PART 7

17 0 0
                                    

Kegelisahan Dayana semakin menuntut dirinya. gadis itu sampai tak bisa diam, meskipun hanya untuk sesaat. ia terus saja memperhatikan jam yang berada di dinding kamar, rak nakas sampai dalam ponsel.

Bukan tanpa alasan, hal itu Dayana lakukan seolah-olah untuk menghitung waktu, yang menurutnya sangat cepat berputar. pukul tujuh malam, Dayana sudah kepusingan memilah pakaian yang akan ia kenakan untuk menemui Revan dan membuat pria itu terpukau.

Banyaknya tumpukan dress cantik masih saja membuat Dayana berkata, "Ahhhh bagaimana ini? Aku tidak memiliki gaun cantik untuk aku kenakan!"

Tak berhenti disana, Dayana hampir di buat setengah gila. lantaran ternyata alat make upnya sudah habis terpakai. yang membuat geli adalah, saat Dayana mencungkil sebuah lipstik dari tempatnya menggunakan kuku. hanya untuk mendapat pewarna bibir yang ia inginkan.

"Tenang, Dayana.... Kau harus tenang."

Dayana merenungkan diri sejenak. Sekali lagi ia memutar otak untuk memulai hidup baru dengan berkencan. melihat pakaian dan alat riasnya yang sudah usang, membuat niat Dayana kian meronta. agar wanita cantik itu dapat segera mengunci dan merealisasikan kehidupan barunya yang Dayana inginkan.

"Baik, ini saatnya!"

Dayana langsung kembali meraih brush untuk memoles wajah. perpaduan kulit Dayana yang berwarna putih salju membuat wanita cantik itu tak memiliki perubahan. yang paling dominan dan terlihat hanyalah lipstiknya saja, sehingga membuat Dayana semakin terlihat lebih segar dan menggoda.

Mini dress yang Dayana kenakan sekarang cukup menantang. Berwarna kuning pucat, tanpa lengan, dengan panjangnya yang hanya mencapai di atas lutut kaki.

Rambut coklat Dayana di biarkan terurai. Tak lupa ia juga menyemprotkan pengharum pada beberapa titik di bagian tubuhnya, untuk memanjakan setiap orang yang mencium keberadaan Dayana.

"Okey, ini cukup untuk mengeret uang dari, Revan." seloroh Dayana sambil memandang kesempurnaan dirinya di depan cermin.

Sama halnya dengan Dayana, Revan juga memilih untuk memakai pakaian terbaiknya. ia bahkan mengeluarkan seluruh koleksi jam mahalnya, hanya untuk mencocokan jam tersebut dengan pakaian yang akan ia kenakan. setelah mengeringkan rambut, tak lupa Revan menambahkan sedikit pomade untuk lebih mudah menata rambutnya.

"Aku benar-benar harus membuatnya terkesan," gumam Revan setelah memberikan sentuhan terakhir untuk memperdingin penampilannya.

Satu jam berlalu, Revan yang sudah siap pun mulai keluar dari dalam kamarnya. Ia menuruni anak tangga, untuk menunggu Dayana di lantai dasar.

Entah apa yang Revan pikirkan. Namun, rupanya Revan memilih rumahnya sendiri untuk mengajak Dayana bertemu.

"Ku pikir aku akan di bawa ke sebuah restauran mahal oleh supir taksi itu, tapi alamat yang Revan berikan malah mengarah kesini," Dayana mengerucutkan bibirnya. saat ia kini sudah berada di depan pintu utama kediaman Revan. "seharusnya tadi aku mengenakan pakaian yang lebih santai," imbuhnya memelas.

Tangan Dayana mulai bergerak mengarah pada sebuah bell, ia menekan bell tersebut dan sesekali mengetuk pintu besar itu sambil menghempas kecanggungan.

"Lama sekali, apa dia lupa?" batin Dayana tidak sabaran.

Cukup lama Dayana menunggu, pada akhirnya pintu pun tertarik kedalam. hingga membuat Dayana memundurkan tubuh jenjangnya seketika.

"Selamat datang, Dayana." sambut Revan mengukir senyum kehangatan.

Glek... Dayana sampai di buat tak berkutik, setelah dirinya melihat Revan. sungguh, pria itu benar-benar tampan. mengenakan kemeja hitam, dengan celana formal yang berwanakan senada.

Jerat AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang