dayana satu-satunya ada pada Katrina.
"Baik," dengan wajah datar dan penuh kekecewaan Dayana mengangguk, "Aku juga sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahku." Dayana menyeka air matanya, lalu mengalihkan pandangan kearah lain. "Maafkan aku Revan, aku saat itu aku tidak bisa mengontrol perasaanku. Itu sebabnya aku pergi, tanpa membangunkanmu."
Katrina bahkan sudah memikirkan hal ini sebelumnya. Dayana pasti akan sangat marah kepadanya, setelah wanita itu menjatuhkan keputusan yang memberatkan Dayana. Namun, Katrina sendiri tak punya cara lain. Usahanya benar-benar sedang berada di ujung kebangkrutan, karena Ayahnya yang tak lain Paman adalah Dayana sering menghamburkan uang dengan berjudi online.
"Aku permisi," Dayana langsung meraih ponsel dan tas berukuran kecilnya yang tergeletak di atas meja. Ia lantas memutar badan keluar, meninggalkan Katrina dan Revan.
"Apa ini Katrina? Apa itu artinya kau dan Dayana bertengkar?" tanya Revan heran.
"Lalu aku harus apa? Aku juga memiliki kehidupanku sendiri? Apa aku harus terus-terusan tidak enak kepadanya, sedangkan aku sendiri sedang berada di pase sulit?!"
Revan berdecak, bagaimana bisa ia membiarkan gadis incarannya pergi begitu saja. tak lama setelah itu, Revan pun bergegas mengejar Dayana, untuk memberinya sedikit ketenangan.
Revan sudah tahu segalanya, kehidupan keluarga Dayana yang berantakan sampai hambatan keuangan yang menjadi pemicu utama Dayana harus memutuskan kuliahnya.
"Dayana tunggu," Revan berusaha mengejar Dayana, yang kini sudah berada di luar Caffe butter.
"Jangan sekarang, Revan. Biarkan aku sendiri."
"Dayana, tolong. Kali ini saja!" Revan meraih tangan Dayana, menghentikan langkah gadis itu seketika.
"Apa lagi? Kau masih ingin mendekati gadis menyedihkan sepertiku?" sejenak Dayana melepas paksa tangannya dari Revan, "tolong biarkan aku sendiri, jangan membuat hidupku tambah sulit lagi."
Apa peduli Revan? Jika ia menuruti apa yang Dayana inginkan. Itu artinya, sama saja Revan menyerah dan terlalu pasrah. Ia juga akan kehilangan predikatnya sebagai penakluk wanita.
"Ikut aku!"
Mata Dayana membulat ketika Revan menarik tangannya ke suatu arah. gadis itu nampak memberontak, akan tetapi Revan terus saja memaksanya.
"Apa yang kau lakukan, Revan? lepaskan aku!" pekik Dayana, saat Revan justru mendorong masuk sang wanita kedalam kendaraannya. "Kau gila? Apa yang kau laku..."
"Kita bicara di sini saja!" ucap Revan setelah pria itu mendudukan dirinya di kursi kemudi, sebelah Dayana.
Ekspresi wajah Dayana menunjukan, betapa dirinya sangat heran dengan sikap Revan. Menurutnya, Revan terlalu blak-blakan, ia cenderung memaksakan seseorang. Meskipun Dayana tahu, niat Revan adalah ingin mendekati dirinya tanpa unsur dan struktur yang jelas.
"Apa? Kenapa diam? Aku sedang bertanya padamu?" ujar Revan kembali bertanya perihal ekspresi wajah Dayana.
"Apa maksud dari semua ini Revan? Kau sangat tidak jelas. Kemarin kau melecehkan ku, lalu kau menolongku. Dan sekarang kau mendesak ku! sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?"
Seringai misterius Revan tercipta, pandangannya terus tertuju pada Dayana. Ia bahkan tak menyangka, jika Dayana tak mampu membaca apa niat dan rencananya, bahkan saat Revan sudah melangkah jauh seperti ini.
"Kau lupa? Kemarin kita sudah tidur bersama. Apa kau ingin mencampakkan aku begitu saja? Kau bahkan sudah mengambil banyak keuntungan dariku!"
"Apa?" Dayana terperangah, ia mengerutkan dahinya dengan mulut yang sedikit terbuka. "Kita bahkan tidak melakukan apapun, apa kau gila?"
"Apa kau ingin aku melakukan sesuatu? Kenapa tidak bilang?" sahut Revan memiringkan senyum.
Dayana menggelengkan kepalanya, ia merasa Revan benar-benar sudah gila. Karena sikap dan kepribadiannya terus saja berubah-ubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jerat Asmara
RomanceDayana Almera, memiliki paras cantik dan bersuara merdu tak menjamin kisah hidupnya akan bahagia. Dendam akan masa lalu terus saja berhasil membuat Dayana semakin tenggelam dalam lautan kebencian, saat gadis tersebut berhasil dijerat oleh asmara pri...